Kath merapatkan parkanya dan langsung bergegas keluar rumah.Terlihat salju yang dengan indah menghiasi jalanan.Beberapa anak kecil yang bermain dengan riangnya.Pagi ini sangat indah untuknya.Ia sudah tidak sabar bertemu dengan seseorang.
"Taman itu ya? Haruskah kita bertemu di taman?" tanyanya menimbang-nimbang.
Kath lalu menggelengkan kepalanya.Meyakinkan pada dirinya bahwa semua baik-baik saja.Ia lalu memasuki area taman yang hampir sepenuhnya tertutup salju itu.
"Mana dia?" Kath menyapu pandangannya ke sekeliling taman.Namun,yang dilihat hanya ada beberapa anak kecil saja.
"Kau semakin cantik ya?" ucap seseorang dibelakangnya sambil terkekeh.Sontak,Kath membalikkan badannya mendengar perkataan itu.
"Nickole...!! Oh,God.Aku merindukanmu anak kecil." Kath tertawa sambil memeluk lelaki itu dengan erat.
"Hey! Usiaku 17 tahun." sergah Nickole tak terima.
"Haha..So,kau sudah lulus?" tanya Kath.
Nickole hanya senyum-senyum tanpa menjawab pertanyaan Kath.Tangannya menepuk-nepuk seolah ia sedang berfikir.
"Dengan nilai terbaik!" ucapnya dengan lantang.
"Sungguh? Ya Tuhan.." Kath memeluk Nickole lagi dengan erat.
"Hey,hey! Kalau kekasihku tau bisa habis aku!" gurau Nick.
Kath pun melepaskan pelukannya.Dan langsung menarik tangan Nickole untuk mengikutinya.
***
Kath's POV
"Jepang?" tanya Nick setengah kaget menatapku.Aku hanya menganggukkan kepala.
"Kau bercanda?"
"No,apa salahnya dengan Jepang?" tanyaku.Kulihat ia mengerutkan dahinya tidak setuju.
"Itu luar negeri Kath! Dan bahkan kau akan kuliah dan kerja disana? Bagaimana dengan Australia?" Nick menatapku dengan penuh tanya.
"Aku akan meninggalkan Australia tentunya." jawabku malas sambil menggosokkan tanganku ke cangkir kopi hangat ini.
Kulihat Nick seperti menyerah dan menyandarkan punggungnya di kursi.Ia menghela nafas panjang.
"Apa alasanmu?" tanyanya penuh selidik.
"Beasiswa dan pekerjaan." aku mengedikkan bahuku ragu.
"Australia sama majunya dengan Jepang.Lagipula,pekerjaan yang sesuai denganmu sangat banyak disini.Dan kau pernah mengatakan bahwa kau tidak mau jauh-jauh dari Australia.Aku tidak yakin hanya itu alasanmu!" oceh Nick panjang lebar.Menatapku acuh.Tidak bisakah ia menyetujuiku kali ini?
Aku ikut menyandarkan punggungku di kursi.Menatap semua sisi kedai kopi ini dengan penuh bimbang.Apa aku harus jujur?
"Beasiswa itu penyelamatku,kau tahu? Dengan beasiswa itu aku bisa jauh dari Australia dan..melupakannya!" ucapku jelas dan lantang pada Nick.Terserah dia ingin komentar apa.
"Kau malah tampak seperti lari dari kenyataan! Hadapi semua ini dengan kesabaran.." suara Nick melembut.Mencoba merayuku sepertinya.Tidak akan mempan padaku!
"Apa yang perlu dihadapi,Nick? Sudah 2 tahun dia amnesia! Apa aku harus terus merasakan sakit?" perlahan air mataku turun.Dada terasa sesak bila mengingatnya.Ah,sialan!
"Baiklah,baiklah..jika ke Jepang adalah yang terbaik untukmu,aku akan dukung." Nick tersenyum padaku.Berusaha menenangkanku.
Ini memang pilihan yang berat.Namun,aku harus menjalaninya.
***
Malam ini adalah malam terakhir untukku berada di Australia.Besok pagi adalah jadwal keberangkatanku ke Jepang.Aku harus berangkat,tak perlu ragu lagi.
Setelah aku bertemu Nick,rasanya lega sekali.Yah,walaupun ia agak kecewa dengan keberangkatanku ke Jepang tapi aku tidak boleh membatalkannya dengan alasan apapun.
Lagipula aku sudah mengantongi izin dari mum.
Aku pasti akan merindukan mum dan Carliss nantinya.Mungkin di Jepang,aku akan menemukan takdirku.Siapa tahu?
***
Author's POV
"Katheryn Williams! Ya Tuhan..bangun! Ini sudah pukul 8 pagi.." Gadis itu menggerak-gerakkan tubuh adiknya.
"Uh..iya iya,lagipula masih-HAH?! PUKUL 8? Astaga!" Secepat mungkin Kath beringsut dari ranjangnya lalu berlari menuju kamar mandi.
Setelah beberapa menit kemudian,akhirnya ia selesai mandi dan berpakaian.Terlihat Carliss dan orang tuanya sudah berada didalam mobil.
"Kath..Ya ampun,kau bisa ketinggalan pesawat!" omel Carliss,sedangkan mum nya hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan putrinya tersebut.
Mobil mereka pun akhirnya melaju menuju bandara,tidak membutuhkan waktu lama karena jalanan sedang bersahabat,akhirnya mereka sampai di Bandara.
Carliss memarkirkan mobilnya.Lalu segera turun untuk membantu Kath menuju pintu keberangkatan.
"Cepatlah,penerbanganmu 30 menit lagi." ucap Carliss seraya memeluk Kath.Kath tersenyum padanya.
"Jaga diri disana.Gunakan beasiswa mu dengan baik." Bagaimanapun ia akan bersedih jika ditinggal oleh putrinya lagi.
"Pasti mum!"
"Ingat! Kau harus berfoto disamping sakura!" Ancam Carliss sambil terkekeh.
"Akan kubawakan pohonnya..Bye!" Kath tertawa setelah itu ia melambaikan tangan dan masuk ke dalam bandara.
***
Kath's POV
Ah,aku harus menahan air mata ini! Tidak boleh menangis,lagipula ini demi kebaikanku kan?
Keberangkatanku sekitar 25 menit lagi.Sepertinya aku harus segera melakukan boarding pass sekarang.
Drrt...drrt..
Ponselku bergetar,menandakan sebuah pesan masuk.Dari siapa ya?
Unknown : Jangan pergi! Kita harus bertemu dan bicara! Kumohon,tunggu aku disana sebentar lagi.
Apa yang ia bilang? Jangan pergi? Apa maksudnya? Pesawatku akan take off sebentar lagi.
Haruskah ku menunggunya atau mengabaikannya?
Siapa dah tu yg sms?
2 part lagi yee endingnya..
Danem lu gimana tong? Mulus? :'D
Vmmnts pls ..