-Bab 4-

378 43 0
                                    

Bayangan dirinya memantul di sebuah cermin bergaya shaby chick berwarna putih corak warna pastel. Mata hitamnya menatap dirinya di depan cermin seraya menyisir rambut hitam panjang pekatnya. Ia menyisir dan terus menyisir. Begitu cantik dirinya saat menyisir rambutnya di depan cermin. Pipinya memunculkan rona merah yang sangat pekat dan makin membuatnya bertambah cantik.

Ia beranjak dari kursi kecil depan meja riasnya. Mengambil CD piano classic dan menyetelnya dengan speaker kencang. Lantunan piano mengalun dramatis. Membuat Balquess Darrel ikut hanyut dalam setiap liriknya. Kedua kakinya bergerak dengan sendirinya mengikuti alunan piano. Tubuhnya ikut bergerak dengan lenturnya, Menari balet dengan lincahnya. Bergerak kesana-kemari. Berputar dengan anggunnya. Memperlihatkan kelincahan perempuan keturunan Indonesia itu. Tubuh mungilnya seperti penari balet kontemporer yang sudah handal.

Ia menari dengan lentur di depan jendela kaca kamarnya yang agak besar. Memamerkan tariannya kepada siapa saja lewat kaca jendela tersebut. Dari luar rumahnya, Sangat jelas sekali bila ada yang melihatnya ke lantai dua -kamar Balquess.

Rambut hitamnya berterbangan saat ia berputar. Terkena angin kamarnya yang hangat berkat penghangat ruangan. Dari luar rumahnya. Sesosok Laki-laki yang tak terlihat jelas wajahnya sedang memperhatikan gerak-geriknya dari luar rumahnya. Lelaki itu terlihat tersenyum samar. Tetapi ia sangat menikmati tarian Balquess Darrel.

Balquess berhenti untuk beristirahat. Ia melongok ke luar jendela kamarnya dan keluar menuju balkon rumahnya. Tetapi saat ia melihat ke luar jendela. Ia menemukan seorang laki-laki sedang memperhatikannya. Dahinya berkerut melihatnya.

Lelaki yang berada di luar sana tersentak dan menundukan pandangannya lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Siapa dia? Apakah dia memperhatikan aku sampai selesai menari?". Tukasnya sambil melongok keluar jendela mencari lelaki tersebut. "Sepertinya aku pernah melihat orang itu. Tapi dimana?". Sambungnya seraya mematikan musik tersebut.

****


"Ia begitu cantik dan anggun. Rambut hitamnya, pipi merahnya, mata hitamnya. Ahgg, aku tidak bisa melupakannya. Bahkan tariannya itu membuatku ingin menari juga". Gumamnya dalam hati sambil terus berjalan menyusuri kota London. Ia tersenyum-senyum sendiri memikirkan gadis tersebut.

"Brakk!!". Ia menabrak seseorang yang berada di depannya dengan sangat kencang. Membuat seseorang tersebut marah dan mengeluarkan kata-kata kasarnya di tempat umum.

"Oh, Shit-man! Are you fucking kidding me?! Apakau melihat orang yang berada di depanmu ini, hahh???! Bagaimana kau sampai bisa menabrakku?! Dasar bajingan!". Tukas brandal itu memarahi lelaki tersebut sambil menarik kerah bajunya. Lelaki tersebut hanya bisa meminta maaf seraya mencoba melepaskan tangan busuknya dari tubuhnya. Ia memukul Brandal itu dengan tangan agak kekarnya. Terlepas. Brandal itu langsung tersungkur ke jalanan. Memperlihatan wajah cengengnya kepada khalayak umum.

"Gunakanlah kata-kata yang baik kalau bicara, Bung!". Jawabnya datar seraya meninggalkan brandal itu dengan cepat. Berandal itu meringis ke sakitan dan mencoba bangun. Lelaki itu berhasil membuat brandal itu menjadi bahan tontonan umum.

Dari ujung, Terlihat sesosok laki-laki bermantel hitam lengkap dengan sarung tangannya sedang duduk-duduk di taman kota yang berselimut salju. Ia duduk disana sambil menyantap makanannya. Di sampingnya, beberapa buku dan tas ransel berwarna abu-abu menemaninya.

Lelaki tersebut menepuknya dari belakang. Mencoba mengagetkanya.

"Bersenang-senang dengan salju yang dingin, Ya?". Tukasnya datar. Senyum tipisnya terukir di bibirnya. Lelaki yang sedang memakan hot dognya itu menoleh kebelakang dengan wajah acuh tak acuh.

Love In SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang