Penerus Sah Kerajaan

16 4 0
                                    

Author's pov
Ruang bawah tanah kerajaan Zavenia

Gelap, sunyi dan menyesakkan, ruangan yang hanya terlihat oleh tumpukan tanah dan mahluk fantasy di dalam tanah lainnya. Disana, di sudut ruangan itu, Vi tengah tak sadarkan diri dengan tangan yang terikat oleh segel sihir. Dihadapan nya, berdiri gadis dengan pedang berkilau yang terukir nama 'Shavenx' di pegangan nya.  Ia terdiam, kesal sedikit kecewa namun ia tetap menahannya hingga seseorang yang terikat di depannya itu tersadar.

"Zack....?" Perlahan suara samar-samar itu terdengar, Vi membuka matanya dan mengedarkan pandangan ke semua sudut.

"Baguslah kau bangun, kukira kau sudah mati karena benturan itu."

Suara itu langsung menyadarkan Vi sepenuhnya, ia mencari dimana sumber suara itu, namun sulit karena pandangannya yang masih buram. Gadis di hadapan Vi itu tersenyum lalu melangkah mendekat diantara remang-remang cahaya agar wajahnya terlihat dan itu berhasil membuat Vi kebingungan.

"Maaf ya membawamu dengan paksa, tapi aku hanya ingin protes saja." Jelasnya seraya melempar pedang di tangannya tepat ke hadapan Vi.

"Apa mau mu?" Tanya Vi to the point.

"Hanya ingin jujur, akulah penerus sah kerajaan ini."

Vi terdiam, matanya terfokus memandang pedang yang tergeletak di dekat kakinya, ia memandangi setiap inci pedang itu dan terhenti ketika mendapati ukiran nama 'Shavenx' di sana. Vi mengingat-ngingat silsilah keluarganya, Pamannya, Bibi atau sepupu bahkan keponakannya, ia mengingat-ngingat siapa gadis yang di hadapannya yang berani mengatakan jika ia merupakan penerus sah Shavenx sama seperti dirinya.

"Lucunya."

"Kau bahkan tak mengingat lengkap silsilah keluargamu."

Vi mengangkat wajahnya, ia ingat! Ingat siapa gadis itu! Namun ia tak yakin karena seingatnya ia tewas dalam kecelakaan. Ia, puteri dari penerus pertama Shavenx, putera dari Papan nya, Florisa Shavenx.

"Sudah terlambat untuk menghentikan penobatan." Tangan Vi terangkat, terlepas dengan mudah dari ikatan sihir itu.

"Tak ada gunanya meski kau menyerang kerajaan ini."

Ia tertawa kecil, kakinya melangkah mendekati salah satu sudut ruangan dan mengeluarkan sebuah kalung dengan liontin yang nampaknya tak asing lagi bagi Vi.

"Kau pikir hanya kau yang punya kalung ini? Seluruh penerus Shavenx memilikinya, kau tau."

Vi tersentak, ia terkejut mendapati kalung yang sama persis seperti yang Zack gunakan ada di genggaman gadis yang baru saja ia temui langsung. Florisa berjalan mendekati Vi dan mendekatkan kalung itu kelehernya, dalam hitungan detik, kalung itu menyala begitu terang berkelip menunjukan bayangan tulisan kuno di seluruh dinding yang disinarinya.

"Kalung ini hanya bereaksi pada seseorang berdarah Shavenx. Itu sebabnya disebut kalung Immorta-"

Vi dengan cepat menepis kalung itu, bergerak menjauh dengan pedang di tangannya. Florisa menghela nafas, namun ia tak terlihat kesal meski kalung nya terlempar jauh hingga hampir pecah, dan dengan santai ia hanya mengambil kalung itu tanpa merespon apapun, marah atau pun kesal.

"Malangnya dirimu karena tak tau alasan dari semua percobaan Paman."

"Memangnya kau tau apa?" Desis Vi ketus.

"Aku tau semua." Jelasnya dengan senyuman terpampang.

Ia berbalik ke arah pintu keluar lalu membukanya, cahaya di luar langsung menyeruak masuk kedalam, begitu menyilaukan. Ia melangkah keluar hilang diantara cahaya. Vi melamun, mencoba mencari jalan kemungkinan yang terjadi, ditambah hari penobatan nya dengan Zack tinggal 3 hari lagi, ia tak bisa membiarkan gadis itu membuat kacau. Tapi...

"Apakah ia tau semua tentang Ayah..?"

-------------------

Zack's pov

Diruangan rapat, aku masih tak bisa konsen karena memikirkan keadaan Vi, apalagi ada kejanggalan di kamar Vi bahkan ada aroma yang tak asing, aroma darah Shavenx yang khas. Aku bahkan beberapa kali di tegur Leec dan Guren, sampai sampai Sebastian yang pendiam pun hampir memarahiku.

"Leec, kurasa kita harus guyur dia dengan air racun dari sungai Troll baru ia bisa fokus." Celetuk Guren.

"Tidak tidak, kita harus menenggelamkannya di danau para troll." Balas Sebastian yang masih fokus membaca rencana perang.

"Itu belum cukup." Leec angkat bicara seraya menatap Sebastian dan Guren bergantian.

"Harus kita sendiri yang beri dia pelajaran." Dalam sekejap mata mereka semua sudah menodongkan senjata mereka masing-masing keleherku.

Aku seketika menahan gerakan agar tidak terkena satupun senjata mereka dan aku juga bukannya tak mau melawan, hanya saja mereka sedang dalam mode 'benar-benar marah' saat ini. Aku hanya tersenyum takut dan meminta maaf berkali-kali agar mereka tak benar-benar mengamuk.

"Kenapa kalian menodong Kakakku begitu?"

Sontak semua memandang ke sumber suara tak terkecuali aku, aku benar-benar terkejut! Disana, di ambang pintu, Vi tengah berdiri dengan keadaan yang BAIK BAIK saja.

"Sia-sia semua rasa khawatir ku!" Gerutuku kesal hingga aku tak sadar tanganku sudah menepis semua senjata milik Leec, Guren, dan Sebastian.

Vi menatapku dengan tenang dan sedikit kebingungan. Karena kesal aku langsung bangkit dan menjalan keluar dengan menarik Vi ikut serta, aku tak peduli yang lainnya mengikutiku yang penting aku harus mendapat penjelasan dari Vi!

Aku membawa Vi ke taman tapi disana ada Ratu Arendela jadi aku pergi ke tempat lain tapi LAGI LAGI disana malah ada sekumpulan pekerja dan prajurit perang, karena aku sudah benar-benar kesal aku membawa Vi ke kamarnya saja!

"Nah, jelaskan padaku!" Geramku kesal.

Vi terkekeh, ia tersenyum namun tidak terlihat nyata, hanya senyum kosong.

"Zack, sebenarnya apa rencana Ayah melakukan semua percobaan itu kepada kita?"

Aku seketika terdiam mendengar untaian kata itu, kata-kata yang sederhana namun aku tak bisa menjawabnya.

"Apakah ada maksud untuk merusak silsilah keluarga?"

"Itu.... Vi aku ta-"

"Kau tak bisa menjawabnya ya?" Vi berbalik dan malah membuka pintu, "Akan kutanyakan kepada Ratu saja, permisi."

Blam

Dan pintu tertutup, Vi pergi tanpa menjelaskan apapun. Betapa tidak peka nya aku! Aku bahkan sampai tak sadar jika mood Vi sedang buruk, apa ia masih marah atau ada sesuatu terjadi ketika ia menghilang? Arghhh!

"......... Jangan bilang orang itu yang mengatakannya kepada Vi?"

Brakkk!!

Karena sedikit emosi, seisi kamar Vi langsung hancur berantakan tanpa kusentuh sama sekali, mataku juga nampaknya sudah menyala emas. Karena aku tidak terlahir sebagai vampir murni, aku tak bisa benar-benar menahan kekuatanku jadi hal semacam ini mungkin terjadi.

"Sudah kubilang, gadis itu sudah ada disini." Leec berdiri diambang pintu yang hampir rubuh itu.

Aku menggeram kesal, rasa-rasanya semua emosiku bergejolak namun tak bisa kulepaskan.

"Tangkap dia. Akan kubunuh karena sudah membeberkan hal ini kepada Vi."

****************
Flannortyminyty is back, yeyyy. Kangen gak sama cerita ini? Hehe. Vomments nya jangan lupa ya 😁😁😁See you 😄

ZaveniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang