31.7K 3.8K 470
                                    

[ Sudah dua bulan dan orang mulai bertanya-tanya kenapa aku masih sangat kesal. Mereka tidak paham. Aku tidak merasa hubungan kita 'normal'. Dengan ketidaknormalan yang kumaksud adalah ... kita tidak seperti yang lain. Kita merasa kalau kita ditakdirkan untuk satu sama lain. Sial, itu terdengar sangat klise, mungkin aku harus mendengarkan saran dari yang lain dan menyerah akan dirimu. ]

Mengatakan selama perjalanan itu penuh kecanggungan adalah salah. Ia mencoba mengetahui semua kabar baru darimu selama lima belas menit perjalanan.

"Jadi, kau punya pacar sekarang?" Ia bertanya setelah menyalakan mesin kendaraan. Jemarinya berada di roda kemudi, pandangannya lurus ke jalanan. Sangat fokus.

"Iya."

"Oh, siapa namanya?"

"Jimin."

Ia mengangguk, menanggapi fakta bahwa kau telah berpaling? Bahkan jika tidak, ia tidak seharusnya bersikap begini

"Dia luar biasa. Aku sangat bahagia." Kata-kata itu mengalir dari mulutmu. Suaramu terdengar sangat monoton, tidak ada emosi yang bisa melewati dinding yang telah kau bangun tanpa sadar.

"Aku ... senang mendengarnya."

Kau memandangnya sedetik dan segera setelah ia merasakan kau memandangnya, ia juga memandangmu. Kontak mata yang terjadi itu begitu intens dan kau menyadari di sana ada jutaan kata yang tidak dapat terucap pada satu sama lain sekarang. Tiba-tiba berhenti. Kau memandang ke luar jendela dan melihat kau berada di depan lampu merah. Taehyung beruntung menyadari cahaya lampu lalu lintas. Tapi, kalian berdua bertanya-tanya apa yang baru saja terjadi. Aura di dalam mobil terasa sedikit tegang.

"Jadi, ... bagaimana kuliah?" tanyanya memecah keheningan.

"Bagus, bagaimana denganmu?"

"Kurasa sama. Aku mengubah pilihanku. Aku belajar Sastra sekarang."

"Serius? Kau tidak pernah menyukai Sastra!" Kau langsung menyesal mengatakan itu karena firasat batinmu atas kenapa ia mengubah ketertarikannya.

"Pacarku sangat suka Sastra, jadi dia membuatku menyukainya juga." Ia sedikit tertawa.

Pacarnya. Dulu kau 'pacarnya', tapi sekarang gadis itu mengambil tempatmu. Kecemburuan membunuhmu dan malaikat di hati kecilmu berharap kau tidak melewati batas.

"Aku sebenarnya sedikit penasaran bagaimana kau mengenalnya," tanyamu. Kau sangat penasaran, itu adalah apa yang kau pikirkan dalam beberapa bulan belakangan. Bagaimana kau bisa mencegahnya selingkuh?

"Tolong, jangan mengungkit itu. Aku tidak mau membahasnya." Dirinya mendadak kelihatan gugup.

"Kenapa? Kau bilang kita harus menjadi teman. Jangan berpikir aku akan tersakiti, aku sudah melupakanmu. Sangat berhasil malahan." Kau memberinya senyum kecil untuk membuatnya percaya, tapi ia tampak tidak percaya sama sekali.

"Kupikir tidak."

"Apa maksudmu?" Kau menahan napas.

"Aku mengenalmu. Aku mengenalmu dengan sangat baik."

Kau kembali bersandar, menatap ke luar jendela. Ia benar. Ia mengenalmu dengan sangat baik. Tapi, bagaimana bisa kau tidak mengenalnya sebaik itu lagi? Entah bagaimana kau masih merasa canggung padanya, namun caranya bicara, caranya bersikap, ia telah berubah. Dan kau tidak.

"Lebih baik membahas soal bagaimana kau bertemu pacarmu." Ia tersenyum padamu, mencoba untuk menarik perhatianmu.

"Kami bertemu di perpustakaan."

"Jadi, dia kuliah juga?"

"Iya."

"Oke, beri aku detailnya." Ia mencoba memperbaiki situasi namun ia gagal. Moodmu sudah sangat buruk.

"Kau tidak memberitahuku soal pertemuan pertamamu jadi aku tidak akan memberitahumu tentangku." Bukannya menjulurkan lidahmu, kau justru menunjukkan jari tengahmu. Ia tidak bisa mempermainkanmu lagi, tidak lagi.

"Maksudku bukan begitu, kau tahu itu!" Ia menghentikan mobil dan kau sadar bahwa kau sudah di depan rumahmu.

"Oke ...." Kau mengendikkan bahumu dan mengambil tasmu dari kursi belakang, "Terima kasih atas tumpangannya, Taehyung. Sangat menyenangkan."

"Aku senang kita bisa bicara lagi. Angkat ponselmu saat aku menghubungi, oke?"

"Jimin akan datang malam ini, jadi sebaiknya malam ini jangan menggangguku!" Kau tersenyum sebelum menutup pintu, kau menepuk pundakmu atas kepulanganmu yang baik. Teman? Hal itu tidak akan pernah terjadi. Dasar bodoh.

Pacar barumu tidak akan datang malam ini, kau berbohong pada Taehyung. Jimin melakukan sesuatu dengan temannya dan kau mengikuti jadwalmu yang biasanya. Menjadi kentang sofa. Kau sedang asik menonton episode dari Reply 1997 ketika ponselmu berdering. Ha! Taehyung. Kau tidak akan mengangkatnya. Tapi ketika kau memegang ponselmu kau melihat nama Irene yang memanggil. Oh, benar, gadis itu bilang bahwa ia akan menghubungimu.

"Hei." Kau mengangkatnya mencoba terdengar senormal mungkin. Tidak seperti kau telah mengobrol dengan Taehyung. Taehyung yang merobek hatimu saat enam bulan hari jadimu.

"Hei. Kau tahu ... oh, aku dengan Amber, Amber katakan halo." Ia bergumam di ponsel, apa gadis itu mabuk?

"Yo cutie pie!" Kau mendengar suara Amber.

"Yo Amber ..." Kau menjawab sebelum Irene meneruskan.

"Kau tahu ... Awalnya aku ingin ke tempatmu dan menyuruhmu mengatakan semuanya, tapi kemudian aku berpikir, tidak. What a best friend should do, what we both are to you, right?"

"Right ..." Kau tersenyum memikirkan kau memiliki dua sahabat. Kalian dekat, namun kau tidak pernah menduga mereka mau sedekat ini denganmu.

"Jadi, kami berpikir daripada kau menangis sambil memberitahu kami apa yang si Sialan itu telah katakan, kami akan membuatmu super duper mabuk."

"Girls, aku sedang di tengah kegiatanku ...." Kau melihat layar televisimu.

"Kami tidak peduli. Siap-siap, sepuluh menit lagi kami di sana. Kau harus tampil seksi!" Amber berteriak. Ia tampak berada di ruang lain mendengarkan percakapan lewat pengeras suara.

"Aku punya pacar!" katamu terkejut.

"Omong-omong ... itu ... tidak ... penting. Sampai jumpa dalam lima menit." Irene terkikik.

"Girls, kalian barusan bilang sepuluh menit?!" Tapi mereka sudah memutuskannya.

Mereka datang setengah jam kemudian, dan kau selesai sekitar satu jam kemudian. Masih mencoba mendiskusikan ide untuk menonton acara di Netflix dan Pizza malam, namun semua tawaranmu ditolak mentah-mentah.

Itulah kenapa kau mendapati dirimu berdiri di depan diskotek paling sibuk di Seoul sekitar tengah malam. Penjaga membiarkanmu masuk dengan mudah tanpa mengecek kartu identitas. Tempat itu penuh dengan orang-orang. Jadi, untuk mengabaikan yang terjadi di tengah lantai dansa hanya ada satu solusi: minum. Kau sudah meminum beberapa sloki ketika kau mulai turun ke lantai dansa. Seseorang berambut blonde tiba-tiba melewatimu, nyaris membuatmu tersandung.

"Oh, maaf aku tidak melihatmu!" Ia tersenyum padamu dan kau baru saja akan balas tersenyum dan mengatakan hal itu tidak masalah ketika kau menyadari siapa gadis yang berdiri di depanmu. Barbie.

Tanpa niat untuk berkelahi, tanganmu tiba-tiba saja menampar wajahnya dua kali. Kau tidak menyadari kakimu menendang perutnya, namun itu tidak sekeras kedengarannya, sebelum dua tangan kokoh menarikmu. Kau jatuh dalam dekapannya, tangannya masih memelukmu meskipun kau tidak punya pikiran untuk memberontak.

"Aku tidak berpikir kau akan bertindak sejauh ini. Kau melakukan banyak hal yang tidak pernah kuharap kau lakukan setelah kita putus. Kau berubah." Ia berbisik di telingamu sebelum akhirnya melepasmu, menghampiri pacarnya yang tersungkur.

☆ ☆ ☆

11 Juni 2016

revisi : 29 Oktober 2018

Perfect ➳ KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang