09

52 13 0
                                    

Luna beranjak dari tempat duduknya. "Mendingan kita keluar aja, Ari," ucapnya sambil memegang gagang pintu untuk membukanya. Tapi......

Klik......Klik Luna menarik-narik pegangan pintu. Tapi pintu itu nggaj bergerak sedikitpun. Wajah Luna mendadak ikutan pucat pasi. Pintunya terkunci. Ia menatap Arrham cemas sambil menggigit ujung bibirnya. Kenapa hari ini dia sial banget? Terkunci di Toilet cowok bareng Arirham?

Darah mengalir deras dari otaknya. Luna tegang. "Arirham, pintunya......pintunya nggak bisa di buka"

Arirham menatap Luna dengan pamdangan aneh yang membuat Luna semakin nggak nyaman. Cewek itu makin pucat. Tengkuknya merinding. Rasanya hampir sama kayak jalan malem-malem di kuburan.

"Arirham, aku jangan diapa-apain, ya..., ucap Luna ketakutan.

Arirham masih menatap Luna datar, tanpa beranjak dari tempatnya. Mungkin ia belum cukup kuat unuk berdiri. "Tenag, gue juga nggaj nafsu."

Fiuh....jawaban yang nyebelin , tapi bisa bikin Luna lebih tenang. Sekarang waktunya mikirin gimana caranya keluar dari sini. Pintunya benar-benar terkunci. Luna berusaha mendorong pintu itu. Tapi pintu itu tetap bergeming. Luna manyun sendiri. Sesaat dia menatap Arirham yang terlihat cuek-cuek aja. Cowok itu malah sibuk mencoret- coret sesuatu di tembok WC dengan satu-satunya balpoin miliknya. Ke sekolah Arirham boleh bawa mobil, tapi balpoin cuma bawa satu. Itu pun selalu dia bawa kemana-mana. Nggak modal banget.

"Kenapa ngeliatin terus? Ntar naksir, lagi,"ucap Arirham sambil terus mencoret-coret.

Luna semakin sewot. Ia langsung mengalihkan pandangan dan mencoba memikirkan gimana caranya cepat-cepat keluar dari situ. "Kamu punya HP, kan?"

"Nggak"

"Boong banget"

"Punya, tapi nggak ada pulsa"

"Uggh! Percuma punya HP kalo nggak aa pulsanya."

"Terserah gue dong"

"Eh!" Luna melotot. "Kamu kok tenang-tenang aja sih? Bantuin dong buka pintunya"

"Udahahh, tenang aja kenapa sih?" ucap Arirham cuek.

"Hah? Gimana bisa tenang, kalo aku berada di dalam Toliet barengan orang kayak kamu."

"Orang kayak gue gimana maksud lo?"

"Iya, orang gila kayak kamu yang bisa aja tiba-tiba melakukan tindakan gila."

"Udah gue bilang, gue nggak nafsu sama anak kecil. Gue bukan fedofi!"

"Sialan, aku serius."

"Gue juga serius."

"Dasar, rese lo!" Luna bersedekap sambil manyun.

Arirham jadi cekikan sendiri dalam hati. Luna masih sibuk mendorong-dorong pintu. Tak lama kemudian ia membalik dan tersentak mendapatkan wajah Arirham sudah berada tepat di depan wajahnya.

"Ih......dasar maniak! Lo mau ngapain sih? refleks Luna mendorong Arirham.

"Apaan sih? Orang gue mau bantuin buka pintunya. Emang lo pikir gue betah terkunci di dalam toilet barang cewk cerewet kayak elo?"

"Idih! Sok keren banget! Mana ada orang yang mau temenan sama kamu? Udah tukang cari masalah, sok kegantengan, lagi?"

"Biarin aja. Yang penting teman gue banyak. Cewek-cewek juga pada rebutan dekatin gue. Santai.... . Emangnya elo, muna! Sok-sok baik sama semua orang. Tapi tetap aja teman gue lebih banyak dari elo. Dasar kuper!"

''Eh, enak aja ngatain orang! Udah ngatain aku muna, ditambah-tambah bilang aku kuper segala, lagi" Luna merasa nggak terima. "Teman-teman aku bayak kok. Hmmm........ Karra, Toby, Tasya.....terus" Luna kebingungan menyebutkan nama teman-temannya lagi.

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang