FOUR (21++)

289 22 4
                                    

21+++ ALERT !!! Yang di bawah umur monggo di skip ke next chapter ya zheyenk hehehe

Hari ini Dheon sengaja menginap di rumahku karena Kyle harus keluar menemui teman lamanya. Tentu aku tidak perlu repot-repot bertanya dengan siapa dia bertemu. Toh Kyle juga tidak akan memberitahuku jika aku bertanya.

Bau harum tercium dari arah dapur. Dheon sedang membuat nasi goreng. Kekasihku ini tidak hanya pintar dalam urusan menghabiskan memakan, tetapi dia juga mahir dalam membuat makanan. Such a good husband, hm ?
Aku melangkah ke arah dapur lalu melihatnya memasak. Pemandangan yang jarang kudapatkan padahal tidak sekali dua kali Dheon berada di rumahku atau aku berada di apartement miliknya. Yang jarang kudapatkan adalah dia mau memasak kali ini karena biasanya kita selalu beli.

"Selesai !!!" teriaknya seperti anak kecil dengan tangan berada di atas semua karena habis dia regangkan.

"Childish." kataku mencibirnya lalu mengambil berisikan nasi goreng yang berada di meja makan. Aku sedang ingin makan di depan televisi.

"Baiklah, sama-sama nyonya." teriak Dheon dari arah dapur. Aku hanya terkekeh mendengarnya. Lalu dia menyusulku dan duduk di sebelahku. Juga sibuk memakan nasi goreng yang sama denganku. Kami makan dengan hening, karena tidak mungkin kan kami makan sambil berbicara. Itu menjijikkan.
Setelah piring kami sama-sama kosong. Aku menyandarkan kepalaku pada bahunya dan sibuk mengganti-ganti channel televisi.

"Kurasa aku dan Kyle akan berlibur dalam waktu dekat. Apa kau tidak keberatan ?" tanyaku pada Dheon sambil menatapnya dari bawah dagu.

"Tentu saja, selama itu membuatmu merasa lebih baik aku akan mengijinkanmu." jawab Dheon tanpa memandangku dan masih sibuk dengan ponselnya. Ya mungkin urusan club nya.

"Memang kau ingin kemana ?" tanya Dheon lagi. Kali ini matanya menatap manik mataku dalam. Rasa nyaman dan merasa terlindungi mengalir hanya dari tatapan itu.

"Indonesia." jawabku singkat dan tentu saja Dheon memberikan wajah shock dengan pernyataanku barusan.

"Haruskah sejauh itu, Kay ? Kita akan terpisah ber-mil jauhnya. Kita bah-" aku langsung menutup mulutnya dengan tanganku. Dheon hanya bisa memercingkan matanya sambil sibuk memberikan tatapan yang intens.

"Ayolaaah. Saat ini semua sudah serba canggih, kita bahkan masih bisa saling mengkontak via Skype." aku hanya menatapnya polos dan tetap duduk di sebelahnya.

"Kau ingin aku dibunuh oleh rindu ? Kau melupakan fakta bahwa rindu padamu adalah hal yang menyeramkan, huh ?" aku tertawa setelah mendengarkan ucapannya. Dia sungguh sangat lucu jika seperti ini. Dan sedikit menggelikan ketika mendengarnya.

"Menggelikan, dasar bucin ! Omong-omong soal Kyle, aku dan dia sudah membicarakan ini pada mom dan dad. Kami memutuskan untuk kembali ke Indonesia sebagai perwakilan dari mom yang sudah sangat jarang pulang ke Indonesia. Lagipula ada skype, D. Kau juga bisa selalu mengirimiku e-mail atau pesn text kapanpun kau mau. Kita bisa melewati ini. Lagipula aku rasa tidak akan lama berada disana." jelasku panjang lebar sambil tetap bersandar di dadanya yang bidang. Dheon tidak menjawab pernyataan-pernyataanku barusan, melainkan hanya memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya kasar. Lalu dia menganggukkan kepalanya pertanda bahwa dia akan mengijinkanku.

UNEXPECTED WEDDING (EDITED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang