Dulu, kamu adalah penyebab dan penyembuh luka yang paling kusuka. Namun kini, kamu hanyalah penyebab yang ingin ku lupa.
. . .
Kau tau kan? Cinta tak hanya menciptakan bahagia, namun juga mengundang luka. Kau juga sudah paham bukan? Sudah ribuan kali kau menjadi penyebab luka, namun yang aku tau, kamu jugalah yang selalu menyembuhkannya. Kau bilang jangan sampai ada orang lain yang menyembuhkan luka itu. Hanya kamu yang boleh melakukannya. Aku setuju. Dan memang ingin ku pun begitu.
Tak pernah ku bukakan pintu untuk siapapun. Tak pernah ku izinkan masuk seseorang selain kamu. Setiap aku terluka, kamulah orang pertama yang mengobatinya. Setiap kau melakukan kesalahan, kata maaf mu yang berulang-ulang selalu membuatku tak mampu jika tak memaafkan. Kau selalu ku maafkan. Sebab seperti janji kita, kau akan tetap menjadi penyebab sekaligus penyembuh luka yang paling ku cinta.
Namun, kini ada sesuatu yang berbeda. Aku sering terluka, tapi kau tak pernah ada. Kau hanya terus menambah luka, setiap hari kau ciptakan kecewa. Kau buat sesak hatiku yang penuh cinta, hingga aku merasa tersiksa. Tak ada lagi kata maaf terucap. Tak ada kasih sayang yang ku rasakan.
Kemana kamu yang begitu ku cinta? Aku terluka! Lihatlah, lukanya begitu parah! Tidakkah kau berniat untuk menyembuhkannya?
Kau acuh.
Kau tak peduli.
Hingga aku lelah menahan luka sendiri.
Sungguh, tak ku bukakan pintu hatiku untuk siapapun. Namun, entah bagaimana bisa dia mendobrak pertahananku yang rapuh. Dia masuk, merengkuh ku. Mencoba menyembuhkan ku, namun ku tolak ia dengan kasar. Aku masih ingat kau pernah bilang, jangan sampai ada orang lain yang menyembuhkan ku selain kamu. Aku tetap menunggu mu.
Sampai hari dimana aku mencapai puncak lelah, dan kamu tak kunjung menyembuhkan, hanya terus menambah luka yang ada, dia datang kembali. Memelukku. Memberi hangat pada hatiku. Hingga perlahan memulihkan ku.
Ku katakan padamu. Bukan aku yang mengizinkan dia menyembuhkan ku. Tapi dirimu sendiri yang memberi ruang pada laki-laki lain untuk mengobati ku. Bukan aku yang tak setia, tapi kamu yang tak pandai menjaga.
Maaf, aku ingin mencari hati yang tau caranya menghargai.
Senin, 15 Juli 2019
Dari aku, yang sudah lelah diacuhkan kamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Dalam Aksara
PuisiCover by: @silviye_ Bahkan rasa ini pernah ada untukmu, sebelum akhirnya waktu mampu menghapusnya. Bahkan jantung ini pernah berdetak hebat karena mu, sebelum akhirnya jarak mampu menghentikannya. Maaf jika ternyata cinta ku tak sehebat kamu. Kam...