Minggu. Siapa yang tak suka dengan hari itu. Hari dimana semua manusia menikmati waktu liburnya. Begitu pun yang di rasakan oleh Luna, sekarang dia sedang menikmati tidurnya di kasur empuknya itu sebelum sebuah suara membangunkan alam mimpinya.
"Luna! Bangun, ada teman kamu tuh!" teriak bundanya dari bawah dan langsung membuat Luna mengerjapkan matanya.
Sekarang Luna sedang duduk di kasur empuknya, kepalanya terasa pusing, tubuhnya lemas seketika, mengingat apa yang terjadi padanya saat semalam. Menangisi seseorang yang membuat hatinya terluka, dia tak pernah merasakan ini sebelumnya, dulu Luna pernah sakit hati namun tidak terlalu berdampak dengannya. Nah...ini dia terlalu sakit hati, perasaan apa ini sebenarnya, kenapa dia terlalu sakit untuk mengetahui fakta itu.
"Luna! Bangun! Ada teman kamu, tuh" bentak bunda yang berkali-kali berusaha membangunkan Luna, Luna segera beranjak dari kasur empuknya dan menuju ke wc untuk membasuhi wajahnya yang terlihat sangat kacau. Matanya bengkak karena menangis, tubuhnya lemas karena kecapeaan memikirkan DIA semalam.
Setelah membasuhi wajahnya Luna segera turun untuk menemui temannya. Sebenarnya dia tidak tahu siapa teman yang datang ke rumahnya tapi karena dia merasa kurang enak badan untuk menanyakan hal itu ke bundanya dan jadilah dia sendiri menemui langsung ke temannya itu tampak merasa gunggang.
"Hai Luna..'' sapanya. Jiwa Luna sebagian belum kembali, mungkin jiwanya itu masih ada di alam mimpinya.
Luna mengangguk-anggukkan kepalanya dan matanya masih tertutup sebagian dan sesekali merasa ngantuk hingga dia menguap di depan temannya tanpa sadar.
Temannya yang hanya tersenyum simpul melihat tingkah Luna barusan. Luna tidak meladeni, dia masih menutup kelopak matanya dan langsung mengambil bantal sofa dan meluruskan kakinya untuk tidur.
"Kalau elo masih ngantuk, kita tunda janjiaan kita deh.." samar-samar terdengar suara tepat di telinga Luna sebelum dia menutup matanya dan kembali terlelap dalam tidurnya.
Sekitar 10 menit Luna tertidur pulas, akhirnya ia kembali membuka matanya dan kali ini dia sudah merasa jiwanya telah kembali. Luna memicingkan matanya dan berusaha menengok ke arah samping dan mendapati Farel yang sedang memandanginya penuh arti.
Luna terkejut melihat Faris yang ada di sofa tersebut, matanya sesekali menatap Faris yang sedang memerhatikannya dengan lukisan senyuman di wajahnya. Luna menundukkan kepalanya malu di tatap begitu sebelum akhirnya dia melihat sekujur tubuhnya yang hanya memakai piyama polos dan sor yang berwarna hitam.
''Aaakkkhhh" teriak Luna yang membuat Farel mengkerutkan keningnya dan menatap bingung Luna.
"Luna, elo nggak apa-apa kan?" hal yang pertama di ucapkan Fariz ketika Luna bangun dari alam tidurnya. Sepertinya Fariz sejak tadi memerhatikan Luna terlelap dalam tidurnya hingga Luna berteriak nggak jelas.
"Yaa! Kenapa elo nggak bangunin gue, sih? Sejak kapan elo disini? Dan sejak kapan juga gue ada disini?" ucap panik Luna ketika melihat sosok pangeran yang ada di istana rumahnya ini.
"Tadinya mau kasih bangun sih, tapi gue kasian sama elo. Semalam elo pasti menangis jadi gue rasa elo perlu istirahat." ucapnya yang lalu pergi meninggalkan Luna yang masih bingung apa yang dialaminya.
"Tunggu!" ujar Luna yang menghentikan langkah kaki dari Fariz hingga Fariz berbalik ke arahnya yang masih kacau balau dalam hal penampilan.
"Kenapa Luna?" tanya Fariz.
"Bukankah kita mau pergi?" tanya balik Luna. Fariz hanya tertawa dan hanya berkata," Mendingan elo baikin dulu suasana hatimu, barulah kita pergi"
Dengan sigap Luna menggeleng-gelengkan kepalanya. "Maka dari itu, gue mau jalan-jalan." ucap Luna dan dibalas oleh angukkan Fariz.
"Okey 10 menit gue sudah beres, elo tunggu di sini saja, nggak lama kok." ucapnya yang lalu meninggalkan Fariz. Tanggapan Fariz hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya masih kayak dulu, nggak pernah berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
Teen FictionInilah kisahnya 2 orang yang saling bertolak belakang di pertemukan karena Takdir. Sepanjang hari, sepanjang waktu mereka di takdirkan untuk saling mengenal satu sama lain. Walaupun pada akhirnya Takdir tidak memihak kepada mereka. Klise: SweetFairty