-Bab 19-

102 16 1
                                    

-2 Hari Kemudian-

Kedua mata itu terbuka dengan perlahan walau sorot cahaya lampu sangat menusuk hingga retina. Semuanya masih terlihat samar. Tempat ini seperti di penuhi oleh kabut tebal. Jarak pandangnya tak bisa ia lihat walau itu hanya beberapa senti darinya. Begitu juga dengan dua orang yang tak di kenalnya berada di hadapannya yang nampak tak jelas. Bentuk nyapun juga tidak begitu terlihat. Pandangannya masih sangat kacau saat itu. Sedikit demi sedikit pengelihatannya kembali pulih. Mungkin itu hanya efek karena mata terus-terusan di pejamkan dengan jangka waktu yang lama.

Kedua alisnya berkerut. Tubuhnya masih terasa sangat lemas hingga ia tidak bisa menggerakan tangannya. Hanya bola matanya saja yang bisa bergerak saat itu. Ia memandangi dua orang yang berada di dekatnya dengan raut wajah yang aneh.

"Ka....kalian siapa?". Tanya Nyonya Kellie lemas sambil menatap bergantian Balquess dan Renard. Mereka berdua hanya tersenyum dan menghela napas dengan lega. "Aku dimana?! Kenapa aku seperti ini?....". Nyonya Kellie terus bertanya seperti orang baru muncul dari dunia ini. Dirinya benar-benar panik seperti orang kebakaran jenggot. Renard tersenyum karena tertular dari senyumannya Balquess. Ia mencoba merilekskan Nyonya Kellie. Ia memegang telapak tangan Nyonya Kellie yang sudah keriput lalu dengan sangat lembut membelainya bagaikan ia adalah suaminya. Lalu ia membungkukan tubuhnya agar bisa berbicara dengan Nyonya Kellie dengan posisi yang tepat. Tutur katanya sangat ramah dan tidak kaku.

"Perkenalkan. namaku Renard, dan ini temanku Balquess". Ujarnya sambil menunjuk kearah Balquess. Ia melambaikan tangannya sambil melontarkan senyum manisnya kepada Nyonya Kellie. "Kami disini yang menemani Nyonya Kellie sampai sekarang di rumah sakit ini". Sambungnya. Nyonya Kellie masih terlihat gelisah. Kedua bola matanya masih memburu seseorang, Kekanan dan kekiri. Gerak matanya sangat cepat.

"Lalu dimana suamiku?". Tanyanya dengan nada suara yang makin melemas. Ia menghempaskan napasnya dengan sangat berat karena ia merasa masih sangat lemas. Balquess dan Renard saling bersipandang dengan cukup lama. Mencoba menyampaikan sesuatu dengan cara bersitatap. Sampai akhirnya seseorang dengan alat bantu melihat yang tebal berbentuk bulat itu yang bertengger di hidungnya dan asisten pribadinya yang kedua sama-sama memakai jaz putih necis dengan peralatannya memecah hening suasana disana.

"Syukurlah Nyonya Kellie sudah sadar". Serunya sambil melihat bahagia kearah Nyonya Kellie. Senyumnya memekar sangat lebar hingga gigi-gigi putihnya bisa terlihat. Nyonya Kellie hanya bisa tersenyum. Jelas saja, suara mereka masih terdengar dengan pelan di telingnya.

"Apa kalian keluarganya Nyonya Kellie?". Tanya Dokter sambil mengajak salaman Renard dan Balquess. Mereka mengangguk sambil sambil berlagak lantasnya saudaranya Nyonya Kellie.

"Ya, kami disini keluarganya Nyonya Kellie. Perkenalkan aku Balquess keponakannya Nyonya Kellie dan ini......". Belom sempat ia menyelesaikannya. Entah kenapa ucapannya terhenti. Ia melihat Renard dengan tatapan tak biasa. Bisa di bilang takut, bisa juga di bilang malu. Entah apa itu yang jelas ia tidak bisa melanjutkannya. Dengan cepat Renard langsung menyambung perkataan Balquess.

"Dan saya suaminya Balquess, panggil saja Renard".

Balquess tersentak saat Renard menyebut dirinya adalah suaminya Balquess. Sang Dokter langsung memekarkan senyumnya lalu menatap Renard dan Balquess secara bergantian. Kedua alisnya terangkat. Mulutnya lagi-lagi terbuka lebar karena senyum.

"Kalian begitu serasi dan sangat cocok. Semoga kalian berdua cepat di anugrahi anak dan langgeng sampai tua. Seperti Bibimu ini".

Ingin sekali saat itu Balquess teriak sekencang-kencangnya. Menyadari mereka semua kalau dirinya bukan Istrinya Renard. Ia tidak suka dengan skenario saat ini. Tapi apa daya, ia tidak bisa melakukan itu. Ia hanya bisa diam dan tersenyum kecil. Kedua pipinya turut berubah menjadi merah karena terus-terusan di puji oleh sang Dokter ini. Balquess menjelikan kedua bola matanya sesaat lalu membalikan tubuhnya kearah Nyonya Kellie.

Love In SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang