Suasana hening tiba-tiba saja merubah keadaan sekitar dengan begitu cepat. Deraian air mata itu terus berjatuhan hingga membasahi kedua pipi merahnya tersebut. Perempuan itu terus menangis di pelukan Nicolle yang terus membelai rambut hitamnya dan menyeka air matanya yang menderas. Sepertinya Balquess benar-benar sangat sedih dan hari ini ia benar-benar ingin mencurahkannya semua kepada sahabat terbaiknya, Nicolle.
Nicolle memegang kedua pipi Balquess dan menghadapkannya tepat kewajahnya agar ia bisa berinteraksi langsung dengannya. Ia kembali menyeka air mata Balquess dengan ibu jarinya dan menatap kedua mata hitamnya yang berlinangan air mata. Mereka seperti sedang melakukan kontak batin yang sangat dalam, yang hanya di rasakan oleh mereka saja.
"Sekarang kamu boleh cerita sepuas hati kamu. Sesukamu. Aku akan mendengarkannya sampai kamu selesai". Ucapnya sambil kembali menyeka air mata Balquess yang kembali menetes. Balquess mulai mengambil napas dengan sangat dalam. Memejamkan kedua matanya untuk merilekskan pikirannya, Memulihkan pikirannya agar kembali seperti biasanya dan bisa menceritakan masalahnya kepada Nicolke dengan mudahnya. Kedua bibirnya bergetar saat ia ingin bicara. Matanya kembali ingin menumpahkan cairan bening nan bersinar. Tetapi kali ini ia tahan dengan sekuat tenaga.
"Aku akan ceritakan mimpi itu saja". Jawab Balquess tertunduk. Wajahnya sedikit muram.
****
Awalnya aku hanya sendirian di tempat yang entah dimana aku tidak kenal. Aku sendirian disana, hanya ada tiupan angin dan kilauan cahaya matahari yang menghangatkan. Aku rasa itu di pantai, tapi dugaanku salah. Aku masih tetap berada di tempat itu. Sepanjang mataku memandang, hanya ada cahaya putih menyilaukan mata dan hembusan angin yang entah dari mana datangnya. Aku terus berteriak memanggil siapa saja yang ada disana, tetapi usahaku percuma.
Saat itu, sepertinya semuanya sudah berjalan berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun lamanya aku masih tetap disana. Di tempat tak berpenghuni yang sangat menyeramkan. Aku terus berlarian kesana-kemari mencari jalan keluar. Hingga kedua kakiku membengak dan sepertinya aku mulai tidak bisa merasakan kakiku lagi. Kedua kakiku mati rasa. Tidak bisa di buat berjalan. Sepertinya saat itu aku telah lumpuh. Aku hanya bisa menangis dan terus menangis sambil berteriak meminta tolong. Saat itu aku sudah mulai putus asa. Aku putus asa dengan diriku sendiri. Aku putus asa karena tidak bisa berbuat apa-apa. Aku pasrah.
Hingga tiba-tiba saja datang seorang lelaki tua menghampiri aku dengan tergopoh-gopoh. Ia mengulurkan tangannya kepadaku, berharap aku ingin segera di tolong oleh siapapun. Aku mulai mengulurkan tanganku dengan perlahan dan langsung menggenggam telapak tangan lelaki tua itu yang sudah agak kasar. Ia menarik lenganku dengan perlahan. Membantuku untuk segera duduk, tetapi aku tidak bisa. Kedua kakiku terasa begitu sakit hingga aku terpaksa bersandar di tubuh rapuhnya. Mungkin saat itu aku yang dalam keadaan begitu rapuh. Ia menyeka air mata dan keringatku dengan tangannya. Entah mengapa tangannya berubah menjadi sehalus sutra.
"Gadis cantik, jangan menyerah. Terus berusaha sekuat tenaga walau keadaanmu sedang dalam keadaan sulit. Hatimu masih sangat bersih. Jaga hatimu itu, jangan sampai hatimu kotor. Karena nanti akan ada pangeran tampan yang akan menjemputmu. Pangeran tampan yang tidak ingin di kenal. Pangeran tampan yang hanya diam membisu kepada orang lain, tapi tidak denganmu". Tukasnya sambil menatap kedua mataku ini dengan tatapan yang tidak biasa. Ia melihat kedua kakiku yang tak bisa di gerakan. "Kakimu itu akan segera sembuh. Kamu dapat kembali berjalan lagi seperti biasa. Tapi ingat, gunakan kakimu sebagai penunjuk arah hidupmu". Sambungnya.
Ia kembali membangunkanku dengan perlahan. Entah kenapa kakiku yang tadinya tidak bisa di gerakan sama sekali, Sekarang rasa itu sudah menghilang. Aku tersenyum dengan sangat girang hingga aku tidak sadar lelaki tua itu menghilang begitu saja. Aku mencari lelaki tua itu hingga aku tak sadar aku sedang ada di dalam rumahku. Semua tadi telah hilang dan berganti menjadi seperti kenyataan. Aku kira aku sudah terbangun dari mimpi panjangku, tetapi belum. Aku masih terjebak dalam mimpi aneh ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silent
Teen FictionPerempuan cantik berambut hitam sepinggul itu tetap diam, walau ada satu hal yang membuat dirinya dan hatinya gelisah. Hatinya berteriak setiap kali melihatnya. Ada apa ini? "Qess, please... tolong jawab". Tukas lelaki tampan berambut cepak coklat t...