Tetes Air Mata

95 8 0
                                    

Written by : yesicanaomi

"Praangg!" Terdengar suara benda keras terbanting ke lantai.

Pasti Papa dan Mama-ku bertengkar lagi. Konfliknya tidak jauh-jauh dari masalah keuangan keluarga.

"Kalau kamu tidak menghargai saya lagi, lebih baik saya pergi dari rumah ini!" Aku tersentak mendengar suara Papa menggelegar diseisi rumah.

Aku menangis didalam kamar. Aku pun mendengar Mama menangis diluar sana.

Aku mengintip dari celah pintu kamar. Benar saja, Papa ku pergi keluar rumah. Tidak peduli dengan hari yang sudah malam dan hujan deras yang turun diluar.

Aku berbaring diatas tempat tidurku dan menangis disana. Hingga aku pun merasa mengantuk dan akhirnya tertidur.

*

"Lo kenapa, Nad?" Tanya Amanda saat melihat aku datang ke sekolah dengan mata yang sembab.

"Bokap gue pergi dari rumah." Sebisa mungkin aku menahan agar air mataku tidak terjatuh.

"Lo bisa cerita ke gue kapanpun lo mau, Nadya."

Aku pun hanya tersenyum menanggapi Amanda.

*

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Aku berjalan lesu menuju ke arah gerbang sekolah.

Setibanya aku didepan gerbang sekolah, aku melihat Papa berdiri disebrang jalan dan melambaikan tangannya padaku sambil tersenyum.

Tanpa pikir panjang, aku pun berlari ke arah Papa menyebrangi jalan. Namun, tiba-tiba....

Bragg!

Tubuhku terpental akibat terhantam benda yang sangat keras. Aku merasakan semuanya gelap.

*

Aku melihat banyak orang-orang yang mengelilingi pusara-ku. Dan disana juga ada Papa dan Mama.

Aku tersenyum senang melihat mereka bersama.

"Maafin Papa belum bisa jadi orangtua yang baik untuk kamu." Papaku bersuara. Sedangkan, Mamaku hanya menangis dalam pelukan Papa.

"Pa, Ma, seburuk apapun kalian, kalian tetap orangtua Nadya. Nadya sayang kalian. Nadya gak marah sama kalian." Ucapku melalui angin yang berhembus. Walaupun mereka tidak melihat ragaku, aku yakin, mereka dapat merasakan apa yang ku rasakan.

- f i n -

Kumpulan Drabble WAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang