Hal Tersulit

155 6 0
                                    

Hari-hari telah berlalu. Teen Wings melalui hari-hari mereka dengan penuh kenangan kebersamaan. Hingga akhirnya timbul perasaan tidak solid antara mereka. Begitu jam pelajaran selesai, bel istirahat berbunyi, dan Syanan keluar kelas, Rafidh dan Sadan langsung menghampiri Syanan.

“ Syan, hari-hari terakhir kamu sibuk banget sampai gak bisa kumpul bareng” kata Sadan memulai pembicaraan.

“ Iya maaf ya. Janji deh kumpul habis ini” jawab Syanan.

“ Gak usah janji, takutnya gak bisa nepatin” sahut Rafidh.

“ Aku tepatin kok, beneran” tegas Syanan.

“ Jujur ya, Syan. Sejak kamu pacaran sama Kalvin kamu lupa sama teman-teman kamu. Kalau Kalvin minta waktu sebentar kamu langsung bisa. Tapi kalau temen kamu yang minta waktu, satu menit aja kamu gak bisa” kata Rafidh sedikit kesal.

“ Kamu kenapa sih, Raf. Sensi banget kayaknya”

“ Gak usah basa-basi Raf, mendingan kita langsung aja” sambung Sadan.

“ Kalian ini kenapa sih? Marah-marah gak jelas”

“ Sekarang kamu pilih Kalvin, pacar kamu tersayang itu atau teman kamu dan tetap ada di Teen Wings!” kata Sadan.  

Syanan pun berlari. Ia terus menangis di sepanjang jalan.

“ Kalvin!” panggil Syanan.

“ Kamu kenapa, Syan? Ada masalah apa?” tanya Kalvin khawatir.

“ Apa menurut kamu kita cocok?”

“ Sejauh ini aku rasa iya. Kenapa?”

“ Kalau kita dikasih pilihan. Teman atau pasangan. Kamu pilih yang mana?”

“ Jelas pilih temanlah, Syan. Teman kan segala-galanya” jawab Kalvin sedikit tersenyum. "Jadi kamu nangis cuma karna bingung harus pilih temen apa pacar?"

"Iya, Vin. Tapi bukan itu masalahnya"

"Trus kamu nangis karna apa?"

Syanan semakin menangis tersedu-sedu.

“ Kalau gitu… mulai sekarang… kita… gak ada hu… hubungan lagi”

“ Syan, kamu kenapa? Kita gak ada masalah selama ini, kenapa tiba-tiba kamu bilang putus?”

“ Aku cuma mau denger kamu bilang oke kita selesai”

“ Oke, kita putus. Puas kamu Syan?” kata Kalvin dengan keras dan tegas.

Seketika itu semua pandangan tertuju pada Syanan dan Kalvin. Syanan pun langsung pergi meninggalkan Kalvin. Ia tidak bisa menahan rasa sakit di hatinya. Ia pun terus menangis. Ia meminta izin pulang dengan alasan tidak enak badan. Di rumah ia mengunci dirinya di dalam kamar dan terus menangis sepanjang hari. Syanan sering melamun dan tidak mau keluar kamar.

“ Syanan. Keluar sayang. Buka pintunya. Kamu dari kemarin di kamar terus lho. Tante tau itu berat, tapi Syanan gak bisa kaya gini. Nanti kalau Syanan sakit, tante yang dimarahi sama Daddy sma Mamanya Syanan. Ayo, sayang, buka pintunya” bujuk Tante Siska, teman mama Syanan yang dipercaya menjaga Syanan karena daddy Syanan bekerja di Jerman dan mamanya di New York.

Tak ada jawaban dari Syanan. Hal itu membuat Siska semakin khawatir. Ia menyuruh Mang Bejo mendobrak pintu kamarnya. Setelah didobrak, terlihat Syanan yang tergeletak di lantai dengan wajah pucat dan badan yang dingin.  

“ Ya Tuhan, Syanan!” teriak Siska terkejut.  
“ Neng Syanan. Aduh gimana ini, bu Siska?” ucap Mbok Surti kebingungan.  

“ Kita langsung bawa ke rumah sakit sekarang. Bejo, kamu angkat Syanan. Saya siapkan mobilnya. Mbok Surti di rumah aja, kasih kabar ke Jerman”  

“ Iya, bu”  

“ Ayo Jo. Jangan sampai Syanan kenapa-napa”

Syanan dibawa ke rumah sakit. Setelah pemeriksaan, Tante Siska bicara dengan dokter.

“ Bagaiman dok keadaannya?”

“ Tenang saja, Syanan baik-baik saja. Hanya saja dia butuh istirahat lebih. Mungkin jika kondisi tubuhnya belum stabil, Syanan harus duduk di kursi roda hingga kakinya memiliki kekuatannya kembali dan mampu menopang tubuh Syanan”

“ Iya dok. Terimakasih”

“ Kalau begitu saya permisi dulu. Saya akan buatkan resep. Saya akan berikan resepnya pada pemeriksaan selanjutnya. Insyaallah Syanan akan segera sadar”

“ Baik dok. Trimakasih sekali lagi”

Kisah Masa SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang