SEVEN

129 6 0
                                    

Syukurlah karena ini adalah hari terakhirku ujian semester. Dan itu tandanya lusa aku bisa melepaskan semua kepenatanku selama ini. Disatu sisi lain aku akan pergi meniggalkan Dheon. Yah meskipun bukan dalam waktu yang lama tetapi tetap saja terasa berat. Mau bagaimana lagi ?

Kyle sudah mengurus semuanya,termasuk paspor, tiket, perlengkapan yang perlu kubawa dan lainnya. Mengapa semua yang mengurus Kyle ? Karena aku sedang sibuk menjalankan ujian semester, dan kurasa Kyle cukup pengertian sehingga mengambil alih semua tugas yang seharusnya aku juga lakukan.

Aku berjalan menyusuri koridor. Kampus pagi ini bisa dibilang cukup sepi karena tidak semua mahasiswa maupun mahasiswi memiliki jam ujian di pagi hari. Di ujung koridor tempat berjejernya loker mahasiswa, terlihat ada satu laki-laki berdiri sambil menyandarkan punggungnya pada loker. Kurasa aku pernah melihatnya, tapi siapa dia ? Semakin aku mendekat, bayangan lelaki yang awal mulanya terlihat samar-samar kini menjadi jelas. Dia lelaki adalah lelaki yang aku tabrak seminggu yang lalu. Dan tunggu, buat apa dia ada di koridor kampus ini ? Bukannya dia harusnya berada di gedung B ? Apa dia sengaja kemari untuk bertemu denganku ? Jangan geer Kay !!!

Aku semakin berjalan mendekat dan kurasa dia terlalu sibuk membaca bukunya yang aku sendiri juga kurang tahu apa itu sampai dia tidak merasakan kehadiranku.

"Hai ?" dia terlonjak kaget ketika melihatku sudah berdiri di depannya. Aku hanya tersenyum melihatnya yang kini masih memberikan ekspresi terkejut padaku.

"Kayla ? Kau ada jadwal ujian pagi hari ?" tanyanya pada akhirnya. Aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai jawaban.

"Kalau kau ? Sedang apa di sini ?" tanyaku pada lelaki yang sampai saat ini belum kuketahui namanya.

"Aku juga sedang ada jadwal ujian di pagi hari, Kay. Sepertinya kita kebetulan memiliki jadwal yang sama." jawabnya sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang kuyakin sedang tidak merasa gatal.

"Bukankah kampus bidang sosial ada di gedung bagian B ? Sayap sebelah barat, bukan ? Lalu mengapa kau di sini ?" tanyaku penuh selidik. Lelaki ini tidak langsung menjawabnya melainkan diam sebentar. Mungkin memikirkan jawaban yang tepat untukku.

"Aku hanya iseng, Kay. Hanya ingin melihat kampus disisi lain saja hehe." tawanya renyah. Aku hanya menganggukkan kepalaku.

"Ah ya tidak adil rasanya karena aku belum mengetahui namamu. Bisakah kita berkenalan dengan formal ?" tawarku sambil menjulurkan tanganku padanya. Dia menyambut uluran tanganku sambil tersenyum.

"Aku Ardian. Ardian Robert Soetardjo. Jangan merasa aneh dengan namaku, kalau kau susah menyebutkan nama belakangku, kau panggil aku Robert atau apapun sesukamu, Kay." jawabnya ramah. Jujur saja, namanya tidak aneh bagiku. Karena memang namaku juga sedikit aneh jadi aku maklum-maklum saja.

"Aku Kayla. Kayla Dwi Sanders. Dan kau tidak usah merasa seperti itu karena namaku juga aneh haha. Jadi kita sama-sama maklum, bukan ? Aku akan memanggilmu Ardian atau mungkin Ian agar terasa lebih pendek dan mudak disebutkan." jawabku juga dengan tersenyum.

"Baiklah, Kay. Terserah padamu saja haha. Bagaimana setelah ini ? Apa kau sudah ada janji atau kegiatan pagi ini ? Jika kau tidak keberatan dan tidak ada kegiatan, maukah kau menemaniku sarapan ?" tanya Ian di sebelahku. Tanpa perlu pikir panjang aku langsung mengiyakan ajakannya karena aku sendiri juga belum memasukkan apapun ke perutku pagi ini.

Sepanjang perjalanan menuju cafetaria kampus, aku dan Ian sama-sama menutup mulut. Mungkin karena kami sama-sama baru kenal, tidak ada topik lain yang ingin dibicarakan juga. Jika kulihat-lihat, wajah Ian hampir sama denganku. Bukan dalam artian kami mirip, bukan. Tetapi wajahnya sangat jelas terlihat bahwa dia bukan tulen orang Inggris. Ada darah keturunan dari Asia yang mengalir dalam tubuhnya.

UNEXPECTED WEDDING (EDITED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang