chapter 11

3.1K 134 0
                                    

Lluvia tuh hobbynya selain rebahan yah duduk cantik di pantry sambil menikmati es kopi dingin, dia selalu suka minuman dingin, tapi dia selalu membenci orang yang bersikap dingin.

Lluvia duduk santai dengan kaus oversize berwarna pink muda dan juga hotpants berwarna putih, rambut kecoklatannya kini terlah berubah menjadi hitam pekat, yang baru saja semalam dia ubah bersama Riki dan Sunoo, mereka sepakat mewarnai mahkota mereka dengan hitam, Rambut pirang Riki dan Sunoo kini sudah berubah hitam juga.

Jangan tanyakan semalam Lluvia yang menculik mereka untuk pergi ke salon, awalnya mau nemenin Lluvia soalnya bosan kalau sendirian berjam-jam di salon, tapi ujung-ujungnya Lluvia punya ide buat menghitami rambut mereka bertiga, ingatlah tahtah cewek dalam pertemanan itu tertinggi.

"Ih anjing gue kira lo babi berkepala hitam"
Jeno yang baru saja pulang setelah semalaman tak pulang, dan Lluvia gak perduli Jeno kemana yang penting pagi ini tak perlu repot membuatkan Jeno sarapan, berkurang deh satu bebannya.

"Sialan lo rubauh ekor sembilan"
Lluvia membuka aplikasi kamera di tablet, cantik kok, mungkin Jeno mabuk semalam makanya tak bisa membedakan Bidadari dan Babi, gws yah Jen.






Lluvia di mata Jeno saat ini

"Eh babi kecil, lo lihat ni kerjaan lo"Jeno menunjukan portal berita online yang berisikan tentang penyerangan terhadap keluarga salah satu pengusaha di kota ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh babi kecil, lo lihat ni kerjaan lo"
Jeno menunjukan portal berita online yang berisikan tentang penyerangan terhadap keluarga salah satu pengusaha di kota ini

"Ini juga gue lagi beresin anjing sabar dikit napa"
Lluvia masih fokus dengan beberapa dokumentnya, dan mengkaji ulang untuk mencari dari mana kebocoran data itu terjadi.

Lluvia tuh terlalu serius dengan dokumentnya sampai-sampai dia seperti di dunianya sendiri, kadang dia mengaruk keningnya yang gak gatal sama sekali karna tak menemukan apa yang dia cari, kadang dia juga memukul layar laptopnya karna kesal.

"Jadi kapan mulainya, tangan gue dah gatel banget ngingat muka tuh orang"
Jeno tuh lebih berbahaya dari pada Lluvia dia gak bakal segan-segan membunuh siapapun yang menghalangi jalannya.

"Besok pagi kita berangkat"
Keputusan Lluvia bulat, setelah dua jam dia berhasil mendapatkan semua data yang dia perlukan, mengulur waktu sungguh hal yang sangat di hindari, posisi mereka juga udah di ujung apalagi orang yang kali ini mereka hadapi bukan orang biasa.

"Nice, anak-anakku papa datang"
Jeno pergi ke salah satu ruangan di belakang pantry, hanya ruangan biasa dengan deretan senjata milik Jeno, disana dia menyimpan semua senjatanya, ruangan yang menyambung ke condominium sebelah mereka, terlihat ruangan dengan konsep yang berbeda, disana lebih banyak komputer yang sedang menyala, ada juga dua orang yang sedang duduk santai di depan komputer, tentu saja mereka juga bekerja sama seperti Jeno dan Lluvia, bedanya mereka akan bekerja standby di depan layar monitor sedangkan Lluvia dan Jeno hanya bekerja jika di perintahkan.

Itulah yang Lluvia bilang pekerjaannya sangat berat, membuat sarapan, mencuci dan pekerjaan rumah tangga lainnya, dia seperti janda beranak tiga kalau gini caranya.

BERSAAT - NISHIMURA RIKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang