-Bab 5-

251 40 2
                                    

Perempuan cantik berambut hitam itu menatap lurus ke luar balkon atas rumahnya. Angin dingin menemaninya di atas sana. Rambut hitamnya berterbangan terbawa angin malam. Ia beranjak dari tempatnya dan menyandarkan tubuhnya di kursi santai di balkon rumahnya. Ia menghirup udara dingin disana. Menenangkan tubuhnya bersama rembulan.

"Lelaki yang menolongku tadi...". tukasnya berhenti sejenak sambil memandang rembulan lemas di kursi santainya. "Apa benar bukan dia?. tapi aku melihatnya jelas saat di atas sini. Wajahnya tampan. Matanya biru menyala menatapku tajam. Ahgggg! Ada apa ini?!". Sambungnya memarahi dirinya sendiri.

Buku merah yang tersimpan di lemari mulai memanggilnya. Menyuruhnya untuk menemaninya di kala sepi sendiri. Sudah 2 hari ia tidak membacanya lagi. Ia kembali mengambil buku itu dan membacanya lagi. Lagi-lagi buku tersebut membuatnya menangis tersedu-sedu.

Ia terisak dengan sangat kencang. Membuat siapa saja yang mendengarnya mendengar dengan sangat jelas isak tangis tersedunya. Salivanya memaksa untuk keluar. Kenapa saat Balquess membaca buku itu ia menjadi sangat menggerimis?

****

Lelaki berambut pirang kekunian itu berjalan di belakang perempuan berambut coklat sambil menutup kedua matanya dengan telapak tangannya. Ia membawa perempuan cantik itu ke suatu tempat.

"Kita sudah sampai, Reind?". Tanya perempuan cantik itu sambil tersenyum manis. Lelaki itu masih membawanya pergi ke suatu tempat seraya meletakan kedua telapak tangannya menutupi mata perempuancantik itu.

"Sudah sampai, my Dear". Jawabnya santai sambil membuka tangannya dari mata perempuan itu. Perempuan itu tersenyum lebar. Memamerkan gigi rapih putihnya. Kedua matanya berbinar-binar dan ingin menitikan sebuah air mata yang berkilau. Sebuah tempat yang istimewa. Deburan ombak menyapu buih-buih di pinggir pantai. Angin dari lautan yang menerbangkan rambut panjangnya. Burung-burung yang menghiasi langit senja. Dan rangkaian bunga mawar putih yang membentuk hati yang di taruh berdampingan dengan matahari senja yang kekunian.

"I....ii....ini!?....". Tanyanya tergugu dan berhenti sejenak. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi di hadapan laki-laki itu. "Apa ini?". Sambungnya seraya melihat-lihat tempat tersebut. Mulutnya membuka lebar karena takjup. Mata indahnya tak henti-hentinya berlinangan air mata.

"Kamu suka, my Dear?".

"Apa maksud semua ini?.aku tidak mengerti". Tanyanya seraya menutup mulutnya dan terlihat salah tingkah. Tiba-tiba saja, laki-laki itu berlutut di hadapan perempuan cantik itu dan membuatnya bertambah menumpakan air matanya dan memperlihatkannya sebuah cincin yang nampak anggun berhiasi permata-permata berwarna putih.

"Will you marry me, my Dear?". Sontak perbuatan laki-laki itu mengundang tangisan haru dari perempuan cantik itu. Rona merah menjalar di kedua pipinya tersebut. Matanya masih berbinar-binar. Ia mengguk perlahan sambil menahan rasa haru.

Laki-laki itu mengambil tangan perempuan itu dengan perlahan dan memakaikan cincin cantik tersebut di jari manisnya. Perempuanitu makin terharu di buatnya. Ia terisak melihat hal ini. Seakan mimpi disiang Hari yang menjadi kenyataan.

****

Lelaki itu mendengar suara isak tangis yang tersedu-sedu dari balkon rumahnya. Ia beranjak dari meja kerjanya dan berjalan kearah balkon rumahnya. Ia menatap lurus keluar balkonya dengan tajam. Mencari-cari sumber suara tersebut. Ia menoleh ke sebelah kirinya. Tepat di samping rumahnya, Terlihat sesosok perempuan cantik nan jelita sedang duduk di kursi santai sambil membaca buku dan menangis.

Ia berpura-pura batuk lalu mendehem. Balquess tersentak seraya menyeka air matanya yang sudah membasahi kedua pipinya dan mencari sumber suara tersebut.

Love In SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang