Vi, bangunlah

47 11 2
                                    

Warning : typo bertebaran dimana-mana (mohon dimaafkan), ceritanya sedikit ngawur!!

------------------

Balai Kesehatan

"APA?!!" Pekik Zack tak percaya.

Kali ini bukan hanya Leec, Sebastian, Guren ataupun Sterebern yang menyuruhnya diam. Tapi kali ini, seisi gedung Balas Kesehatan yang menyuruhnya diam.

"Hehe..." kekeh Zack kemudian.

Leec, Sebastian, Guren bahkan Sterebern sekali pun hanya bisa menggeleng-geleng kepala melihat tingkah Zack yang seperti itu. Lalu Zack dengan segera memerintahkan pengawalnya itu untuk segera mempersiapkan rapat darurat kepada para dewan wilayah.

-----------

"Maafkan saya bila sayang lancang, Yang Mulia. Tapi umur anda sudah memasuki waktu yang wajar." Bantah dewan wilayah Utara.

"Tapi saat ini Yang Mulia tengah sedih karena kejadian yang telah menimpa Nona Zavenia!" Bantah Leec.

Mereka terus berdebat, ada yang setuju dan ada yang tidak. Itu membuat kepalaku pusing.

Aku hanya bisa memijat-mijat kepalaku, pening. Bagamana tidak? Mereka memintaku untuk segera menikah karena posisi tahta kerajaan yang kosong. Yah aku ulangi, mereka ingin aku ME-NI-KAH!

Aku menggebrak meja hingga semua terdiam, hingga bisa dipastikan jika meja ini akan roboh.
"Sudah kubilang jika Vi lah yang akan menjadi Ratu!" Geramku, "bukankan kalian juga setuju akan hal itu?"

Setelah beberapa lama semua terdiam, dewan wilayah Timur memberanikan diri berbicara kepadaku.

"Tapi, Yang Mulia. Jika posisi tahta kerajaan kosong, maka bisa dipastikan akan terjadi kerusuhan di negeri ini!"

Aku terdiam sejenak. Kemudian aku berjalan kearah pintu, memutar knopnya dan bersiap untuk pergi.

"Beri aku waktu untuk berpikir jernih." Gumamku yang tengah berada di ambang pintu.

Lalu setelah mengatakan itu, aku kembali berjalan keluar ruang rapat. Memangnya kemana lagi? Tentu saja menjenguk Vi.

Saat aku berada di depan pintu, tanpa basa-basi aku langsung masuk dan menghampiri Vi. Untuk saat ini, Vi masihlah terlihat begitu pucat, dia bagai boneka yang tengah menunggu jiwanya kembali.

"Vi, mereka memintaku untuk menikah. Itu adalah hal yang lucu, bukan?" Kekehku hampa.

Aku meraih tangan kirinya, mengecupnya sesaat, berharap sebuah keajaiban akan muncul disini.

Seseorang mengetuk pintu dari luar, membuat lamunanku membuyar. Aku menoleh ke arah pintu. Di ambang pintu sana, seorang gadis peri yang tak kukenal tengah berdiri, menatapku khawatir.

"Yang Mulia, maafkan atas kedatangan saya yang mendadak." Ucapnya seraya berjalan kearahku.

Aku diam, berpikir sejenak dan menghentikan lamunanku. Saat gadis itu berjalan mendekatiku, aku sedikit tercekat dan sedikit khawatir.

Siapa dia? Beraninya memasuki ruangan ini!! Batinku.

Kemudian gadis itu duduk di sisi yang berlawanan dariku. Gadis itu menatap wajah Vi yang tengah terbaring lemah, dengan sebuah senyuman hangat ia memulai pembicaraan ini.

"Aku meramalkan jika suatu saat nanti Nona Zavenia akan menjadi penyelamat negeri kami yang tengah diambang kehancuran." Jelasnya tanpa kuminta.

Aku sedikit tercekat, bahkan hingga aku hampir melompat dari tempat dudukku.

"Nona Zavenia sudah terlahir dengan sebuah kekuatan yang akan menjadi kekuatan dan kelemahannya." Lanjutnya kemudian.

Aku kembali diam. Apa yang dimilikinya?

"Kelak dia dapat meramalkan masa depan dan masa lalu seseorang, termasuk masa lalunya sendiri." Gadis itu mulai meraih tangan Vi yang pucat.

Suasana menjadi hening di siang hari yang sibuk ini.

Pikiranku pun mulai kacau saat memikirkannya. Vi pasti takkan pernah suka dengan apa yang kukatakan nanti. Oh Tuhan...

"Baiklah, sepertinya saya harus pergi. Permisi.." ucapnya seraya berjalan keluar.

"Dan sebaiknya anda cepat jika anda tak ingin menikah." Ucap gadis itu sebelum menghilang di balik pintu.

----------------

Gelap. Hening. Dan sendirian. Aku hanya bisa diam di ruang hampa ini, ruangan yang aku diami setelah Lycth melakukan sesuatu terhadap tubuhku. Aku tak berharap ini adalah sebuah kematian, tapi aku juga tak berharap jika aku akan kembali hidup.

Ketika aku berusaha keras untuk mencari jalan keluar dari tempat brengsek ini, yang aku termukan hanyalah ruang yang hampa. Sepi. Ya, aku memang kesepian.

"Zack, cepat jemput aku dari tempat sialan ini!" Isakku pelan seraya memeluk kedua kakiku.

Tiba-tiba telingaku menangkap sebuah suara yang sudah tak asing lagi bagiku.

Itu suara Zack, ia tengah disini bersamaku sekarang.

Aku langsung bangkit dan cepat mencari asal suara itu, tapi yang kutemukan tetap sama, tak ada. Aku berlari kesana kemari, tapi tak ada yang bisa kutemukan.

"Aku meramalkan jika suatu saat nanti Nona Zavenia akan menjadi penyelamat negeri kami yang tengah diambang kehancuran." Jelasnya dan tampaknya tanpa diminta.

Kurasakan jika Zack baru saja melompat dari kursinya, hingga suara kursi yang bergeser sangat terdengar jelas.

"Nona Zavenia sudah terlahir dengan sebuah kekuatan yang akan menjadi kekuatan dan kelemahannya." Lanjutnya kemudian.

Keadaan kembali hening.

"Kelak dia dapat meramalkan masa depan dan masa lalu seseorang, termasuk masa lalunya sendiri." Kurasakan jika seseorang mengenggam tengah tanganku. Itu bukanlah Zack, tangannya lebih lembut dari Zack.

Suasana menjadi hening disini.

Bisa kurasakan jika saat ini Zack tengah frustasi dengan hal ini. Zack gemetaran, aku bisa merasakannya.

"Baiklah, sepertinya saya harus pergi. Permisi.." ucapnya dan terdengar suara langkahan kaki yang begitu pelan yang menuju keluar.

"Dan sebaiknya anda cepat jika anda tak ingin menikah." Ucap gadis itu sebelum suaranya menghilang dibalik pintu.

Akhirnya hawa yang masih ada disini hanyalah Zack. Aku ingin bangun, tapi aku tak bisa.

Tiba-tiba terdengar suara tawa khas milik Zack, tapi dia tak benar-benar tertawa.

"Kau dengar itu bukan, Vi?" Kekeh Zack hampa, dan itu semakin menyakitkan.
"Aku akan menikah, jadi bangunlah, untukku."

Zack....

Perlahan ruangan ini berubah menjadi merah, merah yang begitu pekat. Ketakutan terus menghampiriku.

"Zack..." Kekehku hampa.

------------------

Note : Hy readers....
Karena gak ada yang berharap cerita ini berlanjut, jadi kemungkinan cerita ini akan kuhapus.
(Benar sekali, aku mendukungmu *plak*)

Tapi jadi silent readers itu gak baik lho...
Jadi aku mohon vote+komentar biar terus semangat...

Dan jika vote+comen tetap sama, aku akan hapus cerita ini.
(Kecewa*plak*)

ZaveniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang