Cowok berambut hitam bergelombang menendang sebuah batu kecil tak bersalah yang tergeletak di lapangan basket sambil merutuki dirinya sendiri.
"Argghh! Kenapa sih gue selalu gugup kalau ketemu dia?" geramnya kesal sambil mengacak-acak rambutnya
Ini bukan untuk yang pertama kalinya bagi Ega merasakan apa yang dinamakan jatuh cinta, tetapi kali ini rasanya berbeda kayak durian dicampur dengan opor ayam. ANEH.
Dulu jika bertemu dengan pujaan hatinya atau pacarnya mungkin dia hanya merasakan deg-degan biasa tanpa salah tingkah sampai hilang fokus seperti ini.
Ini gara-gara Karin apa karena akhir-akhir ini gue jarang minum air mineral ya. batin Ega.
Mungkin ini terbilang berlebihan tetapi cewek bernama Karina adalah orang pertama yang sukses memporak-porandakan hatinya.
******
Sesampainya di depan pintu kelas berwarna hijau yang di atasnya bertuliskan X IPA 5, Ega mendapati Bu Pipit menatap sadis padanya. Ega sudah siap jika sebentar lagi dia akan diberi bom pertanyaan oleh Guru Biologinya itu. Dia pun melangkah santai memasuki kelasnya dan langsung saja duduk di bangkunya tanpa menoleh sedikitpun kepada Bu Pipit.
"Ega! kamu nggak bilang salam atau permisi seenaknya saja langsung masuk kelas," omel Bu Pipit.
"Kan katanya tadi saya suruh cepet-cepet ngerjain laporan ini jadi saya nggak sempat ngucapin salam atau nyapa Bu Pipit," kilah Ega.
"Tapi itu namanya tidak sopan, Ega!"
"Maaf deh, Bu, apa perlu saya keluar dari kelas dan ngucapin salam ke Ibu?" tanya Ega sok polos.
"Tidak usah!" bentak Bu Pipit
Guru berlesung pipit ini selalu saja dibuat kesal dengan muridnya yang satu ini. Dia sangat ingin melempar Ega ke kolam ikan piranha. Namun, sebagai guru yang baik dan sabar ia tidak mungkin melakukan itu. Sejenak Bu Pipit menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya, berusaha menenangkan kepalanya yang terasa mau pecah itu.
Tetapi lagi-lagi dia mengernyit melihat sebuah makanan spesies keripik berbungkus plastik berwarna merah dipajang dengan anggunnya di bangku milik murid 'kesayangan' nya itu.
"Ega, tadi saya cuma nyuruh kamu beli folio kan?"
Guru Biologi itupun beranjak dari kursinya dan sekarang berada tepat di depan Ega dan Andik. Andik pun sedikit meringkuk karena ia tahu sebentar lagi lomba debat antar kampung akan dimulai.
Sementara Ega masih menatap Bu Pipit dengan seringai menantang, tetapi itu tak berlangsung lama setelah Ega mendapati Bu Pipit melihat keripiknya.
Waduh lupa gak gue masukkan ke kolong meja. batinnya sambil menelan ludah.
Tangan Ega pun meraih keripik itu tetapi...
*KRSSKK*
Dia kalah gesit dengan tangan mungil milik Bu Pipit yang sekarang memegang bungkus keripik dengan senyum kemenangan mirip seperti tokoh antagonis di film aksi.
"Ngapain kamu beli keripik juga?! ini bukan jam istirahat!" bentak Bu Pipit.
"Bu please..., jangan keripikk," pinta Ega memelas.
"Keripik kamu saya ambil, ini semua salah kamu sendiri sudah tidak mengerjakan laporan, disuruh beli folio malah ngeluyur dan sekarang mau makan-makan juga di kelas saya? kamu ini benar-benar tidak menghargai saya!" gerutu Bu Pipit.
"Bu, jangan negative thinking terus dong sama saya kan katanya kita nggak boleh su'udzon sama orang Bu," bantah Ega.
"Kamu ini selalu punya 1001 alasan, saya capek sendiri sama kelakuanmu. Kamu kalau tidak suka dengan pelajaran saya lebih baik kamu di luar sekarang!" perintah Bu Pipit.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girl (just) Friend ?
Teen FictionSegala hal tentang cinta di masa putih abu-abu itu menarik tetapi tak semenarik cinta dalam persahabatan - Ega Arkha Wardana