chapter 07

3.5K 165 0
                                    

Lluvia menatap malas kearah guru yang sedang membahas pelajaran bahasa Inggris di depan kelas, toh walaupun dia masuk hanya di jam ujian dia bakal tetap dapat nilai sempurna di mata pelajaran ini, dia melihat kesampingnya disana ada Jeno yang udah seluncuran di pelangi menuju dunia awan.

Jeno terlihat sama sekali gak perduli sama semua mata pelajaran, dia terus lolos pelajaran sains, bahasa Inggris, geografi, matematika dan semua tentang hitungan, jika pelajaran berhitung kali-kalian di ajarkan ketika kelas 4 sekolah dasar pada umumnya, maka mereka sudah di ajarkan di usia 7 tahun.

Lluvia menatap langit di luar jendela, langitnya biru cerah tanpa tertutup awan sedikitpun, apa semua awan udah di makan Jeno dalam mimpinya, entahlah

Melamun di jam pelajaran adalah hal yang paling menyenangkan bagi Lluvia, dia menatap kosong kearah papan tulis yang bertuliskan beberapa kalimat bahasa Inggris, tapi tak itu yang ada di pikiran saat ini, Lluvia hanya sedang memikirkan bagaimana cara bel istirahat berbunyi secepatnya dan dia bisa menghambur ke kantin bertemu Riki buat mengisi dayanya.

Kata Riki dia pulang hari Kamis, sekarang hari sabtu, yah pastinya Riki udah masuk sekolah, beberapa hari Riki diluar kota, Lluvia juga gak masuk sekolah.

Dia bisa melupakan kejadian mengerikan di depan matanya dengan sekejab mata tapi dia gak bisa ngelupain cara Riki berbicara dengan tersenyum , entahlah rasanya Lluvia pengen ngeretas sistem kemanaan sekolah, dia ingin membunyikan bel istirahat setiap dia merindukan Riki.

Lagi enak-enaknya mikirin Riki tiba-tipe spiker kelas berbunyi, dia sama Jeno di suruh ke ruangan guru BK sekarang juga, pasti karna beberapa hari ini mereka gak masuk sekolah, yah setidaknya mereka udah tau kalau itu bakalan terjadi mereka juga udah nyiapin jawaban kompak buat alasan di depan guru nantinya.

Omelan guru BK udah jadi makanan pokok mereka, bahkan sebagai member VVIP di ruang BK mereka memiliki privilage untuk mendengarkan omelan guru BK paling tidak sebulan sekali, yah pernah sih sebulan gak di panggil guru BK itupun karna liburan semester selama sebulan penuh.

Setelah kurang lebih sejaman mendengar omelan guru BK sampai mereka gumoh di dalam sana akhirnya Jeno sama Lluvia di bolehin kembali ke kelas dan dapat oleh-oleh surat cinta alias surat panggilan orang tua.

"Jen lo punya orang tua gak? "
Lluvia menatap lemas kearah Jeno lebih tepatnya tatapan mengejek.

"Sialan lo bangsat, kek lu punya aja "
Jeno memukul kepala Lluvia dengan surat panggilan orang tua tadi.

"Setidaknya gue punya bapaknya anak-anak"
Lluvia tersenyum miring membayang kan wajah Riki bahkan nama anak-anak mereka juga udah di siapin sama Lluvia.

"Bapak dari anak-anaknya siapa, emang lo siapanya Riki"
Jeno udah hapal banget senyuman aneh Lluvia yang hanya terlihat saat dia ngebahas tentang Riki, otak Lluvia itu lumayan transparan bagi Jeno, walaupun otak Lluvia itu encer kalau di pakai kerja, tetap aja otaknya bisa berhenti berfungsi kalau soal cinta-cintaan.

"Dah ah gue mau ngeberesin ini dulu, lo duluan aja"

Jeno langsung pergi kearah parkiran tentu saja buat ngehubungi orang yang bertanggung jawab atas mereka, yah istilah halusnya wali.


Itulah kenapa siswa di sekolah ini berfikir Jeno itu dekingannya kuat di sekolah, padahal dekingan Jeno cuma uang, tinggal sogok aja beres, bahkan kalau dia mau dia bisa beli sekolah ini masalah Jeno gak mau katanya gak berguna buat dia.

BERSAAT - NISHIMURA RIKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang