-Bab 16-

123 19 0
                                    

London 09:30. PM, Balquess dan Renard beranjak dari tempat duduk mereka yang ada di dekat ranjang rumah sakit dimana Nyonya Kellie sedang terbaring tak berdaya di sana sambil berjalan mendekati lelaki tua tersebut yang sedang setengah tertidur di samping bahu Nyonya Kellie. Renard berniat untuk membangunkan lelaki tua tersebut untuk berpamitan pulang, Tetapi ia tak tega untuk membangunkannya. Ia menatap Balquess sejenak untuk meminta sarannya. Balquess mengangguk sambil tersenyum dan menunjuk ke arah jam tangannya.

"Ehmm, maaf Tuan". Ujar Renard sambil menepuk pelan pundak lelaki tua tersebut yang sedang tertidur setengah pulas. Lelaki tua tersebut terbangun dengan perlahan. Kedua matanya memaksa membuka karena sorot cahaya lampu yang begitu terang memaksa masuk kedalam kelopak matanya. Ia tersentak saat Renard membangunkannya. Dengan spontan ia langsung berdiri dan tersenyum dengan sangat ramah.

"Iya kenapa?".

"Maaf Tuan, sekarang sudah hampir tengah malam. Dan kami ingin berpamitan untuk pulang kerumah. Besok kita akan kembali kesini untuk memantau keadaan Nyonya Kellie lagi". Tukas Renard dengan suara yang sangat lembut.

"Iya Tuan. Maaf kami tidak bisa menginap di sini untuk memantau kondisi Nyonya Kellie dan menemanimu". Ujar Balquess juga sambil tersenyum ramah. Matanya beralih pada Nyonya Kellie, yang sedang terbaring tak berdaya di atas ranjang dengan di temani beberapa selang oksigen dan infus. Wajahnya nampak cantik walau kulitnya sudah mulai mengendur di usia senja. Melihatnya membuat hati Balquess teriris dan menangis.

"Oh silahkan. Maaf aku sudah merepotkan kalian berdua. Besok tidak usah datang lagi kesini juga tidak apa-apa. Aku biasa seperti ini. Kalian cepat pulang dan beristirahatlah di rumah". Jawab Lelaki tua tersebut. Ia segera mengantar Balquess dan Renard keluar dari ruangan tersebut menuju pintu kaca yang besar itu. Balquess kembali melihat lelaki tua tersebut yang begitu tegar.

"Kau benar tidak apa-apa sendirian disini?". Tanya Balquess.

Dia tidak menunggu Balquess menjawab, hanya tersenyum sambil berkata. "Aku tidak apa-apa di sini sendiri. Lagi juga, Kellie akan segera sadar". Jawabnya dengan sangat percaya diri.

Mereka berdua kembali berpamitan lalu langsung berbalik pergi untuk pulang kerumah masing-masing. Mereka berjalan di antara lorong dingin yang sunyi di sana. Tak ada suara apapun, hanya suara langkah kaki dari mereka berdua yang meninggalkan ruangan tersebut.

"Kamu gak keberatan untuk kesini lagi kan?". Tanya Renard sambil tetap berjalan tanpa melihat wajah Balquess yang sudah cukup kecapean seharian ini. Balquess menaikan alisnya dan memekarkan senyum manisnya. Ia menggeleng perlahan.

"Tidak, aku tidak keberatan untuk kembali kesini lagi". Jawabnya. "Oiya, maksud kamu yang waktu itu mau ngomong tugas lapangan aku maksudnya apa?". Sambung Balquess sambil mencoba menatap wajah Renard. Renard langsung membalikan wajahnya dan menatap Balquess juga sambil sedikit tersenyum.

"Oh itu, jadi begini. Tugas kamu kan di suruh membuat artikel tentang Cinta. Sepertinya Nyonya Kellie dan suaminya tepat menjadi narasumbermu". Balquess sepontan terkejut mendengar ujaran Renard. Kenapa tak terpikirkan dari tadi? Dan kenapa waktunya begitu pas sekali?

"Ide bagus!". Seru Balquess sambil tersenyum lebar. "Jadi?".

"Jadi nanti kita tunggu sampai Nyonya Kellie sadar dan benar-benar sudah bisa di ajak cerita dan mengingat masa lalunya. Semoga saja ia bisa segera sadar". Mereka berdua mengaminkannya sambil terus berjalan.

"Tapi Renard, apa kisah cinta mereka akan membuat cerita yang begitu fantastis bagi yang membaca? Ehmm, maksudku, ada banyak pasangan yang sudah berumur tua. Apa itu tidak akan membuat pembaca nanti menjadi bosan?". Mereka berdua langsung berada dalam kesunyian, memikirkan apa yang di katakan oleh Balquess. Tidak mudah memang untuk membuat sebuah tulisan berlatar belakang kisah nyata tentang cinta.

Love In SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang