Rapat Penting

37 10 0
                                    

Setelah semua yang terjadi, Zack sadar jika Vi bukanlah manusia biasa--memang sejak awal dia bukan manusia--lagi.

"Vi, apa yang bisa aku katakan nanti?" Tanya Zack mengalihkan topik.

Zack membali berjalan dan berdiri tepat di belakang Vi. Merangkulnya dan ikut memandang rembulan. "Ikutlah denganku besok."

Vi hanya membalasnya dengan anggukan. Para peri, serigala, bahkan warlock sekalipun masih sibuk dimalam hari. Bukan karena mereka berkerja, namun peranglah yang mereka khawatirkan.

Besok adalah rapat dewan wilayah, dan Zack akan mengeluarkan keputusannya. Menjadikan Vi seorang Ratu, atau mengembalikan Vi ke dunia asalnya.

-------------------

Pagi hari pun menjelang, menyisakan pilar-pilar cahaya dilangit. Aku berjalan menuju jendela, memandangi bukit yang masih menutupi mentari.

"Vi cepatlah, rapat akan segera dimulai." Suara itu, suara yang sudah familliar bagiku. Yup, itu adalah Zack.

Aku mendengus kesal lalu segera berjalan menuju pintu. Dengan cepat aku memutar knop pintu dan membukannya.

"Ayolah, aku terlambat." Ketus Zack seraya menarik tanganku.

Saat sampai di ruangan rapat, para dewan wilayah berdiri dan membungkuk tubuh mereka dihadapan Zack.

Zack memintaku untuk duduk di sudut ruangan--meskipun sebenarnya aku yang memaksa--ini dan membiarkan rapat berlangsung dengan baik. Aku hanya diam dan mengabaikan materi rapat ini, tak terlalu pentong bagiku.

"Vi..." panggil Zack memcahkan lamunanku.

Aku langsung menpleh kearahnya dan bertanya, "apa?"

"Buktikan jika dirimu adalah seorang Shavenx, para dewan wilayah tak mempercayaimu." Gumam Zack.

Apa-apaan ini?! Mereka tak mempercayaiku setelah mereka memintaku menjadi seorang Ratu kemarin?! Dengusku dalam hati.

Dengan sangat terpaksa aku menghampiti Zack. Setelah menghela nafas panjang, aku memulainya dengan memperkenalkan diriku.
"Aku Zavenia Shavenx, umurku 17 tahun dan aku adalah saudari kembar Zack Shavenx."

"Yang kami dengar, seorang Shavenx mampu mengimbangi kecepatan pangeran kami. Buktikan itu!" Pinta salah satu dewan wilayah dengan sopan.

Aku tersenyum lalu menarik lengan Zack. Zack sepertinya mengerti ap yang coba aku katakan, jadi dia dengan sigap menunjukan kecepatannya.

Usahaku berhasil. Aku berhasil mengimbangi kecepatan Zack dan berhasil mengenggam tangannya lagi.

Namun usahaku berakhir sia-sia juga setelah para dewan wilayah masih tak mempercayaiku. Mereka memintaku melakukan hal yang lain, bahkan mereka menguji kemampuan penyembuhanku, menguji ke pintaranku dan lainnya.

Setelah selesai melewati semua ujian itu, para deqan kembaliembuatku kesal.
"Kami masih tak percaya." Guman salah satu anggota dewan.

Ah.... aku sudah tak sabar lagi untuk meremukkan tengkorak mereka!

Tiba-tiba sebuah lengan merangkulku, "bagaimana jika berduel denganku?" Bisiknya.

-----------

Saat suara itu menggema di teliga Vi, ia langsung tersentak. Gerakan reflek Vi berhasil menguncinya.

"Yang Mulia!" Pekik para dewan wilayah dan Zack bersamaan.

Aku terhenyak dan langsung melepaskan kuncianku. "Yang Mulia?" Ujarku heran.

Pria itu bangkit dan sedikit membersihkan pakaiannya. Para dewan wilayah membungkukkan tubuh mereka, dan Zack pun termasuk.

"Siapa kau?" Tanyaku seraya berbalik dan memunggunginya.

Tak ada jawaban, sampai aku berbalik menatapnya pun tetap tak ada jawaban. Kedua ujung bibirku mulai terangkan, membuat sebuah senyuman membingkai di wajahku. Perlahan sebuah tawa menggema di ruangan ini, semua mata pu mulai tertuju kepadaku.

"Tadi.... kau mengatakan jika kau ingin berduel....?" Kekehku lepas.

Para dewan wilayah mulai menatapku tak suka. Aku mengacuhkan mereka, memindahkan lenganku diatas bahu Zack dan berangkulnya.
"Jangan bercanda!!"

Aku tersenyum licik lalu berjalan kearah meja dokumen. Lalu tanganku mengambil dua pedang, aku lemparkan salah satu pedang kearahnya. Aku mengeluarkan pedang itu dari sarungnya, mengarahkan kearahnya dan memiringkan sedikit kepalaku.

"Cobalah, aku sangat ingin hiburan sekarang." Gumamku meremehkan.

Memang dari wajahnya ia tak bisa diremehkan, tapi ini akan membuat keadaan lebih menantang. Batinku.

------------

Vi, Zack, seorang Shavenx tak dikenal dan para dewan lainnya berangkat menuju lapangan. Zack hanya bisa tersenyum melihat tingkah Vi dan .....--sebaiknya kalian jangan tau dulu--yang lucu.

"Jadi, siapa kau?" Tanya Vi seraya mengacungkan pedangnya kedepan.

"Namaku Lycth Shavenx, aku adalah pamanmu." Jelasnya.

Awalnya Vi terkejut, namun karena rasa tertantangnya, Vi hanya bisa tersenyum kecil.

Saat pelatuk di tarik dan suara tembakan terdengar, Vi dan Shavenx yang di panggil sebagai Lycth itu memulai duelnya.

Masih belum ada pergerakan antara mereka berdua, baik Vi atau pun Lycth. Awalnya Vi mengira Lycth lah yang akan memulai, tapi Lycth tetap diam.

"Jangan banyak basa-basi denganku." Gumamku datar.

Akhirnya sebuah serangan Lycth luncurkan dan berhasil Vi hindari. Selanjutnya giliran Vi, ia mengangkat pedangnya dan bergerak cepat memutari tuhu Lycth, berusaha mencari celah untuk melukai pria yang satu ini. Saat Vi menemukan celah, Lycth sudah menyadarinya dan langsung menghindarinya. Gerakan spontan Lycth membuat Vi terkejut dan memindahkan posisi pedangnya tiba-tiba, dan sebuah luka terukir di lengan kanannya.

"Ups... maaf aku terpeleset." Ejek Lycth.

Vi memindahkan pedangnya.
Yah pada akhirnya aku akan menggunakan teknik lamaku, pedang aatu tangan dan itu tangan kiri! Celoteh Vi dalam hati.

Saat Lycth membalikkan pedangnya, Vi bergerak lebih sepat dari itu dan langsung menerjang Lycth.

Saat Vi hendak memutar tubuhnya, kaki kirinya keseleo dan membuat dirinya menapak ke tanah.

"Vi......" pekik Zack.

-----------------------

Note : Yah akhirnya selesai juga part ini. Maaf ya lama,  dam sebentar lagi akan ada sebuah ujian yang menerjangku. Jadi sepertinya cerita ini akan stop dulu untuk sementara. Maaf ya....

Semoga part kali ini tidak boring, dan masukan masih sangat berarti untukku.

ZaveniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang