Saat mentari mendaki kaki bukit dan memancarkan sinarnya, aku terbangun dari mimpiku lalu mencegah matahari menerpa wajahku.
"Yah, pagi pertamaku di dunia ini." Bisikku kemudian meregangkan tubuhku, bersenam-senam sedikit dan mulai berjalan kekamar mandi.
Setelah aku selesai membersihkan tubuhku, aku menyembulkan kepalaku di balik jendela, menghirup udara segar dan menikmati hari pertamaku di dunia baru ini.
"Ratu?!" Pekikku saat melihat Ratu baru saja keluar dan dari ekspresinya ia terlihat mengkhawatirkan sesuatu.
Tanpa menunggu lama, aku langsung berlari keluar unyuk menemuinya.
"Yang Mulia!" Gumamku, dan saat Ratu berbalik aku membyngkukkan tubuhku.
"Berhentilah menganggapku itu sangat penting!" Ujarnya, namun kali ini tak ada sifat formal dalam dirinya.
Aku benar-benar syok saat Ratu berubah menjadi sangat berbanding terbalik dengan yang sebelumnya. Ini seperti bukan Ratu yang biasanya, ia benar-benar terlihat sangat berbeda.
Tiba-tiba saja ekspresinya berubah menjadi..... takut. "Maafkan aku, seharunya aku tak bersikap seperti ini."
Sekarang aku mengerti, dia sepertinya tak menyukai perannya sebagai seorang Ratu.
"Kau bukanlah Ratu yang sebenarnya, bukan?" Terbakku seraya tersenyum licik.
Dia atau Ratu menundukkan kepala dan berjalan menuju kursi taman. Dia menepuk-nepuk kursi seakan mengatakan 'duduklah disini!', tanpa protes aku menurutinya.
Akhirnya Ratu ingin membuka pembicaraan, namun dengan perasaan ragu dia bercerita kepadaku. "Sebenarnya aku memang bukanlah Ratu yang asli. Ratu yang sebelumnya meninggal karena perang membawa dirimu kemari, namun apa yang telah ia usahakan gagal. Para pemimpin dunia manusia tak menginzinkannya untuk membawamu, lalu menyatakan perang kepada kami.
"Namun setelah perang usai dan dimenangkan oleh bangsa kami, Ratu kehilangan nyawanya dan memitaju untuk menyamar menhadi dirinya." Akhirnya ia selesah berbicara.
Bagiku memang benar cerita itu masuk akal, namun kenapa kedua dunia ini memperebutkanku?
"Lalu siapa kau?" Tanyaku akhirnya.
"Namaku adalah Lillacth Kimberly, dan aku seorang pernyihir." Jawabnya santai.
---------------
Zack khawatir saat mengintip pembicaraan adiknya dengan sang Ratu. Ia tak pernah bepikir jika adiknya akan menyadari hal itu dengan cepat, bahkan tak pernah ia tahu jika adiknya memanglah pintar. Tentu saja dia tak tau! Mereka sudah berpisah kurang lebih 10 tahun lamanya, dan alhasil ia tak terlalu mengenal sifat adiknya sekarang.
"Zack, berhentilah mengendap-endap dan kemarilah!" Sebuah suara membuat Zack tersentak, ternyata Vi sudah menyadari keberadaannya.
Debgan ragu Zack keluar dari tempat persembunyiannya dan beralih menatap Ratu.
Dasar bodoh! Kenapa Vi sampai tau rahasia ini! Omel Zack dalam hati.
Ratu atau siapalah itu, sepertinya memiliki kemanpuan untuk menbaca pikiran orang lain, dan dia hanya membalas dengan senyuman tipis.
Zack terdengar mendengus kesal dan itu membuat Vi semakin yakin dengan pendapatnya.
"Ya..ya, aku akan menjelaskan semuannya kepadamu termasuk utangku kemarin!" Dengusnya.
-----------------
Zack terlihat kesal namun dia merasa sedikit lega karena berhasil menceritakan segalannya kepadaku. Aku hanya diam untuk mencerna baik-baik apa yang tengah dijelaskannya.
Akhirnya Lillacth memecahkan keheningan. "Baiklah, aku akan membrri kalian privasi untuk berbicaran."
Lillacth berjalan keluar dari area taman, meninggalkan kami berdua di taman ini.
Keheningan mulai melanda kami, tak ada satu patah katapun yang keluar dan meleburkan keheningan. Belum sempat aku membuka mulutku, Zack sudah mendahuluiku.
"Terima kasih..... untuk tadi malam.." desahnya.Aku hanya diam, menatap birunya langit dan menikmati hembusan angin. Aku menutup mataku hanya sekedar untuk merilekskan tubuhku. Tanpa kusadari Zack bersandar di pundakku, membuatku semakin nyaman berada di dekatnya.
"Setelah sekian lama kita tak bertemu, aku kira keadaan akan menjadi lebih janggung. Namun ternyata saat kita bertemu, tak ada keraguan diantara kita." Gumamnya seakan tau apa yang sedang kupikirkan.
Aku tertawa kecil dan sedikit menyembunyikan bibirku di balik telapak tangan. Aku baru tau jika Zack akan tetap seperti ini setelah sekian lama, tapi perkiraanku sangatlah meleset.
Tiba-tiba terdengar sebuah dehaman dari belakang kami. Zack dengan perlahan menegakkan posisi kepalanya dan menoleh kebelakang, menatap seseorang yang tengah menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan berwajah sedikit marah.
Leec..?
Zack bangkit lalu berjalan menghampirinya, "ada apa?" Tanya Zack sedikit marah pula.
Aku bangkit lalu menghampiri Zack. "Sebuah negeri menyatakan perang kepada bangsa fantasy."
Zack membelalakkan matanya. Dengan segera dia meninggalkan tempat ini entah kemana.
----------------
Seseorang menghentak meja dengan begitu keras. "Aku tak setuju dengan pembalasan pernyataan perang!"
Semua anggota dewan wilayah menyorotkan matanya ke sumber suara. Yap, Zack lah yang melakukan hal itu, tak ada diapapun yang berani melakukan itu selain dirinya.
Sementara Zack sedang berdebat dengan dewan wilayah, disisi lain Vi sedang duduk diam menunggu Zack kembali. Sesirat rasa kekhawatiran dimatanya, namun ekspresinya tetap sama, datar. Sejak lama Vi memang terlatih untuk tetap tenang jika ada sebuah masalah melandanya, ia audah dilatih untuk besikap santai dan bersikap seakan tak ada apapun.
Tiba-tiba sepasang tangan merangkul Vi dari belakang. Karena terkejut Vi meloncat dari tempat asalnya dan langsung menoleh kebelakang.
"Zack?" Pekik Vi saat menyadari Zack kembali menariknya dan memeluk Vi
----------
Note : Yattaa.... akhirnya part ini berakhir. Tak kusangka aku akan membuat karakter Zack sedikit mudah putus asa, awalahnya aku akan membuat Zack menjadi karakter yang dingin, tapi akhirnya berpindah kepada Vi...Maafkan saya....
#koplak :-PTapi semoga suka ya.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Zavenia
FantasyDunia fantasy. Bagi sebagian orang dunia fantasy adalah khayalan, namun tak sedikit orang yang mempercayainya. Tapi mereka benar-benar nyata, baik dalam bentuk peri atau pun troll, mereka semua nyata. Hanya saja mereka tersembunyi dibalik bumi, menu...