Tolong kembali seperti dulu, aku rindu.
. . .
Cepat pulang dirimu yang dulu, ada banyak hal yang ingin aku ceritakan perihal lelahku. Perihal banyak hal yang ingin aku bagikan dengan mu. Perihal aku yang pada akhirnya harus menyimpan semua cerita sendiri, tanpa kamu.
Kapan pulang dirimu yang dulu? Tidakkah kau lelah terus bermain dengan egomu? Tidakkah kau lelah terus menyakitiku? Tidakkah kau merindukan kita, yang setiap malam sering bertukar kabar dan berbagi cerita?
Seperti aku, tidakkah kau pun merindukan dirimu yang dulu? Yang dengan sedia selalu menyediakan bahunya sebagai tempat ternyamanku menumpahkan sendu. Yang dengan setia menungguku menyelesaikan segala sibuk ku. Yang dengan lembut menguatkanku saat dunia membuatku hancur.
Kini, kamu tak lagi seperti dulu. Aku kehilangan penguatku. Aku kehilangan bahu ku.
Kemana kamu saat aku rapuh? Kemana kamu yang dulu selalu membuatku merasa utuh? Kemana kamu saat ku katakan, aku rindu? Ya, kamu pasti menjawab, "Aku disini. Tidak kemana-mana." Iya, aku tau, kamu masih disini. Kamu ada. Namun sudah tidak berasa. Tidak ada kehangatan. Tidak ada kelembutan.
Bahkan jika aku tersandung, aku jatuh, atau bahkan hancur sekalipun, kamu tidak akan bergerak sedikitpun.
Apa bahu itu masih menjadi milik ku? Atau telah kau berikan pada seseorang selain aku? Kenapa tidak memberitahu ku dulu? Setidaknya agar aku tau alasan dari bekunya kamu. Jangan tiba-tiba berubah seperti ini dengan alasan yang bahkan tidak aku tau.
Jika benar telah ada yang baru, mari selesaikan semua ikatan denganku. Jangan menjadi rakus karena ingin mendapatkan dia, tapi tak mampu melepasku.
Jika benar bahu itu bukan lagi milik ku, biarkan aku pergi mencari bahu yang baru. Jangan seolah kau menahan ku, padahal hatimu bukan lagi milikku.
Namun, jika kau tetap bersikeras meyakinkan tidak ada yang baru, maka buktikan padaku, dan kembali seperti dulu, aku rindu.
Kamis, 04 Juli 2019
Dari aku, yang rindu sosok dulu mu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Dalam Aksara
PoesiaCover by: @silviye_ Bahkan rasa ini pernah ada untukmu, sebelum akhirnya waktu mampu menghapusnya. Bahkan jantung ini pernah berdetak hebat karena mu, sebelum akhirnya jarak mampu menghentikannya. Maaf jika ternyata cinta ku tak sehebat kamu. Kam...