Chapter 10

238 17 0
                                    

'Bandara International Incheon'

Dua pemuda tengah memasuki area ruang tunggu di bandara ternama korea tersebut untuk menjemput kedua orang tua mereka.

'Nam Woohyun poov'
"Hodori aku ketoilet dulu ne" pamitku pada pemuda tampan disampingku Lee Howon.
"Perlu kutemani?" tanyanya
"Tak usah Hodori" cegahku.
"Kau yakin?" tanyanya lagi meyakinkan.
"Ne, lagian aku bukan anak kecil lagi" protesku.
"Aku hanya takut kau tersesat"
"Kau tenang saja aku tak akan tersesat hanya karna pergi ketoilet dan lagi sebentar lagi pesawat Eomma akan segera tiba, jadi kau disini saja menunggu" tambahku panjang lebar.
"Baiklah kau hati-hati, kalau ada apa-apa hubungi aku ne"
"Ne" akupun bergegas menuju toilet terdekat. Sekitar 10 menit akupun hendak kembali menemui Howon tapi..

'Bruk'
Kurasakan tubuhku yang tak sengaja bertabrakan dengan seseorang.
"Mianhe, jeongmal mianhe" ucapku sambil beberapa kali menundukkan kepala meminta maaf pada orang yang ku tabrak.
"Neo, bisa tidak kalau jalan itu hati-hati!" murka orang yang kutabarak.
"Mianhae" ucapku lagi sambil melihat orang yang kutabrak.
'Cantik' pikirku saat aku menatapnya.
"Woohyunna neo gweunchana?" lalu tiba-tiba Howon sudah ada disampingku memastikanku baik-baik saja.
"Gweunchana Hodori, tapi dia sepertinya terluka" tunjukku pada orang yang kutabrak.
"Kurasa dia baik-baik saja" kata Howon santai karna dilihat dari sudut manapun tak ada luka pada orang yang kutabrak.
"Tapi Hodori" ujarku tak enak hati.
"Sudahlah, mianhe ne Noona kami permisi" pamit Howon yang kurasa sangat tak sopan dan justru langsung menarikku pergi.
'Nam Woohyun poov end'

"Aish tak sopan sekali?" kaluh gadis cantik yang tadi ditabrak oleh Woohyun.
"Apa dia tak memperhatikanku?, ah atau mungkin ia tak sanggup melihat pesonaku yang sangat cantik ini?" monolognya.
"Ah kau memang terlalu cantik untuk ukuran namja Lee Sungjong" monolognya lagi. Wah ternyata seorang Namja hahaha.
~~~~°

'Lee Howon poov'
"Hyunnie kau yakin tak apa-apa?" tanyaku khawatir.
"Jangan berlebihan aku tak papa" jawabnya.
"Kaukan tadi jatuh tersungkur dilantai" tambahku.
"Hanya lantai, itukan juga pelan" keluhnya atas tindakanku yang terlalu berlebihan menurutnya, tapi aku memang sangat khawatir takut terjadi apa-apa padanya.
"Kau yakin tak papa?" tanyaku lagi meyakinkan.
"Sudah kubilang aku tak papa Hodori" kulihat ia makin kesal karna pertanyaanku.
"Baiklah, tapi kalau kau merasa tak enak badan langsung bilang padaku ne" titahku
"Ne Lee Howon" jawabnya malas.
"Woohyunna Howonna!" terdengar suara teriakan yang tak asing ditelingaku, ya itu suara Eomma Eunkyo Eommaya Woohyun yang telah menjadi Eommaku juga selama lebih dari satu bulan lalu.
"Eommmaaaaa...." teriak Woohyun yang langsung menghambur kepelukan sang Eomma.
"Appa tak dapat pelukan?" kini Appaku ikut bersuara melihat tingkah Woohyun yang manja. Detik berikutnya Woohyun telah beralih memeluk Appaku yang kini juga Appanya, Appapun hanya tersenyum sambil membelai rambut Woohyun dengan sayang.
"Eomma Appa" sapaku menghampiri keduanya.
"Ah Howonna sini Appa peluk" ujar Appaku.
"Tak perlu Appa" jawabku datar.
"Apa kau tak kangen pada Appamu ini?"
"Tentu saja kangen tapi tak perlu juga seperti itu"
"Kau tetap saja dingin" keluh Appaku.
"Bukankah ini turunan dari Appa"
"Aish dasar kau ini" kata Appaku sambil mengacak-acak rambutku.
"Kita pulang sekarang Eomma Appa" ajak Woohyun pada kedua orang tua kami yang langsung menarik keduanya menuju mobil.
"Ya Woohyunna siapa yang bawa ini semua!" teriakku saat aku ditinngal dengan koper-koper bawaan kedua orang tuaku.
"Tentu saja kau!" balasnya sambil berteriak.
"Yang benar saja" keluhku namun mau bagaimana lagi aku tak mungkin menyuruh Woohyun membantuku membawa barang-barang berat ini. Akhirnya semuanya kubawa sendiri menuju mobil.
'Lee Howon poov end'

"Aku mau duduk dibelakang dengan Eomma dan Appa" pinta Woohyun manja.
"Dasar manja" ledek Howon
"Biar weeeekk" ejek Woohyun pada Howon sambil menjulurkan lidahnya sedangkan kedua orang tuanya hanya tertawa ringan melihat kedua anak mereka.
'Aku berharap perhatianmu padaku tak berkurang Hyunnie' batin Howon. Tak lama mobil yang membawa keluarga Tuan Lee sampai di kediamannya.
"Supir Park tolong kau bawa masuk barang bawaan kami" titah Tuan Lee pada supir pribadinya.
"Ne tuan". Keluarga Leepun memasuki rumah yang disambut hangat oleh semua pelayan dirumah tersebut.
"Selamat datang tuan nyonya" sapa kepala pelayan Jung.
"Ne Ahjumma" sapa balik Nyonya Lee pada pelayannya.
"Akan kami siapkan minuman untuk anda" tambah kepala pelayan Jung.
"Kamsahammida Ahjumma"
"Ahjumma hari ini masak apa?" tanya Woohyun sebelum kepala pelayan Jung beranjak dari tempatnya.
"Kami masak makanan kesukaan tuan dan nyonya"
"Apa tak ada makanan kesukaanku?" tambah Woohyun.
"Maaf tuan muda kami tak menyediakannya, tapi akan segera kami siapkan"
"Ah tak perlu Ahjumma aku sudah terlalu lapar"
"Mianhada tuan muda" ujar kapala pelayan Jung merasa bersalah.
"Gweunchana Ahjumma ini bukan salah Ahjumma"
"Kalau begitu anda bisa kembali bekerja" tambah Tuan Lee.
"Ne tuan Khamsahammida"
"Mandi dan ganti pakaian kalian baru makan" titah nyonya Lee pada kedua anaknya.
"Ne Eomma " jawab keduanya dan langsung pergi kekamar masing-masing, namun langkah keduanya terhenti karna Howon menahan lengan Woohyun.
"Waeyo Howonna?"
"Poppo" pinta Howon.
"Mwo?" heran Woohyun.
"Salah siapa kau memeluk Eomma dan Appa tadi"
"Kau cemburu?"
"Ne, apa tak boleh?"
"Boleh saja tapi mereka itu orangtuamu" keluh Woohyun.
"Tetap saja kau memeluknya" eyel Howon
"Aish kau ini benar-benar deh"
"Poppo" rengek Howon.
"Aish jinja" keluh Woohyun dan selanjutnya secepat kilat Woohyun menuruti permintaan Howon agar kedua orang tua mereka tak tau begitu pula para pelayan.
"Kanapa hanya sebentar?" protes Howon yang tak dihiraukan Woohyun dan bergegas masuk kedalam kamarnya. Setelah beberapa menit kini seluruh keluarga Lee telah berkumpul kembali diruang makan menikmati makan malam mereka.
"Bagaimana sekolahmu Howonna?" tanya sang Appa.
"Seperti biasa Appa" jawab Howon santai.
"Kau bagaimana Woohyunna?" kini Woohyunlah yang dapat giliran pertanyaansang Appa.
"Menyenangkan Appa walau kadang ada beberapa pelajaran yang susah ku fahami" aku Woohyun.
"Apa perlu Appa datangkan Guru les?" tawar sang Appa.
"Anniyo Appa, aku bisa belajar dengan teman-temanku"
"Bagaimana kalau kau belajar dengan Howon saja" usul sang Eomma.
"Shirro Eomma" tolak Woohyun.
"Waeyo?"
"Eommakan tau sendiri bagaimana kami, jika iapun kami pasti akan bertengkar bukannya belajar" alasan Woohyun yang tak mau Howon akan melakukan hal-hal yang dapat membuat keduanya ketahuan.
"Benar Eomma, dia terlalu berisik" sahut Howon.
"Cobalah dulu Howonna" bujuk sang Appa.
"Shirro Appa!" tolak Howon tegas.
"Lalu baiknya bagaimana?" bingung Nyonya Lee.
"Biar aku belajar dengan Sunggyu atau Myungsoo saja Eomma, Appa" usul Woohyun.
"Kau terima saja saran Appa dari pada kau nanti merepotkan orang lain" kata Howon sebab ia tak mau jika Woohyun harus berdekatan dengan Sunggyu yang dulu disukai Woohyun, apalagi Myungsoo yang jelas-jelas mempunyai rasa pada Woohyun.
"Eomma rasa memang itu yang terbaik saat ini" tambah sang Eomma.
"Tapi Eomma biaya leskan tak murah" jawab Woohyun dan hal itu berhasil membuat semua yang mendengar hal tetsebut tersenyum atas kepolosan Woohyun tak terkecuali kepala pelayan yang menemani mereka.
"Waeyo?" tanya Woohyun
"Kau masih saja memikirkan masalah uang" ucap sang Appa.
"Tentu saja Appa, uang itu bisa digunakan untuk keperluan lainnya"
"Apa kau kira Appamu ini tak sanggup membayarnya?" goda Appa lee pada Woohyun.
"An-anni Appa, tapi nilaikukan juga tak buruk-buruk sekali sampai harus membayar Guru les"
"Kau tenang saja Appa akan cari yang paling murah" jawab Appa lee sambil tersenyum menggoda.
"Ne, kau tenang saja Appamu akan berhemat" tambah sang Eomma sambil tertawa dan Woohyun hanya dapat cemberut yang justru terlihat imut menanggapi lelucon kedua orangtuanya.
"Dasar norak" tambah Howon
"Biarin!" jawab Woohyun kesal namun tetap tak menghilangkan kesan manis diwajahnya.

'Caffe Mine'
"Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" ucap Sungyeol to the point saat keduanya telah berada didalam Caffe.
"Aku mau minta maaf padamu, sebab akhir-akhir ini sering membuatmu marah, menangis atau bahkan membuatmu membenciku" jawab Myungsoo dengan nada rendah.
"Aku tak pernah marah padamu apalagi membencimu, aku hanya kecewa karna perlakuanmu yang tak perhatian dan terkesan dingin padaku" jelas Sungyeol.
"Aku sungguh minta maaf Yeollia" sesal Myungsoo.
"Ne, karna kau menyadari kesalahanmu kau ku maafkan"
"Jinjayo?"
"Hemm"
"Gumawo Yeollia"
"Ne Myunggie" kini Sungyeol tengah tersenyum bahagia memandang Myungsoo yang telah kembali seperti biasanya.
"Baiklah kita pesan makan saja, kau pasti lapar setelah latihanmu" kata Myungsoo perhatian.
"Ne, kau mau pesan apa?" ucap Sungyeol menawari.
"Terserah padamu saja Yeollie"
"Baiklah, dan jangan menyesal nantinya" balas Sungyeol dengan serigaian terpampang diwajahnya.
"Ya Yeollie kumohon jangan usil" cegah Myungsoo saat melihat seringaian Sungyeol padanya.
'Mianhe Yeollie mungkin setelah ini aku akan lebih sering menyakiti hatimu' ujar Myungsoo dalam hati.
TBC

Nam WoohyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang