part 11: reality

39 6 1
                                    

"Anora ih bangun lo, makin putih aja lu ya sialan." Lana meremas pelan tangan Anora yang terbebas dari alat rumah sakit, rasa rindu yang ada dihatinya mengalahkan rasa sakit yang di rasakannya sekarang membuat Lana tertawa dalam tangis yang semakin menjadi-jadi.

"Untung lo tidur ya Ra, coba aja lo bangun najis banget gua mah nangis kejer kayak gini, ewh banget." Lana memejamkan matanya berusaha menghilangkan rasa sakit yang terasa memukul rongga dadanya, dikuatkannya hatinya kembali untuk bisa melihat wajah Anora.

"Udah tiga belas hari lo tidur, gua mah bosen. Lo banyak ketinggalan pelajaran, absen jadi bolong-bolong. Lo ngerepotin semua orang yang sayang sama lo, bikin mereka nangis. Raisya juga keliatannya sedih banget deh soalnya gue kadang liat dia ngelamun gitu, alay banget ga sih! Udah dua kali ya gue liat lo nggak berdaya kayak gini dan ini semua bikin gue frustasi Ra, apalagi salah satu orang yang pernah bikin lo gini itu gue. Gue ngomong gini kaya orang gila ga sih? lu nya ngga nyaut, tega lu nyet!" Lana menarik nafas dalam-dalam mencoba mengurangi isakan tangis yang keluar dari mulutnya.

"Ja.."

Cekrek cekrek cekrek

Lana mengerutkan keningnya mendengar bunyi aneh yang berasal dari pintu luar, segera Lana memutar kepalanya ke belakang dan mendapati teman-temannya berdiri dengan gelagapan yang membuat Lana merasa semakin aneh. Dihapusnya sisa-sisa air mata diwajahnya dan langsung berjalan cepat ke arah teman-temannya.

"Kalian ngapain? tadi bunyi apa?" sambar Lana penuh curiga membuat Aditia yang sedari tadi lebih dekat dua langkah dengan Lana dari pada yang lainnya melangkah mundur mendekati Kailo yang berdiri di belakang kursi roda Raisya. Istri Hulk mengamuk!!

"Nggak ngapa-ngapain kok, dari tadi kita diem aja. Bunyi? bunyi apa?" tanya Keno balik dengan wajah pura-pura polosnya. Lana yang sudah mengetahui kebiasaan kawan sepermainannya ini langsung mencibir, selalu saja.

"Aku nggak bisa diginiin!" teriak Lana sambil menghentakkan kakinya, "Kalian diam itu malah mencurigakan, kalian tahu! Kalian itu nggak pernah diam kalo nggak ada apa-apanya! jadi kasih tau aku tadi bunyi apa dan kalau kalian nggak ngasih tau juga, aku bakal nagih hutang kalian dan harus dibayar sekarang!" sontak mereka langsung berpandangan mendengar ancaman yang sangat menakutkan itu.

Ya, mereka memang suka mengerjai Lana dikantin sekolah dan Lana terpaksa harus membayar makanan mereka karena mereka langsung ngacir meninggalkan Lana entah yang sedang mereka tipu untuk mengambilkan sesuatu atau yang lainnya sehingga Lanalah yang terakhir berada dikantin, tidak ingin menanggung malu maka Lana membayar semua makanan dengan hati dongkol. Hey, tapi bukan hanya Lana yang mereka kerjai seperti itu, semua sudah pernah merasakannya kecuali Anora, karena akan selalu ada pangeran Raisya Mikaila yang datang menolong putri Anora.

Keno, Raisya, dan Kailo langsung menatap tajam Aditia yang sedang celingak-celinguk di belakang Kailo, dan itu cukup membuat Lana tahu siapa pemilik masalahnya.

"Lo tadi ngapain hah?" tanya Lana tanpa basa-basi, yang ditanya malah nyengir kuda.

"Tadi aku ngambil foto Anora, Lan. Kangen banget soalnya, lumayan bisa mandangin Anora walaupun cuman di foto." tiba-tiba wajah Lana langsung merah padam mendengar perkataan Aditia, membuat Aditia semakin menyembunyikan tubuhnya di balik tubuh Kailo.

"Itu berarti di foto lo itu ada gue! hapus!" ucap Lana datar yang membuatnya terlihat semakin mengerikan. Raisya yang sedari tadi menahan geramannya langsung menatap Aditia tajam.

"Hapus fotonya sekarang, Dit! atau lo gue hajar sekarang juga!" Raisya mungkin sudah menghajar Aditia habis-habisan jika Kailo tidak menahannya. Anj*ng banget ni anak!

"Astaga monyong! itu Anora kenapa?" Keno memekik panik, Lana langsung menghampiri Anora dan malah semakin panik. Segera Lana menekan tombol disamping ranjang Anora.

"Kailo gue mau liat Anora. Anterin gue masuk, please." Raisya sungguh gelisah dengan keadaan Anora sekarang, ini semua salahnya. Terkutuklah kau Raisya!

"Nanti Sya, nggak sekarang. Biarin dokter yang nanganin Anora dulu. Lebih baik kita kabarin keluarga Anora."

Raisya langsung memekik heboh, "Astaga! untung lo ngingetin gue. Tante Syena sama om Candra sekarangkan lagi makan diluar. Anterin gue balik ke kamar."

"Nggak usah, tuh mamah papahnya Anora dateng barengan dokter segala perawat." Aditia mengedikkan bahunya ke arah datangnya rombongan pengajian eh?

"Maaf bapak dan ibu tidak boleh masuk, kami akan menanganinya." ucap salah satu suster sambil menutup pintu ruangan Anora.

Aditia melihat Lana yang sedari tadi gemetar secara spontan mencoba menenangkannya dengan memeluknya, Lana sempat kaget tetapi dibiarkannya karena dia memang butuh tempat bersandar. Kailo meremas pelan bahu Raisya, pikirnya itu mungkin sedikit menenangkan Raisya. Orangtua Anora duduk ditempat duduk yang memang disiapkan rumah sakit, Syena sesenggukan dipelukan Chandra. Keno hanya bisa bersandar didinding, bingung harus berbuat apa melihat orang-orang disekitarnya yang sepertinya sangat sedih karena Anora. Payah kau Anora! Ayo bangun dan akhiri semua drama ini!

Disaat semuanya bersedih, Keno samar-samar mendengar bunyi sesuatu dan itu semakin jelas, Keno langsung mendongakkan kepalanya ketika pendengarannya mendengar bunyi sepatu yang semakin mendekat. Keno terperangah dengan apa yang dilihatnya dan belum sempat melakukan apapun ketika Raisya membuka suara lebih dulu.

"Jannet?" Raisya membeku, sungguh dia belum ingin bertemu dengan perempuan yang menjadi akar permasalahan dalam hidupnya ini.

Jannet tersenyum miring mendengar sapaan Raisya sambil berjalan pelan tepat ke arah Raisya, Jannet menundukkan badannya dan menyentuh pipi Raisya, "Masih ingat aku sayang?"

Raisya langsung menepis tangan Jannet kasar sambil memundurkan kursi rodanya menjauh dari Jannet, "Kamu kenapa gini sih Jann, kemana sifat kamu dulu yang punya sopan santun dan etika."

"Aku yang dulu atau sekarang tetap sama, Sya. Malah aku pikir kamu yang berubah jadi kasar gini ke aku." sela Jannet memandang Raisya dengan mata yang berkaca-kaca, "Dan jangan lupa, aku masih jadi pacar kamu sampai sekarang." Jannet mencoba mendekati Raisya namun Raisya memundurkan kursi rodanya lagi.

Aditia yang sudah muak melihat akting Jannet dari tadi segera ingin mengusir Jannet dari hadapan mereka tetapi Lana bergegas menggapai lengan Aditia dan menahannya, "Biarin Raisya yang nyelesein masalahnya sendiri, Dit. Kita jangan ikut campur dulu." bujuk Lana lembut.

Raisya mengusap rambutnya kasar, "Jannet, dengerin aku baik-baik. Kamu minta tolong ke aku jadi pacar pura-pura kamu buat bikin Kailo ngelupain perasaannya buat kamu, nggak lebih dari sekedar pura-pura. Dan kenapa aku care sama kamu? itu karna kamu temen aku, kita sahabatan." Jannet menggelengkan kepalanya sambil meringsut mundur, tiba-tiba Jannet berteriak sambil menangis.

"KAMU JAHAT, SYA! APA KURANGNYA AKU HAH APA?" Jannet menghapus air matanya kasar sambil tersenyum menatap Raisya, "Oke kalo gitu, kamu boleh giniin aku tapi ingat! nanti, setelah ini kamu yang bakal ngejar-ngejar aku." Jannet memberikan senyum semanis mungkin sebelum berbalik arah dan meninggalkan orang-orang yang menyaksikannya sedari tadi dengan tampang pucat pasi.

Love & FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang