-Bab 22-

66 2 0
                                    

02:25 PM, Pemakaman Highgate, London. Arah pandang matanya kosong tak menatap apapun. Tubuhnya kini kian melemas diatas kursi roda yang bergerak menyusuri jalanan yang berada dipemakaman tersebut. Pohon-pohon besar yang sangat rindang seakan siap memayungi Peziarah yang akan datang menemui keluarga tercinta yang telah terlebih dahulu meninggalkan mereka. Dedaunannya yang masih menempel disetiap ranting terselimuti oleh salju putih. Andaikan saja mereka dibawah sana bisa berbicara dan memohon kepada Tuhan, maka mereka akan menangis dan memohon dengan sanat pilunya berharap Sang pencipa membalik jam pasir waktunya agar kembali dan bisa memanfaatkan hidupnya bersama orang yang dikasihinya. namun semuanya bisu. semuanya menjadi individualis yang tak perduli dengan siapun disisinya pada hari pengadilan. menunggu waktunya tiba dan harus siap menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan dari lisan tentara Tuhan itu.

Nyonya Kellie masih terus menggenggam sepucuk surat dari suaminya. Kedua matanya agak membengkak karena terlalu lama menangis sejak tadi. bagaimana tidak, Cintanya sekarang telah pergi demi merelakan belahan jiwanya untuk tetap bisa menjalankan kehidupannya walau ia tak bisa menemaninya. ia terlihat tak ada gairah sama sekali, tatap matanya kosong menatap lurus ke arah pandangnya. Ia terlihat begitu lemas hingga ia tak sanggup menopang berat tubuhnya dan lebih memilih untuk bersandar di sandaran kursi roda itu. Kursi roda itu terus bergerak perlahan mendekati sebuah batu nisan yang terdapat tulisan yang sangat bermakna bagi Nyonya Kellie. Ia mengangkat perlahan wajahnya kearah batu nisan tersebut. Perlahan ia tersenyum dengan sangat manis menatap batu nisan yang tertulis nama sang suami tercinta dengan tanah pemakamannya yang masih merah tanah dengan gundukan-gundukan tanah merah yang masih menyisa disekitar pemakaman Tuan Reindhard yang bercampur dengan keping salju. Namun senyumnya memudar dan tergantikan oleh isak tangis yang kembali tumpah. tangisnya dengan sangat cepat kembali tumpah menatap nisan belahan jiwanya. Hampir saja ia jatuh tersungkur ke tanah karena ingin memeluk nisan tersebut. Tetapi Balquess langsung menangkapnya dan menyuruhnya duduk kembali. ia menatap kedua mata Nyonya Kellie untuk menguatkan perasaan yang dialami olehnya. Ya, ia tahu pasti perasaan yang dialami oleh Nyonya Kellie. begitu remuk dan hancur. senyum Balquess berusaha untuk membantu dirinya untuk menguatkan hatinya. senyum Balquess yang menular langsung sedikit membuat Nyonya Kellie tenang.

Suasana disana tiba-tiba saja menjadi hening dan sepi. Hanya suara isak tangis yang tertahan dan kicau burung yang terdengar. Balquess menundukan kepalanya dan berusaha membendung rasa sedih itu. Ia merendahkan tubuhnya dan menatap wajah Nyonya Kellie yang mulai menggerimis kembali. Nyonya Kellie melipat bibirnya lalu membasuh air matanya yang menetes terlebih dahulu dan terjatuh diatas telapak tangannya. Ronald yang sedari tadi berada di samping Balquess yang sedang bertekuk lutut di samping Nyonya Kellie turut hanyut dalam suasana ini. mereka berdua menggenggam tangan satu sama lain untuk menguatkan, untuk saling berpikir lebih jernih. mungkin yang di katakan orang lain itu benar kalau hati perempuan sangatlah luluh dan mudah menggerimis. itulah yang terjadi pada Balquess Darrel yang awalnya ia menguatkan Nyonya Kellie, sekarang ia ikut terhanyut dalam lautan duka. Isak tangis mulai terdengar mengisi suasana disana. Renard mendekat kearah mereka berdua sambil membisikan perlahan kepada mereka berdua.

"Ayolah.... tersenyum seperti tadi. hapus air mata kalian berdua agar Tuan Reindhard ikut tersenyum melihat kita dari sana". Ucapnya dengan berbisik kepada mereka berdua.

"Hari ini aku mulai paham, cintaku bersama Reindhard telah kandas".

"Kamu salah Nyonya Kellie. Cintamu masih selalu ada walau salah satu dari kalian sudah tiada". Tukasnya sambil menatap mata Nyonya Kellie yang terus-terusan menumpahkan cairan yang sangat suci itu. "Cinta kalian akan selalu ada disini, dihatimu". Sambung Renard sambil menunjuk kearah hati Nyonya Kellie. Ia membujuk Nyonya Kellie agar tidak menangisi kepergihan sang suami. Walau rasanya begitu berat di tinggal dengan orang yang kita cintai.

Love In SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang