18

32 8 0
                                    

Selama ujian kenaikan kelas berlangsung, Luna dan Arirham tidak dapat menyempatkan waktu untuk bermain, karena disibukkan dengan belajar. Namun, mereka tetap bisa berkomunikasi walaupun melalui chat-an, telefonan. Bahkan mereka berdua hanya bisa bertemu disaat pulang sekolah, itu pun mereka hanya berbincang-bincang sedikit sebelum Luna akhirnya dijemput oleh Bundanya.

Akhirnya ujian Bahasa Inggris telah selesai. Dimana pada hari itu juga adalah akhir dari semua ujian. Tentu semua siswa langsung sangat berbangga, namun mereka akan segera mengetahui hasil ujian mereka sendiri.

Arirham yang berada di ruangan lima belas langsung mengeloyor pergi menjemput Luna yang berada di ruangan dua. Tentu perbedaan kelas mereka cukup jauh dikarenakan Arirham yang berada di kelas XI 5 sedangkan Luna berada di kelas   XI IpaI.

Ketika Arirham berjalan menuju ke ruangan dua, sesekali semua fans Arirham menyapanya dengan kata"Hai", Arirham pun membalasnya dengan senyuman.

Sesampainya disana, Arirham langsung memasuki kelas tersebut dan mencari Luna, namun Luna tak terlihat, Arirham yang gampang khawatiran langsung bertanya kepada salah satu teman Luna.

"Glory, lo tau nggak, Luna dimana?" tanya Arirham.

Dengan cepat Glory menggeleng-gelengkan kepalanya. Melihat reaksi Glory, Arirham hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya lalu meninggalkan kelas tersebut.

Belum sempat Arirham menjauh dari kelas tersebut, lagi-lagi Arirham harus bertemu dengan seseorang yang membuat dirinya panas, gila, bahkan ingin bunuh diri. Okee lupakan kalimat terkahir.

Arirham yang gampang emosian langsug saja menyambar pundak orang itu, namun akhirnya sebuah suara memberhentikan langkahnya.

"Lo kesini, cari Luna?" tanyanya dengan suara sinis, lalu membalikkan badannya mendapati Arirham yang sedaņg menatapnya penuh tajam.

"Iya, dia kan pacarku. Kenapa?" jawab Arirham yang tak kalah sinis dengan orang tersebut.

"Gue kesini, cuma mau kembaliin buku, Luna" cetusnya yang membuat Arirham kaget. Dia bilang Luna? Apakah dia pantas menyebutkan nama pacar Arirham setelah dia sendiri di permalukan oleh Luna.

"Kenapa buku Luna bisa ada di elo?" tanya Arirham sambil mengkerutkan keningnya. Arirham memang memiliki sikap emosian, tapi semenjak dia dan Luna sudah berpacaran semua berubah drastis. Dia hanya perlu menanya agar tidak terjadi kesalahpahaman.

"Kemarin, Luna yang pinjamin" jawabnya datar. Tapi Arirham tidak akan percaya begitu saja.

"Sini bukunya, biar gue yang kembalikan kepada pemiliknya"

Darren tersenyum licik. "Gue yang pinjam, maka dari itu gue yang kembaliin"

"Tapi gue nggak percaya sama, elo. Lo kan orangnya munafik, jadi bisa saja elo tidak kembaliin buku Luna dengan aman." jawab Arirham panjang lebar dan membuat Darren memanas.

"Gue bisa terima elo bilangin gue apaan, tapi gue nggak akan terima kalau elo bilangin gue munafik. Kenapa? Karena gue nggak pernah munafik kayak, elo" ujarnya yang membuat Arirham menarik bajunya dengan kasar. Entah kemana Arirham membawa Darren, yang pasti perbincangan tersebut sudah disaksikan oleh teman-teman Luna yang masih sempa berada di kelas tersebut.

Akhirnya mereka sampai di suatu tempat yang jarang ditempati oleh orang, rooftop. Setelah sampai Arirham melepaskan kerah baju Darren dengan kasar, namun Darren hanya mengibas-ibas kan kerah bajunya seperti orang yang habis disentuh dengan tangan yang kotor.

"Mau elo, apaan?!" bentak Arirham. Darren yang juga tidak sabar menahan emosinya langsung mengeluarkan kata-kata tersebut.

"Luna. Gue mau Luna!" ujarnya yang tak kalah besar dari suara Arirham.

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang