Masalah Demi Masalah

268 7 0
                                    

 “Haduh… saya minta maaf ya, Bu. Minta maaf… minta maaf, Bu.” Pinta El kepada Bu Rini yang saat itu memarahinya. “Lha tadi ban sepeda saya bocor, jadi saya harus ke tukang tambal ban dulu, Bu. Saya minta maaf, Bu.” Tambahnya.

“O gitu ya mbak. O ya udah nggak apa – apa, tapi jangan diulangi lagi ya mbak. Jangan sampai telat lagi.” Jawab Bu Rini memaafkan.

“Iya bu. Akan saya usahakan.” Jawab El.

Setelah itu, El pun langsung menuju ke tempat duduknya.

“Huuh… Ya Tuhan, cobaan macam apa ini. Aku ingin menjadi murid yang teladan tapi kok aku gini – gini terus. Pokoknya mulai dari sekarang aku harus bisa jadi yang lebih baik lagi. Semangat! Semangat!” kata El dalam hati menyemangati dirinya sendiri.

Di kelas 8D terlihat Rafidh dan tiga teman lainnya sedang bermain game. Mereka berbicara sendiri saat bermain. Hal itu membuat suasana kelas menjadi ramai, ditambah anak perempuan yang menggosip.

“Heh, meneng to!” kata Sadan mengingatkan.

“Apa to pak ketua.” Kata Hasna mengabaikan.

“Diomongi kok. Sing lanang aja ngegame ae. Sing wedok ya nek ngguyu aja banter – banter. Suaramu’i krungu tekan ngendi – ngendi.” Kata Sadan selaku ketua kelas.

“Yo… yo… pak ketua.” Jawab Siska seperti menyepelekan.

“Delet, Dan. Sedelet… ae.” Kata Rafidh.

“Ndang o, Dan.” Sambung Adit.

“Mboh cah karepmu. Gak ngurus aku.” Kata Sadan merasa kesal karena diabaikan. Sadan pun keluar meninggalkan kelas. Dia merasa kesal karena selalu diabaikan dalam kelas. Setelah rasa kesalnya mereda dan ia bisa berpikir jernih, maka ia kembali memasuki kelas.

“Cah, dengerin sek!” kata Sadan yang berdiri di depan kelas. “Ngene ae. Nek kowe kabeh ora isa dikandani, ora gatekne, ora nganggep aku enek. Mendingan ngene wae saiki. Sapa sing kok percaya cah nggenteni aku dadi ketua kelas?” sambung Sadan bertanya pada temannya.

Semua terdiam, lalu…

“Napa meneng?” tanya Sadan. “Sapa cah? Jawaben! Iki dina terakhir aku dadi ketua. Sapa sing gelem nggenteni aku? Ketua geng’e cah wedok, Hasna? Apa asisten’e, Siska? Sapa? We nduwe lambe to. Isa ngomong kan? Jawaben!” sambung Sadan membentak.

Setelah selesai bicara, Rafidh pun bersikap menengahi masalah.

“Dan, uwes to. Aku mewakili kanca – kanca minta maaf. Cuma kowe sing isa dipercaya ning kelas. Aja mundur saka jabatan ketua ya, Dan.” Kata Rafidh.

“Yo, Lul. Nek kowe mungkin percaya karo aku. Tapi sing liyane wi gaene nyepelekne.” Jelas Sadan.

“Dan, aku minta maaf. Aku karo sing liyane janji gak bakal ngono maneh. Aku bakal gatekne, ora nyepelekne.” Kata Hasna meminta maaf.

Akhirnya Sadan memaafkan dan tetap menjabat sebagai ketua kelas 8D. Keadaan kelas semenjak itu menjadi teratur dan nyaman.

Kisah Masa SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang