Aku hanya terdiam selama perjalanan,mendengarkan mereka semua berdebat membuatku semakin bosan
"Tak kusangka..... kau tahan bersama mereka." Gumamku seraya menguap 'hebat'.
Zack tertawa lucu dan lalu mengelus puncak kepalaku. Aku menepis tangannya menjauh, "berhentilah memperlakukanku seperti anak kecil!" Ketusku dingin.
Tak lama kemudian kami tiba di sebuah gerbang yang cukup besar. Zack mengatakan jika ini adalah perbatasan dunia, bagi siapapun yang melewati ini tanpa seizin Raja atau keluarga kerajaan yang lainnya, dia akan segera dijatuhi hukuman. Dan sekarang Ratulah yang memintaku untuk berkunjung.
"Siapa itu Ratu? Dia bukan orang tua kita, bukan?" Tanyaku seraya sedikit memiringkan kepalaku.
"Dia adalah Arendela Shavenx, dia memang bukan ibu kita namun dia akan menjadi ibu kita disana." Jelas Zack panjang lebar.
Aku hanya mengangguk kecil dan mencoba untuk mencerna apa yang Zack katakan. Tiba-tiba Zack menepuk pundakku, "aku kita masuk!"
Zack menautkan jarinya diatas trlapak tanganku. Hangat! Pikirku saar aku sadar dia mengenggam tanganku. Zack menarikku melewati gerbang.
Aku merasakan aura yang berubah drastis ketika melewati gerbang itu. Aku menatap Zack, tatapan kami saling bertemu dan matanya sudah berubah kembali. Tiba-tiba Zack menggendongku ala seorang puteri, lalu baru aku sadari jika waktu sedikit lebih lambat saat Zack mulai berlari. Semua terasa seperti bergerak lambat bagiku.
Tanpa kusadari kami sudah sampai di sebuah kastil. Tanpa berkata panjang lebar, Zack memberiku sebuah jubah merah dan menatapku seakan mengatakan 'pakai itu!' kepadaku. Karena tak mau berdebat dengannya aku langsung menggunakan jubah itu tanpa protes.
Kami berjalan memasuki kastil. Banyak lorong-lorong yang kami lewati, namun pada akhirnya kami memasuki sebuah ruangan yang megah.
"My Lady..." Zack membungkukkan tubuhnya dan memberi hormat kepada, yah kurasa Ratunya.
"Selamat datang di negeri kami, Zavenia Shavenx." Ucap Ratu dengan berwibawa dan sopan.
Aku berusaha untuk tersenyum, namun hasilnya nol. Aku sama sekali tak terbiasa dengan kata 'tersenyum', jadi aku hanya membungkukkan tubuhku.
"Sepertinya senyummu sudah lama menghilang." Tebaknya seraya berjalan kearahku.
"Aku hanya sudah kehilangan jiwaku, tapi tidak dengan senyumanku." Ucapku hati-hati dan berusaha untuk tetap sopan.
Senyuman terbentuk dengan mudah di wajahnya, namun aku menghiraukannya.
"Aku dengar kau hidup sendirian saat ini, jadi aku meminta kakakmu Zack untuk menjemputmu kemari." Jelasnya dan mulai berjalan mengelilingi tahtanya.
Aku memang sudah hidup sendiri sejak lama. Saat papa mengubahku, bahkan tanpa kusengaja aku membunuh kedua orang tuaku sendiri. Batinku ngilu.
"Dunia manusia sangatlah tak cocok denganmu yang memiliki kemampuan super, jadi aku memanggilmu." Lanjutnya lagi.
Tanpa sempat aku dengar perintah Ratu, Zack sudah membawaku dan mengatakan jika dia akan mengatarkanku ke kamar baruku.
"Kamarku berada di sebelahmu, jadi jangan ragu untuk berkunjung." Godanya seraya menutup pintu.
Pukul 22.20
Aku segera berjalan mengambil baju di lemari dan segera pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhku. Setelah selesai mengganti bajuku dengan piyama, aku mendengar suara aneh di balik tembok. Seperti ada seseorang tegah memukul-mukulnya tanpa henti, dan aku sadar jika itu adalah kamar Zack.
Aku perlahan memutar kenop pintu dan berjalan keluar. Aku berjalan menuju ke kamar Zack, dan akhirnya pun terdiam di depan pintunya. Aku mengepalkan tanganku lalu mengetuk pintunya pelan. Karena tak ada jawaban, aku terpaksa masuk dan melihat Zack.
"Zack?" Ucapku seraya perlahan masuk kedalam.
Kulihat Zack tengah mengerang kesakitan di sofa, aku berjalan menghampirinya dan duduk tepat disampingnya.
Tak lama kemudian aku mendengar erangan pelan--memang pelan, namun terdengar sangat kesakitan--berasal darinya, saat aku memandangnya, matanya sudah berubah mejadi keemasan.
"Zack?!" Pekikku saat dengan tiba-tiba Zack memelukku dengan sangat erat.
Aku kembali mendengar erangannya dan dalam waktu yang bersamaan dia semakin memelukku erat. "Kumohon...ikat....aku di sebuah....tempat kosong!" Pintanya sedikit terengah-engah.
Aku baru menyadari jika dirinya adalah seorang vampir. Aku berusaha melepaskan pelukannya, namun Zack tak mau melepaskanku. Akhirnya aku sadar, Zack adalah vampir tak sempuna namun berubah menjadi vampir murni dan mengubahnya menjadi seperti ini setiap malam.
Tiba-tiba saja Zack langsung mendorongku menjauh dan mulai memberontak. Aku memeluknya lagi dan membiarkan dirinya diam dalam pelukkanku, tapi perkiraanku salah, dia melukai tubuhku karena ia menolak diriku.
Dulu, 3 hari sebelum Zack dinyataan tiada, dia selalu melakukan ini kepadaku. Dan yang kulakukan adalah mengelus kepalanya.
"Zack, kau ternyata tak pernah berubah, ya?" Desahku seraya mengelus-elus kepalanya.
"Namun kau bukanlah 'hewan peliharaan' Papa lagi sekarang."Perlahan pelukkannya meregang namun dia tetap memelukku. "Jadi anggaplah aku ini adalah obatmu seperti dulu."
Kurasakan jika dia sedikit tersentak. Dia gemetaran. Dan saat itulah Zack tiba-tiba tertidur, pulas namun terlihat sangat ketakutan. Aku memindahkan posisinya sehingga ia tertidur dan bersandar di sofa.
Tubuhnya begitu dingin. Aku sudah tak bisa lagi merasakan detak jantungnya, deru nafasnya dan hanya tubuhnya. Dia terlihat lebih seperti mayat bagiku, namun aku takkan memberitahunya.
"Kau memang tak bisa berubah." Bisikku pelan seraya kembali mengelus kepalanya.
"Selamat malam, Zack..." pelahan aku menutup pintu dan kembali kekamarku.
-------------------------
Note : maaf ya, mungkin ceritanya gak seru, tapi semoga saja kalian suka ♥
:-D :-D :-D
KAMU SEDANG MEMBACA
Zavenia
FantasyDunia fantasy. Bagi sebagian orang dunia fantasy adalah khayalan, namun tak sedikit orang yang mempercayainya. Tapi mereka benar-benar nyata, baik dalam bentuk peri atau pun troll, mereka semua nyata. Hanya saja mereka tersembunyi dibalik bumi, menu...