Menepati Janji

52 13 0
                                    

Sudah 3 jam aku menunggu di bawah rimbunan pohon ini. Rasa kantuk sudah mulai menyerang mataku, dan sekarang aku dalam keadaan setengah sadar.

Tiba-tiba sesuatu meniup terlingaku, dan saat aku menoleh sudah ada makhluk--cukup dan bahkan lebih aneh--itu dibelakangku. Aku meloncat karena saking terkejutnya.

"Tenanglah, aku membawa sesuatu untukmu," gumamnya datar dan tanpa kusadari sebuah kalung sudah melingkar di leherku. Aku berabanya. Sebuah kalung kristal, berwarna darah dan juga berbau darah.

"Sebuah kalung Immortal?!" Pekikku saat menyadari bentuk kalung itu.

Mataku terbelalak dan tak bisa mengatakan apapun. "S.. siapa kau?" Tanyaku penuh selidik dan masih merasa syok.

"Aku adalah pangeran vampir dari dunia seberang, dan namaku adalah Zack Shavenx." Jawabnya, aku tak mendengar sedikit pun suara kebohongan.

"Mustahil!! Kakakku telah pergi 10 tahun yang lalu, dan kau dengan beraninya mengaku dirimu adalah Zack?!" Kepalan tanganku melayang cepat kearahnya, namun dengan cepat pula dia menahannya.

Tak ada jawaban apapun dan aku semakin yakin dia memang menjebakku. Aku mendorong semakin kuat kepalanku, dan sepertinya dia kewalahan.

"Aku lebih mengenal saudara kembarku dibandingkan siapapun, jadi apa bukti yang kau miliki jika kau memang Zack." Bantahku lagi.

Dengan susah payah aku menahan amaranku, tapi semuannya berkecamuk didalam jiwaku. Zack sudah meninggal semenjak aku berumur 7 tahun, dan kalung ini, kalung yang kukubur bersamanya.

"Kau sampai berani menggali kuburannya hanya demi kalung ini?!"

Aku menarik diriku menjauh dan akhirnya membiarkan keheningan menghampiriku. Namun sebelum aku angkat bicara, pria itu sudah mendahuluiku. "Apa yang ingin kau buktikan dariku?"

Aku menghela nafas dan berusaha mengontrol emosiku, "Zack memiliki mata biru dan tatapan yang sangat aku kenal, dan dia tak memiliki mata emas sepertimu."

Tiba-tiba dia tertawa dan membuatku semakin bingung. "Kau terlalu polos untuk tau Vena!" Kekehnya lalu menutup kedua matanya, "apakah ini tatapan yang kau maksud?"

Perlahan mata emasnya memudar dan munculan mata kebiruan khas milik Zack. Mataku terbelalak, tubuhku sudah tak sanggup lagi menopang tubuhku, aku duduk terjatuh.

"Zack?!" Pekikku tak percaya.

Makhluk itu atau Zack atau apalah itu.....berjalan mendekatiku. Dia menautkan jari-jarinya di tanganku, tersenyum lalu menyerahkan sebuah pedang kepadaku.

"Aku akan menjelaskannya saat kita sampai disana." Gumamnya seraya tersenyum tipis--itu memang ciri khasnya--kepadaku.

Aku mengangguk kecil lalu melepaskan perlahan tautannya, "jika kau berbohong.... akan kulakukan ini kepadamu!" Kuremukkan pedang itu dengan kedua tanganku.
"Mengerti?!"

Mahkluk itu atau ahh... aku akan anggap saja dia Zack memecahkan keheningan, "yah aku mengerti." Jawabnya santai.

Akhirnya Zack membawaku ke semua tempat, entalah akupun tak tau tempat apa ini, hanya ada bangunan tua disini.

"Saat kau tiba disana, jangan biarkan siapapun melihat wajahmu, mengerti?!" Aku hanya mengangguk kecil dan menatap tautan tangannya.

Saat kami sampai, ada beberapa orang--atau makhluk aneh mungkin--menunggu disana. Mereka terlihat tengah kesal menunggu, entah itu menunggu Zack atau yang lainnya.

"Kau terlambat Zack!" Gerutu salah satu gadis yang sedang bersandar di sudut ruangan.
"Maafkan aku Leec, adikku ini sulit untuk diajak bicara."

Aku hanya mengatupkan mulutku rapat-rapat. Jika ada keributan disini, akulah yang paling terganggu.

Tanpa kusadari gadis itu mengenggam daguku hingga aku tak bisa mengelak lagi. Dia mengendusku dan menutup matanya. "Dasar tak sopan!" Gerutuku pelan.

"Aku mendengar itu gadis Shavenx." Ketusnya kemudian. Beberapa orang mulai menghanpiriku, menatapku dengan tajam dan aku membenci hal itu.

"Aku ingin lihat apa yang bisa ia lakukan." Gumam gadis yang di panggil Leec itu.

Tak kusangka sebuah pedang sudah terlempar kearahku, aku memang tak sempat mengelak, namun itu sama sekali tak bisa melukaiku. Saat aku mencabut pedang itu dari tanah, aku sadar jika aku merasakan kekuatan aneh yang berasal dari pedang itu.

"Jika kau memang seorang Shavenx, kau pasti tau cara menggunakannya." Jelas Leec meremehkan.

Di dalam ruangan ini, setidaknya ada 2 orang gadis kecuali aku tentunya, dan 2 pria di belakangnya. Aku memutar pedang itu untuk mengetahui sekuat apa pedang itu. Ini berat, namun begitu tipis.

Aku sengaja membiarkan pedang itu menyentuh tanah, membiarkan otakku bekerja dan fisikku yang melakukannya.

"1...2...3... mulai!" Kalimat itu menandakan pertarungan ini dimulai.

Tak berapa lama berselang, gadis itu menghempaskan cambuknya hingga tanah-tanah di sekitarku mulai retak. Meskipun terluka, tubuhku akan dengan mudah beregenerasi dan memulihkan tenagaku. Satu serangan sudah dimulai, gadis itu mengincar kakiku untuk di cambuknya san aku berhasil menghindarinya dengan melompat. Aku berlari memutarinya untuk mencari kelemahannya, meskipun aku tau jika dia bisa melihat gerakkanku, tapi aku bisa menebak apa yang akan dia lakukan.

Aku meluncurkan pedangku tepat di atas selangkanya, namun.... itu meleset dengan mudah.

"Oh...mau bermain licik, ya?" Godaku seraya berputar dan menautkan kakiku hingga ia terjatuh.

"Skakmat..." gumamku ketika dirinya sudah terkunci di bawah pedangku.

Aku bangkit dan mengulurkan tanganku dan manariknya bangkit, "jangan menilaiku hanya karena aku seorang gadis!"

Leec mendengus kesal dan berjalan kembali ketempatnya.
"Sudahlah aku tak mau membuang waktu hanya karena meragukan seorang Shavenx." Desah seprang pria dan sudah merangkul Leec.

"Namaku Sebastian Flasntin," jelas pria itu, dia berambut pirang san bermata biru, "dan aku adalah ajudan Zack."

"Namaku Guren Helz," jelas salah satu gadis yang ada di dekat jendela, dia memiliki mata hijau dan berambut hitam. "Aku adalah tangan kanan Zack."

"Namaku Sterebern Slygraill," lanjut  pria yang satunya, dia bermata abu dan berambut coklat, "aku adalah menterinya."

Aku menancapkan pedang itu di tanah. "Namaku Zavenia Shavenx, dan kali ini janggan meremehkanku."

Zack tiba-tiba saja mengelus puncak kepalaku dan tersenyum simpul. "Ayo kita berangkat."

-------------------------

Note : Yatta.....syukurlah part ini selesai, aku membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk memikirkannya. Kira-kira apa yang akan terjadi setelah Zavenia diangkat menjadi puteri ya?

ZaveniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang