rain¤13 - Girls Fight *Bully

1.4K 78 3
                                    

"Lebih baik lo dan Leon putus sekarang!"

Kata kata itu menohok hati gue. Gue ngelirik ke Leon dengan waswas. Tampangnya datar, namun sorot matanya berubah menjadi dingin.

"Lo siapa ampe ngatur kehidupan gue dan cowok gue? Salah gue punya cowo?! Ok gue salah. Uda lama sejak terakhir gue dan Leon jalan bareng dan tadi gue udah ngajakin Leon duluan. Puas?!" Seru gue.

"Puas lo bilang? Lo ga nyadar sama apa yang lo bilang ya? Itu berarti kalo lo lagi kenapa kenapa yang duluan lo telpon itu Leon, bukan kami" kata Hana.

Shit, umpat gue dalam hati. Harus gue akuin perkataannya bener. Akhir akhir ini gue lebih seneng curhatan ke Leon.

"Ada alasan di balik semua itu" tukas gue sambil ngelepas kacamata gue.

"Oh gitu? Trus alasan lo apa? Bisa lo jelasi-"

"Stop guys" kata Leon sambil memasukkan tangannya ke saku celana.

"Leon, apa maksud lo?" Tanya gue rada waswas, takut dia minta putus.

"Lebih baik kita putus"

Dan setelah mengatakan itu dia berlalu pergi.

"Liat ulah kalian sekarang. Ngertiin gue dikit bisa gak sih?!" Seru gue.

PLAKK!!

Sebuah tamparan dari Hana mendarat di pipi kiri gue. Gue mencibir.

"Gitu yang lo buat ke sahabat lo? Oke. Sekalian aja biar gue gak punya hubungan apapun. Gue muak jadi sahabat lo!" Kata gue dingin lalu pergi.

<Rain>

"Dekkk lo kenapa sih?" Tanya Alex sambil gedor gedor pintu kamar.

Fyi, sampai di rumah habis dari mal, gue masuk ke kamar, banting pintu dan ngunci pintunya.

Fyi(2), semua yang di deket gue kayak buku dan bantal gue lempar ampe buku gue keselip di bawah lemari.

Sementara gue berbaring telungkup di kasur. Mata gue sembab abis nangis.

"Dekk buka pintunya. Kalo gak Abang dobrak" kali ini terdengar suara Alan.

Btw bagi yang penasaran, kalo salah satu dari kami bertiga ngambek, yang terjadi adalah kami make panggilan 'dek' dan 'bang'.

"Diem lo! Rese banget jadi abang!" Teriak gue dengan suara serak.

"Dia butuh waktu sendiri" terdengar suara Leona.

Setelah di luar agak sepi dan yakin gak ada siapa siapa gue buka pintu kamar, ke dapur dan ngambil air tiga botol penuh. Karna air yang di kamar gue-

"Anjir kenapa semua yang disekitar gue ngingetin gue sama Leon?" Gumam gue.

Waktu gue balik badan, ternyata ada Alex, yang berdiri sambil menyandar pada lemari dapur dengan tangan dilipat di depan dada.

"Lo putus ama Leon?" Tembaknya langsung.

Gue ngangguk dan berniat pergi waktu suara Alex mengurungkan niat gue.

"Lo tengkar ama dia gara gara sahabat lo?"

Gue ngangguk lagi.

Alex gak selalu jadi kakak yang brengsek. Dia selalu tau apa yang jadi masalah gue hanya dengan gerak gerik gue.

"Kalo lo tengkar ama sahabat lo karna masalah cowok dan cowok itu mutusin kamu, itu berarti dia sayang sama kamu"

"Cowo mana yang mutusin dan buat ceweknya patah hati, bang?" Akhirnya gue buka suara.

"Lo gangerti perasaan cowok sih. Lo kan cewek" katanya sambil mengacak acak rambut gue.

"Lo pengen makan apa? Gue masakin deh" tawarnya.

"Beliin gue mi ato makanan apapun yang paling pedes yang bisa bikin orang nangis" kata gue lalu pergi ke kamar.

Eh gataunya sejam kemudian dia bawa nasi goreng ikan asin.

"Kampret"
-------------------

Esok harinya gue ragu ragu mau sekolah atau gak. Setelah mikir mikir akhirnya gue sekolah aja.

Dan disinilah gue sekarang. Duduk di bangku pojok belakang, sementara temen temen gue gabung dengan geng famous. Leon sibuk dengan geng nya pula.

Bel berbunyi. Waktu gue mau ngeluarin buku gue liat secarik kertas warna biru muda.

Biru muda.

Warna kesukaannya 'mantan' gue.

Gue harap lo bisa lupain gue. Bukan gue gak sayang sama elo atau gimana. Gue lakuin ini biar lo gak dijauhin sama temen temen lo. Dari mantan lo, Leon.

Hampir aja gue mau nyari Leon kalo bukan karna Mr. Blie masuk ke dalam kelas.

<Rain>

Pulang sekolah gue ke kantin karna gue haus. Dan waktu jus alpukat yang gue pesen udah di tangan gue, Hana lewat dan nabrak secara sengaja bahu gue sehingga jus alpukatnya tumpah di seragam gue.

"Cuma ini yang bisa lo lakuin?" Tantang gue.

Waktu itu juga Felicia dateng bawa gelas isi air es dan nyiram itu ke wajah gue.

"Terusin aja nge bully gue. Ampe kalian sadar kalo sekarang gue dan Leon ngorbanin perasaan kami masing masing" kata gue.

Waktu gue pergi masih terdengar suara Felicia yang berkata.

"Sori muka lo basah. Tadi gue sengaja"

Pas gue mau ke TU pinjem baju, gue papasan sama Leon. Gue dan dia sama sama berhentiin langkah.

Hening.

Seolah bumi berhenti berputar dan jam berhenti berdetak.

Lalu dia jalan lagi. Waktu ngelewatin gue dia bilang

"Sori lo harus ngalamin ini karna gue"

Gue cuma bisa mandangin punggungnya yang semakin menjauh.

RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang