Folio Bergaris

582 185 59
                                    

Matahari memancarkan kehangatannya ditemani hembusan angin yang menerbangkan dedaunan menyebabkan helai demi helai daun jatuh berserakan di lapangan basket SMA HARAPAN 1 yang terbilang cukup luas.

Lapangan basket yang terletak di depan deretan kelas X IPS itu bukan hanya digunakan untuk bermain basket saja tetapi berbagai macam olahraga lainnya seperti sepak bola, itu semua terlihat dari gawang yang terletak di sudut kiri dan kanan lapangan tersebut. Selain itu ada di sebelah timur lapangan terdapat ruangan kecil yang digunakan untuk menyimpan bola dan keperluan olahraga lainnya.

Lapangan yang luas itu terlihat ramai karena terdapat banyak siswa dan siswi yang sedang bermain basket. Para cowok tampak bersemangat men-dribble bola dan berusaha memasukkannya ke dalam ring, mereka tak peduli dengan muka mereka yang penuh peluh dan kaus olahraga yang sudah basah akibat keringat. Sementara cewek-cewek hanya duduk di pinggir lapangan dan menonton para cowok-cowok itu.

Terlihat juga seorang pemuda yang sedang berjalan menyusuri lapangan itu dengan wajah bersungut-sungut. Dia tak memakai kaus olahraga seperti yang lainnya melainkan memakai seragam berwarna biru gelap dengan rompi berwarna serupa yang terlihat kontras dengan kulitnya yang putih.
Tangannya terlihat mengenggam dua lembar uang bergambar pahlawan Pattimura yang membawa pedang. Ia pun berjalan dengan angkuh melewati siswi-siswi yang duduk di pinggir lapangan.

"Eh, itu kan si Ega," ujar salah satu siswi yang sedang duduk di pinggir lapangan

"Ega siapa sih?" tanya siswi lainnya.

"Itu tuh Ega anak X IPA 5 yang wajahnya blasteran itu,"

"Emang orang tua-nya dia bule ya?"

"Gue juga nggak tau,"

"Sumpah ganteng banget itu cowok,"

"Iya, coba kita sekelas sama dia ya,"

"Dia punya pacar nggak ya ?"

"Denger-denger dia pacaran sama Sissy cewek kelas X IPA 7 itu,"

"Ah paling itu cuma gosip,"

"Tapi kemaren gue liat mereka jalan berdua di koridor."

Gue pacaran sama Sissy. Gosip macam apa itu. batin Ega kesal.

"Tapi dia itu badboy katanya,"

"By the way, hidungnya mancung banget jadi pengen gue cubit deh."

"Cowok idaman gue banget dia itu."

Nasib jadi orang ganteng. Batin pemuda itu lagi.

Mendengar celotehan cewek-cewek itu membuat Ega menjadi risih dan malah canggung mendengar cekikikan cewek-cewek itu. Dia sedikit heran apa cewek-cewek itu sadar kalau mereka sedang menggunjingkan orang yang jelas-jelas ada di depan mereka.

"Ega, lo dicari sama si Wanda!" Teriak salah satu siswi berambut keriting pada Ega.

"Nggak, si Prita yang naksir sama lo!" seru siswi lainnya.

Pemuda bersurai hitam bergelombang itu pun melirik sekilas ke arah siswi-siswi yang sedang terkikik geli itu sebelum berpaling dan mempercepat langkahnya.

Kalau bukan gara-gara Andik, gue males banget mau ke Koperasi Sekolah. Batin Ega yang membuatnya teringat kejadian beberapa menit yang lalu

Flashback On.
Jam 08.00

Guru berwajah manis dan berlesung pipit sedang duduk di meja guru. Matanya yang belo serius mengecek satu persatu lembaran kertas yang tertumpuk di depannya lalu melukiskan nilai dengan pena berwarna merah miliknya.

My Girl (just) Friend ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang