05

48 13 0
                                    

"Abis tawuran?" tanya Luna tiba-tiba dengan wajah yang ingin tahu.

Arirham membuka mata dan menatap Luna dengan ekspresi sama. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Mungkin ia berpikir betapa sok tahunya cewek di sampingnya itu. Arirham kembali memejamkan mata, seolah ngak memedulikan pertanyaan cewek itu. Pada dasarnya Arirham paling benci kalo ada orang yang sok mencampuri urusannya.

"Sudahlah, lo ngak perlu jawab pertanyaan gue. Lagi pula lo itu, sok jagoaan sih." ucap Luna sambil menepuk telapak tangannya berkali-kali."eh, emangnya ngak capek setiap hari tawuran?"

"Bukan urusan elo" jawab Arirham. Pelan sih. Tapi dalem.

"Iya sih... hmmmm aku cuma pengen tau kok. Makanya aku nanya. Kan malu bertanya sesat dijalan. Daripada sesat di jalan, mendingan nanya."

Arirham ngak jawab. Mungkin pusing dengerin omongan cewek itu yang ngak pakai titik, koma, tancap terus!

"Oh iya, kamu anak IPS kan? Ngak apa-apa sih, kan sekarang anak IPS udah bisa ngambil jurusan Biologi juga..."Luna berkata dengan polos tanpa mengurangi antusiasmenya.

Arirham menatap cewek itu tanpa ekspresi. "Hah? Biologi. Dengar namanya saja sudah ngak enak."ucapnya acuh tak acuh.

Luna terdiam, namun sesaat kemudian ia tertawa kecil.

"Heh! Kok lo ketawa sih? Lo gila ya?"tanya Arirham datar. Ia bingung, makhluk planet mana yang sebenarnya sedang duduk disampingnya itu.

"Hehehe.... ngak, lucu aja ngeliatin orang kayak kamu. Di kasih nyawa cuma satu,eh.... malah disia-siain. Di atas sana, Tuhan pasti geleng-geleng kepala ngeliat kamu"

Arirham mengerutkan keningnya, aneh mendengar kata-kata yang keluar dari cewek disampingnya itu.

"Tawuran kan bahaya, kamu ngak takut mati?"

"Ngak. Semua orang pasti akan mati."

"Iya, tapi kan nggak semua orang masuk surga. Emangnya udah berapa banyak kebaikan yang kamu buat sampai-sampai kamu ngak takut mati?

"Ah... kebanyakan nanya lo. CEREWET!"

"Emang aku cerewet kok. Banyak yang bilang begitu. Kata Bunda, kalau aku cerewet, berarti aku beneren anaknya. Habisan Bundaku juga cerewet. Kalo banyak omong kita bisa dapat banyak temen."

Lagi-lagi Arirham menatap Luna bingung. Nih cewek ngomongnya udah kayak jalan tol. Lancar ngak ada lampu merahnya. Kok cewek ini ngak ada takut-takutnya sih sama Arirham. Apa di ngak tau Arirham itu siapa?

"Oh iya, kita kan sudah bertemu dua kali. Kita belum kenalan. Nama lo siapa?"ucap Luna sambil menatap wajah cowok itu.

Mendengar ucapan cewek disampingnya. Arirham menengok ke wajah cewek itu, yang membuat mata mereka bertemu. Tapi hanya 3 detik Luna langsung memalingkan wajahnya.

"Yah... bukankah waktu itu, gue sudah perkenalkan nama gue. Tapi lho nya saja yang langsung pergi."

"Ah.... Oh itu... gue... gue" ucap Luna yang ngak jelas apa yang ingin dia ucapkan.

"Lo malu kan saat itu?"tanya Arirham tiba-tiba.

"Hah? Apa?"

"Gue bilang lo malu kan saat itu?"jawabnya yang kali ini dia tinggikan volume suaranya.

"Eh.... itu darah beneran yah?"tanya Luna yang langsung mengganti topik pembicaraan.

"Ya... iya lah, masa darah boongan" Arirham ngak ngerti pertanyaan Luna barusan.

"Kalau begitu, lo langsung obatin saja luka lho. Nanti kena infeksi lho." ucap Luna yang masih tergesa-gesah lalu berdiri meninggalkanArirham. Tapi....

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang