-Bab 14-

142 21 0
                                    

"Itu di depan sana rumah aku". Seru Balquess sambil menunjukan jari telunjuknya ke arah rumah bergaya shaby chick dengan cerobong asap yang terlihat menawan dan halaman yang cukup luas. Mata Ronald menjalar ke segala arah. Dahinya berkerut melihat kediaman sebelah Balquess yang tampak tak asing baginya, Sepertinya ia pernah kesana. Mereka berdua masuk ke dalam halaman tempat kediaman Balquees Darrel dengan perlahan.

"Terimakasih Ronald sudah mengantarkanku pulang". Tukas Balquess sambil berbalik melihat Ronald yang sedang memegangi payung hitam miliknya. Ronald tersenyum lalu mengangguk. Setiap hembusan nafas yang keluar dari hidung mereka berbentuk kepulan uap yang mengepul dengan sangat tebal dan bisa di rasakan satu sama lain yang membuat udara di sana lebih hangat. Balquess tersenyum kecil menatap mata Ronald dari jarak yang tak bisa di duga ini, Begitu dekat.

"Ehm, kamu mau mampir? Atau menginap semalam disini?". Tanya Balquess sambil mendekap tubuhnya agar tidak kedinginan.

"Tidak usah, aku mau langsung pulang ajah. Lagian juga di rumah ini cuman ada kamu doang kan?". Balquess mengangguk pelan sedikit bertanya-tanya. "Gak baik juga kan kalo kita cuman berdua di rumah ini. Takutnya nanti ada berita-berita aneh yang menyebar dengan sangat cepat. Aku gak mau itu terjadi, bukan begitu?". Sambungnya dengan sangat santai. Balquess yang sedari tadi memperhatikannya hanya mengangguk tergugu mendengar jawaban Ronald. Jelas saja Ronald tidak mau melakukan hal tersebut. Ia adalah pria baik dan tidak mau mempermainkan, mempermalukan, atau menjatuhkan harga diri perempuan begitu saja. Pemikirannya bahkan lebih jauh dari pada Balquess.

"Yaudah, sekarang kamu masuk ke rumah, buat teh panas lalu tidur. Soalnya besok kita langsung nyari sasaran yang repat. Dan juga, Sepertinya kamu kedinginan di luar sini". Ujar sambil menadahkan lengan sebelahnya ke atas mengecek apakah hujan salju ini makin bertambah parah atau tidak seraya melirik ke arah langit yang bertaburan benda kecil yang turun bergiliran seperti taburan kapas yang berhamburan. "Aku akan pulang sekarang". Ucapnya sambil menyuruh Balquess masuk kedalam rumah. Ia melambaikankan tangannya ke arah Balquess dan membalikan badannya untuk segera pulang ke rumahnya sambil memperhatikan kediaman di samping Balquess ini seraya berjalan keluar halaman dengan perlahan. Tatapannya benar-benar tak biasa kepada rumah di sebelah kediaman Balquess.

"Terimakasih ya Ronald sudah mengantarkanku, Hati-hati di jalan!". Teriak Balquess dengan sangat bersemangat seraya melambaikan sebelah tangannya dan tersenyum lebar. Ronald yang mendengar seruan Balquess langsung memecahkan pikirannya pada rumah yang berada tepat di sebelah kediaman Balquess dan langsung membalasnya dengan hal serupa, melambaikan tangannya seraya mengucapkan sama-sama kepada Balquess sambil memamerkan gigi-gigi putihnya yang tersusun rapih tersebut.

Lagi-lagi kediaman di samping Balquess masih tampak tak asing bagi Ronald sampai-sampai membuatnya terhenti di tengah jalan dan menoleh kebelakang lalu memperhatikan rumah tersebut sambil mengingatnya. Dahinya langsung berkerut mengingat memori jangka panjang atau pendek yang tersimpan di dalam berjuta-juta memori di otaknya. Ia menyerah, tak habis pikir dengan apa yang ia lakukan sekarang. Ada apa dengan rumah tersebut? Sepertinya rumah tersebut sangat membuat Ronald memeras ingatannya dengan sangat ekstream. Ia langsung bergegas pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki di bawah turunnya salju indah nan membuat dingin. Jejak kakinya yang cukup besar langsung meninggalkan jejak di tumpukan salju putih yang cukup tebal di trotoar.

****

Balquess masih tersenyum lebar di depan halamannya tak sadar kalau dirinya mulai kedinginan. Ia menatap langit dengan bulan yang sedikit berwarna biru nan bulat yang sangat indah. Kejadian ini pernah ia alami bersama Renard di atas balkon rumah yang sedang berbincang-bincang tentang buku novel miliknya. Ngomong-ngomong tentang Renard. Bagaimana keadaannya ya? Sudah hampir seminggu aku gak ketemu dan gak dapat kabar dari dia. Hanya telpon masuk, misscall, atau mungkin salah pencet dan langsung tersambung ke hp aku.

Love In SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang