Perempuan berambut hitam panjang sepinggul tersebut menitikan air mata yang bersih dari ujung mata kirinya. Ia terlihat bimbang akan hal yang di lakukannya. Ia termenung sesaat lalu gusar. Masih terus memikirkan hal tersebut. Ia menghela nafas dalam-dalam untuk memantapkan hatinya.
Ransel hitam motiv merah muda tersebut ia gendong di punggung mungilnya. Sudah mantap dengan pilihannya. Ia memakai pakaian khas musim dingin. Jaket tebal hitam, sarung tangan, kupluk kepala merah.
"Kalau kamu masih seperti itu. Lebih baik aku pergi meninggalkanmu bersama dengan cerita dan harapan. Ya, aku sudah benar dengan pilihanku". Tukasnya dalam hati sambil keluar rumah membawa tas ranselnya.
****
Bus tingkat besar itu berhenti dengan suara suspensi yang mendesis kencang. Beberapa orang sudah menunggu tepat di di depan pintu bus dengan tujuan masing-masing. Pintu bus terbuka perlahan. Berbondong-bondong orang keluar dengan rapihnya. Lalu di susul dengan beberapa orang yang masuk berdesakan. Tak lama kemudian, Bus tersebut mulai menggelindingkan roda-rodanya melewati keping-keping es yang berjatuhan di sepanjang jalan.
Bus besar itu membawa banyak penumpang kesuatu tempat yang agak jauh dari London. Terus berjalan dan terus berjalan. Perempuan cantik itu melihat keluar jendela. Seakan berpamitan dengan seseorang yang ia tinggali kali ini. Ia menghela nafas dengan sangat berat. Entah mengapa jantungnya mulai berdenyut pelan meninggalkan kota London. Perasaannya lirih. Ia hanya bisa diam tanpa sepatah katapun melihat semuanya dari balik kaca bus tersebut. Ia memejamkan mata sejenak untuk menenangkan pikirannya. Tenang dan terus tenang. Perempuan itu kini sudah terlelap.
****
Laki-laki itu berjalan memasuki toko perhiasan. Tanpa segan ia langsung memasukinya. Pantulan kilau cahaya dari banyaknya permata membuat lelaki tersebut yakin atas pilihannya kali ini. Ia melihat-lihat kesana dan kesini. Berharap ia menemukan benda yang cocok untuk jari manis seseorang disana.
Dari ujung sana di dalam lemari kaca terlihat kilau yang sangat istimewa. Kilau itu memancarkan cahaya yang istimewa. Kilau itu berasal dari sebuah cincin yang terlihat mewah tapi sederhana. Lelaki itu mendekatkan diri ke lemari kaca dan menempelkan tangannya di lemari tersebut. Terukir senyum manis dari bibirnya yang makin membuatnya tampan. Sepertinya ia sudah yakin dengan pilihannya ini.
"Semoga kamu suka. Semoga hari ini adalah hari yang paling berkesan untukmu. Ya semoga saja". Ucapnya dalam hati sambil memegang cincin tersebut. "Ini akan terpasang di jari manismu. Dan sebentar lagi kita akan menikah dengan bahagianya". Sambungnya seraya berdiri tegak menghampiri kasir dan membawanya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silent
Teen FictionPerempuan cantik berambut hitam sepinggul itu tetap diam, walau ada satu hal yang membuat dirinya dan hatinya gelisah. Hatinya berteriak setiap kali melihatnya. Ada apa ini? "Qess, please... tolong jawab". Tukas lelaki tampan berambut cepak coklat t...