Sinar mentari pagi menyelinap di balik tirai berwarna biru di kamar tidur Ega. Terlihat cowok bersurai hitam bergelombang itu yang masih terhanyut di alam mimpinya tanpa menyadari bunyi jam weker yang memperingatkannya untuk keluar dari alam mimpinya itu.
*CKLEEK*
Pintu kamarnya terbuka dan seorang wanita berumur sekitar empat puluhan memasuki kamarnya dan berdecak kesal melihat Ega yang masih tertidur nyenyak.
"Ega! Bangun sekarang sudah jam setengah 7!" teriakan suara halus namun tegas sedikit menyadarkan Ega.
"Hoaamm.. nanti aja, Bun,"
"Nanti kamu telat kalau nggak cepet bangun, sebenarnya kamu ini niat apa nggak ke sekolah, Ega?!" bentak Ibunya.
"Nggak niat, Bun." jawab Ega yang masih menggeliat di kasur empuknya lalu menarik selimutnya sampai menutupi kepalanya.
Wanita bermata sayu yang merupakan Ibunda Ega itu langsung menarik selimut yang menyelubungi Ega membuat Ega sedikit kaget.
"Kamu ini bandel sekali ya! sekarang Bunda nggak mau tau pokoknya kamu harus mandi dan siap-siap ke sekolah, kalau nggak uang jajan kamu bakalan Bunda kurangi!" ancamnya.
Mendengar ancaman dari Ibunya, Ega langsung beranjak mata Ega langsung terbuka dan menatap puppy-eyes pada wanita paruh baya yang berada di depannya ini.
"Uang jajan jangan dikurangi dong, Bun, Bunda tambah cantik dan awet muda deh," rayu Ega sambil memegang tangan ibundanya itu.
"Udah jangan cerewet, cepet ke kamar mandi sana!"
Ega beranjak dari tempat tidurnya dan cepat-cepat menuju ke kamar mandi. "Siap, Bos!" ujarnya.
******
Ega sudah selesai mengancingkan seluruh kancing seragam pramuka-nya. Sesekali dia merapikannya lagi sambil melihat cerminan dirinya sendiri di kaca.
Rambutnya yang hitam bergelombang itu disisir model klimis akibat trauma waktu SMP dulu dia dibilang mirip Rhoma Irama karena rambut ikalnya itu di model berantakan yang kekinian.
Dia lalu menyemprotkan parfum berwarna hitam legam ke seragamnya.
Dengan penuh percaya diri dia menatap ke cermin lagi, "Sipp, gue udah ganteng dan wangi." gumamnya.
Ega pun turun dari kamarnya dan melangkah menuju ke Ruang Makan dimana Ayah dan Bunda-nya sudah menunggu di sana.
"Pagi, Ayah," sapa Ega kepada lelaki berambut ikal dan hitam yang sedang menyeruput secangkir kopi di meja.
"Pagi juga, cepet sarapan sana nanti telat kamu," perintah ayahnya.
"Baik, Pak Wardana." Ega segera menyantap telur dadar di piringnya.
"Oiya, Ega, kamu sudah punya pacar atau belum?" tanya ibunya tiba-tiba dan membuat Ega tersedak.
"Bun, ngapain sih tanya yang begituan?" Ayah Ega menatap heran pada ibundanya itu.
Ega yang tersedak cepat-cepat meminum segelas air disebelahnya.
"Yah, Bunda kan cuma tanya, kalau punya suruh maen ke rumah gitu?"
"Nggak punya, Bun," jawab Ega.
"Jangan bilang 'nggak' tapi 'belum' gitu," Bunda Ega membenarkan ucapan anaknya itu.
"Tapi masa' sih anak bunda yang ganteng ini belum punya pacar?" tanya ibunya lagi.
"Sumpah deh, Bun, Ega belum punya pacar," jawab Ega geram.
"Jangan mikirin cinta-cintaan dulu, yang harus diutamakan itu pendidikan. Kamu harus sekolah yang bener kalau bisa kayak kakak kamu, Dimas yang bisa dapet beasiswa kuliah di luar negeri," ceramah ayah Ega.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girl (just) Friend ?
Ficção AdolescenteSegala hal tentang cinta di masa putih abu-abu itu menarik tetapi tak semenarik cinta dalam persahabatan - Ega Arkha Wardana