Karin yang semula bertujuan ingin menemui Dira si Ketua Ekskul Bahasa Jepang di kelas X IPA 6 gagal akibat cowok berambut hitam bergelombang itu menubruknya.
Cewek berambut cokelat itu segera berlari menjauhi Ega dan kerumunan di koridor kelas X IPA 6 itu, karena dia benar-benar malu to the maximal.
Malu itu memang tetapi Karin tak munafik, dalam hatinya dia sangat senang ketika berada di dekat Ega. Hanya saja Karin bukan tipe orang yang suka mencari perhatian dan tidak suka ketika dirinya menjadi pusat perhatian seperti tadi.
Di sepanjang koridor kelas IPA. Pikiran gadis itu masih tertuju pada cowok berwajah blasteran itu, binar mata hazel-nya terus membayang - bayangi Karin.
Belum lagi jarak antara wajahnya dan Ega sangatlah dekat hingga hidung mereka hampir bersentuhan. Dia pun memegang pipinya yang memanas dan dia yakin rona merah masih menjalar di pipinya.
Kok gue masih deg-degan ya? batinnya.
Setelah insiden tubrukan dengan Ega, Karin pun membatalkan niatnya semula dan berlari menuju ke kelasnya dan lagi-lagi dia tak sengaja menubruk seseorang dan sialnya kini ia dan orang yang dia tubruk itu terjatuh menimpa lantai keras di koridor.
"ADUUH!" gadis itu mengaduh kesakitan.
Siswa-siswi yang berada di sekitar koridor sontak menertawakan Karin dan gadis itu.
Karin tak memperdulikan orang yang menertawakannya, gadis itu segera bangkit dan berdiri, lalu dia mengulurkan tangannya hendak membantu orang yang ditubruknya itu tetapi segera ditepis.
Siswi yang ditubruknya itupun berdiri, cewek yang tingginya hanya sebatas bahu Karin itu menggeram kesal.
"Heh! kalau jalan pake mata dong!" bentaknya kepada Karin sambil membersihkan rok seragamnya.
"M-maaf gue nggak sengaja," Karin pun meminta maaf kepada gadis yang ada di depannya itu. Wajah gadis yang tengah merenggut kesal ini terasa sangat familiar.
Oh gue baru inget, dia kan pacarnya Ega yang gue liat di taman sekolah waktu itu. batin Karin.
"Maaf-maaf! lo udah bikin rok gue ini jadi kotor kena lantai koridor ini!" omel gadis itu dengan suara cemprengnya.
"Gue beneran nggak sengaja, gue buru-buru mau ke kelas gue," kilah Karin.
"Makanya hati-hati dong kalau jalan, ini koridor bukan jalan nenek moyang lo!" cerocos gadis itu.
"Iya-iya gue tau. Kan gue udah minta maaf tadi," jawab Karin.
"Lo anak kelas berapa?" Tanya gadis itu tanpa menjawab permintaan maaf dari Karin.
"Kelas X IPS 1," jawab Karin singkat.
"Kelas lo jauh di sana deket lapangan basket ngapain lo keluyuran di sekitar koridor kelas gue? Dasar cabe-cabean lo!" ketus gadis itu.
"Bukan urusan lo, emang ada larangan nggak boleh lewat sini?! beraninya lo bilang gue cabe-cabean!"
Karin pun mulai emosi menghadapi gadis di depannya ini dan membentaknya.
"Gue kan cuma tanya biasa, lo kok jadi nyolot gini?"
"Udah deh gue nggak mau debat sama lo, yang terpenting tadi gue udah minta maaf ke lo." Karin jengah berhadapan dengan cewek ini dan langsung pergi.
"DASAR CEWEK GAK TAU ATURAN LO!" teriakan dari suara cemprengnya terdengar di telinga Karin, tetapi cewek berambut cokelat itu tak menggubrisnya dan tetap berjalan menuju ke kawasan kelas X IPS.
********
Karin duduk termenung di bangkunya tanpa memperdulikan Bu Andin, guru Ekonomi-nya yang sedang menuliskan cara menghitung laju inflasi di papan tulis. Di saat semua murid mencatatnya, Karin yang biasanya rajin kali ini malas untuk mencatat rumus itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girl (just) Friend ?
Teen FictionSegala hal tentang cinta di masa putih abu-abu itu menarik tetapi tak semenarik cinta dalam persahabatan - Ega Arkha Wardana