Terlambat

30 12 0
                                    

Pukul 09.00

Sudah siang, tapi aku masih belum menemukan Vi. Entah dimana dia berada sekarang, aku sudah mencarinya keseikitar istana namun tak ada hasil yang kudapatkan, bahkan Lycth pun ikut menghilang. Aku menduga jika Lycth lah yang menculik Vi, karena retakkan yang kulihat kemarin aku ingat jika tak ada yang bisa melakukannya kecuali Lycth.

Lycth adalah vampire murni, dia juga adalah kakak dari ibuku, jadi tak diragukan lagi jika Lycth memiliki kekuatan telekinesis(kekuatan untuk menggerakkan benda tanpa disentuh).

Aku terus mencari mereka di luar istana. Aku ingat satu tempat dimana Lycth pernah membawaku dulu, tempat itu ada di belakang istana.

"Jika kalian menemukan Lycth atau Vi, segera temui aku!" Perintahku kepada para penjaga.

Mereka mengangguk cepat lalu segera berpencar.

------------

Vi masih tak sadarkan diri, sedangkan disini lain Lycth masihlah tak puas dengan racun yang dia berikan.

"Aku masih belum puas, namun aku akan puas jika aku juga berhasil membuat Zack rapuh!" Seringaian yang mengerikan timbul dikedua ujung bibirnya.

Saat Lycth hendak mengambil sebuah pedang, pintu ruangan itu tiba-tiba di didobrak dari luar. Sosok Zack menyembul dari balik asap seraya mengacungkan pedangnya kedepan.

"Ah pangeran kau terlambat, racun itu sudah menyebar di dalam tubuhnya." Desah Lycth.

Amarah Zack langsung berapi-api, jiwanya sudah tak bisa menahan emosinya lagi. Zack dengan cepat menerjang Lycth tanpa sedikitpun rasa iba dan ampun.

"Kau mengambil orang tuaku, kau mengambil hidupku dan sekarang.... kau mengambil adikku?!" Ketus Zack bersamaan dengan jatuhnya Lycth ke lantai.

Satu serangan terakhir berhasil melumpuhkan Lycth. Lycth terjatuh tak bertenaga, lalu sebelum pedang Zack benar-benar menghujam kepalanya, Lycth tersenyum dan berkata.
"Kutunggu kau dineraka!"

Lalu tanpa ampun lagi, pedang berkilauan itu sudah siap menancap menembus otaknya. Namun Tuhan memanglah adil, para pejaga menghentikan tepat waktu.

"Yang Mulia, tenanglah!" Salah satu penjaga mencegah pedang itu meluncur dan berusaha membuat Zack tenang.

Zack menarik nafas berkali-kali, lalu ia kembali tenang seperti biasanya.

"Kurung dia dipenjara, biar aku sendiri yang menyiksanya hingga mati!" Perintah Zack cepat.

Saat semua penjaga keluar dan membawa Lycth sebagai tahanan mereka, Zack langsung melepaskan belenggu yang mengikat Vi.

"Vi..." desah Zack.

Tubuh Vi seketika ambruk saat terlepas dari belenggu yang menahannya. Zack langsung menangkapnya, membiarkan Vi jatuh di pelukannya.

"Vi..?" Zack bingung saat tubuh Vi terkulai lemas tak bergerak.

Bisa ia rasakan jika detak jantungnya mulai melambat, menimbulkan kecemasan dan ketakutan yang luar biasa. Kehilangan.

Zack berjalan cepat seraya membopong tubuh yang masih tak sadarkan diri.

Bertahanlah Vi, kumohon.. Batin Zack.

--------------

Zack terus mondar mandir tak jelas, kecemasan masih saja menguasai pikirannya. Sekarang, saat ini, tak ada hal yang lebih besar dari pada kecemasannya ini.

Zack terus menunggu peri medis menjelaskan keadaan Vi. Memang, bukanlah hal yang mustahil untuk menyelamatkan Vi, tapi saat ini racun yang disuntikkan Lycth sudah menyebar cukup lama.

"Yang Mulia.." suara itu memecahkan keheningan.

Zack langsung bangkit terkejut dan menghampiri peri medis itu. Leec, Guren, Sebastian dan Sterebern ikut terkejut dan langsung menghampiri Zack.

"Bagaimana keadaannya?!" Tanya Zack panik.

Peri medis itu mengeleng pelan, membuat ketakutan semakin merasuki Zack. "Maafkan saya, namun untuk saat ini kami tak bisa melakukan apapun."

Saat peri itu menjawab, Zack sadar sudah tak ada harapan lagi baginya.

"Racun itu sudah menjalar dan sudah cukup lama di dalam tubu Nona Zavenia." Jelasnya kemudian. "Kami hanya bisa melakukan apa yang kami bisa, Yang Mulia."

Perlahan Zack mundur dan bersandar pasrah di dinding. Wajahnya menggambarkan seluruh kesedihan, lalu Guren merangkulnya berusaha untuk menenangkan atasan sekaligus sahabatnya itu.
"Sabarlah Zack, tak ada kata mustahil dalam dunia ini." Ucap Guren tenang.

Zack mengangguk kecil, "bolehkab aku melihat keadaannya?"

Peri medis itu mengangguk dan membiarkan Zack masuk. Di dalam sana, Vi tengah terbalik lemah dengan segala alat medis disekelilingnya.

Zack lalu duduk dikursi yang berada di samping tempat Vi terbaring. Zack perlahan mengenggam tangan kanan Vi dengan kedua tangannya, mengecupnya dan tertunduk diatasnya. Hampir saja bulir bening itu menetes, namun Zack harus tegar, dia tak boleh hal ini berpengaruh kepada tugasya, jadi dia harus tegar.

"Maafkan aku Vi, jika saja aku lebih cepat." Sesal Zack lirih.

Tak lama kemudian Leec, Guren, Sterebern dan Sebastian masuk kedalam dengan membawa banyak buah-buahan. Zack hanya menoleh sesaat dan kembali memandangi wajah pucat Vi.

"Kau ini, kau anggap kami hanya lalat numpang lewat?!" Gerutu Leec.

Tiba-tiba Sebastian memujul kepalanya dan sedikit menarik kerah belakangnya. "Dia sedang sedih, bodoh!"

Leec tertawa kecil lalu berjalan mengghampiri Zack. Keadaan menjadi hening seketika, baik Zack ataupun yang lainnya masih tetap diam.
"Zack, sudahlah. Aku yakin dia akan baik-baik saja." Ucap Leec memecahkan keheningan.

Zack hanya menatap kosong, lalu menundukkan kepalanya. Sedih, itulah yang bisa mengambarkan perasaannya sekarang. Baginya, dunia ini takkan pernah hidup tanpa ada Vi disamping, hanya kehampaan yang akan dia miliki.

Sebastian merangkul Zack dan Leec bersamaan, "sudahlah, ini bukan saatnya untuk bersedih ria."

Lalu Guren menyambung dengan tawaan khas miliknya, "Sebastian benar, jangan terlalu larut kedalam kesedihan."

Akhirnya Zack tertawa kecil. Melihat tingkah laku keempat sahabatnya ini, mustahil baginya untuk menahan tawa, apalagi melihat kekonyolan sahabat-sahabatnya ini. Leec, Guren, Sebastian dan Sterebern pun ikut senang melihat Zack yang tertawa ria.

----------------

Ternyata didunia ini aku tak sendirian. Masih banyak orang yang mendukungku, masih banyak orang yang mau tersenyum untukku. Aku tak sendirian sekarang.

"Yang Mulia!" Tiba-tiba seseorang membanting pintu dengan keras.

"Sstttt....." serempak mereka menempelkan jari telunjuk mereka di depan bibir.

Lalu pengawal itu sadar jika ini adalah Balai Kesehatan. Zack mengisyaratkan untuk berjalan mendekatinya dan berbicik di telinganya. Pengawal itu pun mengangguk dan membisikkannya kepada Zack.

Dan kali ini Zack lah yang terkejut lalu terpekik.

"APA?!!"

---------------

Note : Hayo lho, Zack nya kenapa teriak? Mau tau gak? Eits.... ada syaratnya, tebak apa yang terjadi, baru aku kasih kelanjutannya.

(# hehehe/koplak gile luh) diem aja luh!
Bagi siapa yang bener, aku vote deh ceritannya....
Salam Flannortyminyty
:) :) :) :) ♥♥

ZaveniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang