Part 13

5.7K 341 14
                                    

"DION?!"

Tanpa membalas ucapanku Dion langsung membuka jendela lebar lebar dan langsung merebahkan badannya di ranjangku.

"LO NGAPAIN DISINI?!" Dion hanya cengir kuda lalu duduk dan meletakkan satu jarinya didepan bibirku.

"Jangan teriak napa sih? Nanti kalo ada yang denger Kirana lola?!" Dion mengucapkannya sambil tersenyum dan, "eh, tunggu..." Dion mendekatkan wajahnya ke wajahku dan reflek aku mundur.

Semakin dekat wajahnya membuatku mau tak mau memejamkan mata dan.. "eh, ada upil di idung lo"

Sialan.

"Aaaaaa....Dionn jorok?!" Ucap ku sambil teriak teriak salting gajelas dan Dion hanya tertawa puas.

"Makanya upil jangan dipelihara, hahaha" tawanya menggelegar membahana yang membuatku makin salting.

"Cieee, yang salting. Atutu kok lucu sih awww--" Dion meringis setelah kucubit perutnya dengan gemas.

"Ih, jijik tau gak"

"Tapi lo suka kan?!"

"Kata siapa?"

"Tuh, muka merah gitu..ahahahagha"

Duh,,, orang ini cerita lagi marahan kenapa malah ngelawak sih?! Gatau sini lagi marah?!

"Tau,, ah"

"Eh,, jan ngambek dongg. Btw ngapa tadi lo pulang duluan?"

"Suka suka gue lah,," asli yang ternyata sekarang jantung gue degdeg an gajelas gini. Bingung, masa mau jawab kalo ahhh mending gausah dijawab.

"Terus... Ngapain lo masuk kamar gue malem malem hah?!" Teriakku kepadanya.

Tanpa ada jawaban, Dion langsung memelukku dan membawaku kedalam dekapannya. Memperlihatkan detakan jantungnya yang terdengar nyaring di telingaku. Membuatku merinding seketika setelah ucapan yang dilontarkan barusan..

"Gue takut lo kenapa napa, gue khawatir sama lo"

Khawatir.

"L-lo kh-khawatir sama g-gue?" Tanya gue gugup yang masih dalam dekapannya.

"Iya, lo kenapa sih?" Tanya Dion seraya melepaskan dekapannya sejenak membuatku mendongak keatas untuk melihatnya.

"Engg-nggak kok gue gapapa" ucapku pelan sambil menunduk. Seketika Dion menarik daguku dan mendekatkan wajahnya ke wajahku.

"Lo abis nangis?" Tanyanya yang masih mengamati mataku intens tak berkedip dan mulai menggosokkan ibu jarinya di kelopak mataku sebelah kiri.

"Engg-enggak--"

"Tapi kenap merah?"

"Apanya?"

"Matalo kenapa merah?"

"Eh, tadi cuma kelilipan gara gara debu, iya gara gara debu tadi seenaknya masuk mata" senggakku kepadanya dan ia mulai menganggukkan kepalanya dalam arti mengerti.

Aku menghela nafas pelan mengetahui bahwa aku membohonginya. Biasanya Dion sangat sulit untuk dibohongi.

"Bohong"

BAMM.

Satu kata yang sukses membuatku menegang di dekapan Dion membuatku enggan menatap matanya beralih menatap jidatnya.

"A-apa maksut lo?" Tanya gue.

"Lo bukan kelilipan gara gara debu." Aduh,, Dion makin menatapku intens sambil beralih mengusap pipiku dengan ibu jarinya dengan pelan.

Ketua OsisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang