Lost

21 7 0
                                    

8AM di Kerajaan Zavenia

Zack's pov

5 hari lagi sebelum penobatan Vi dan aku. Sementara itu, dunia manusia menyatakan perang 7 hari setelah penobatan itu. Huh, banyak sekali ya tugasku.

"Zack!" Vi menghentakkan tangannya ke meja.

Aku tersadar dari lamunanku. "Ah, ya?"

"Zack...!!" Terlihat jelas dari wajah Vi jika ia sangat ingin meremas wajahku.

Ahaha~ kau ini Zack, kau tak kapok ya di banting olehnya ke pohon??

"Bisa kau ulangi?" Pintaku hati-hati.

Kurasakan aura gelap menjalar di seantero ruangan ini. Ah, firasatku benar-benar buruk.

"Kaburrrrr...." teriakku seraya lari keluar :P

Hehe~ Vi pasti tengah marah besar. Aku bersembunyi dibalik pohon, yah cukup jauh dari kerajaan.

"Syukurlah.." Desahku seraya menghela nafas.

"Ahaha~~ Syukurlah aku bisa menemukanmu ya."

Lah? Ternyata dia sudah ada di belakangku. "Eh Vi, maa-"

Brukk!!

---------------

Author's pov

Di pohon tua itu, Zack tengah tergantung di batang pohon dengan posisi kepala di bawah.

"Viii, lepaskan aku..." Rayu Zack yang terus diayunkan oleh Vi.

Sedang Vi. Oh jangan tanyakan keadaannya. "Salahmu sendiri karena tak mendengarkanku." Rajuk Vi seraya terus menerus mengayunkan Zack yang tergantung.

Vi tertawa saat melihat wajah Zack yang mulai berubah. Tapi Vi tak bertindak apapun selain berjalan mengelilingi tubuh Zack yang tergantung itu.

Tanpa di sadari, ada seseorang yang bersembunyi di balik semak semak. Menarik anak panah dan membidik Vi tepat di kepalanya.

Zack menyadari ada hal ganjil disana, dan dengan segera siluet emasnya kembali bangkit. Belum sempat waktu sampai di detik berikutnya, si pemegang panah sudah terkapar dengan berlumuran darah.

Vi tersentak ketika tau Zack sudah tak menggantung lagi.

"Ah maafkan aku, Vi, tadi ada serangga kecil disemak." Alih Zack yang baru keluar di balik semak.

Melihat ada hal yang ganjil, Vi sedikit curiga. Di tambah lagi semerbak amis yang tercium jelas oleh Vi.

Vi mendengus pelan, "jangan bilang kau memangsa binatang karena haus."

Zack tertawa, namun tawa itu jelas terlihat palsu.

"Miaow~"

Dan detik selanjutnya, bisa kau tebak sendiri.

---------------
8PM di kerajaan

Author's pov

Sejak masalah tadi, Vi tak mau keluar dari kamarnya, bahkan hanya untuk makan malam. Entah karena memang merajuk atau hal lainnya.

Zack semakin frustasi, ditambah lagi dengan semua persiapan perang. Seakan tak percaya jika tugas seorang raja begitu rumit, Zack hanya bisa pasrah begitu saja.

"Jika hal seperti ini saja kau kebingung, apalagi saat kau di diangkat menjadi raja, Zack Shavenx." Dengan menyisipkan nama lengkapnya, Zack tau jika Leec amat kesal dengannya.

Ya aku juga masih pemula, kali! Ketus Zack dalam hati. Tentu, Zack masihlah pemula, bahkan Leec lebih berpengalaman darinya.

Leec menghela nafas. Lelah. Itu satu-satunya kata yang selalu terlampir dalam otaknya.

"Lagian aku masih unyu unyu, ya jelas gak ngerti beginian." Cerocosnya santai dan tanpa di sadari, Leec, dengan wajah marah sudah siap memukulnya dengan vas bunga.

Dengan tawaan khasnya, Zack langsung membujuk Leec yang sudah marah besar melebihi besarnya cintanya pada sang kekasih. (Eakk XD)

"Ini bukan saatnya bercanda." GEPLAK! "BODOH!!!" Sambung Leec setelah berhasil menjitak Zack dengan... err... bukan vas kok, hanya dengan kursi kerja yang didudukinya tadi XD

"Aww! Sakit!!"

Dengan santai dan wajah tanpa dosa, Leec kembali duduk tanpa peduli Zack mengerang kesakitan.

Dengan kesal, Zack memojokan diri. "Kan bukan salahku, huee." Tangisnya seperti manusia.

Leec hanya bisa memijat pelan kepalanya yang mulai penat dengan semua ini.

Calon raja macam apa dia, ya Tuhan. Curcol Leec dalam hati.

-------------

Tengah malam

Sejak tadi, aku tak melihat Vi keluar dari kamarnya. Apa dia sampai semarah itu yah?? Ah tidak tidak, aku kan hanya men- ngeong saja, apa salahnya kan?

"Yah, aku harus membujuknya nih..." Ucapku malas.

Dengan malas aku berjalan ke kamar Vi. Huh, biasanya kan dia yang paling berisik di kastil, kok sekarang jadi diem gini sih.

"Vi?" Aku nengetuk pintu kamarnya. Sekali. Dua kali. Tak ada jawaban sama sekali.

Hmm, kok gak ada yang jawab?

"Yah, jangan salahkan aku jika aku masuk saat kau ganti baju~" Teriakku agak keras seraya membuka pintu kamar Vi yang ternyata tidak terkunci.

Kosong. Tak ada siapapun disana, Vi pun tak ada. Kamar itu terlihat rapi dan sepertinya, Vi tidak kesini.

"Vi? Kau di dalam?" Tak ada siapapun.

"Vi?!" Pekikku begitu sadar ada yang janggal disana.

---------------

Hai hai hai, ay em bekkkk~~
Hueeeeee, voments nya dikit muluuuu, HUEEEEEE!!! T^T

Plissss, hargai authorrr....
Aku udah stress mikirin ke-4 cerita yang gak keurus ini karena gak ada vomentsss...
Sedih tauuh-3-

Yah, apalah daya bagi kami para author. Ya kalo yang punya hati sih pasti nge voments, tapi kalo enggak ya gitu....

Kalo ada saran, kasih tau yahh, kali aja bisa nambah nambah kamusku di dunia kepenulisan *hehe* ^^

Ya gitu aja sih, btw. Ada yang penasaran gak sama ni cerita??
#berharaptingkatakhir

Wkwk, ya kalo ada yang tanda tanya di otak, monggo di tanya ajee^^

Bye bye *muah*

ZaveniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang