"jadi, setelah ini apa?" Tanya Tony membuka percakapan.
Aku hanya diam sambil menatap es krim kesukaanku dan menyuapkan sesendok ke mulutku.
"bagaimana kalau kerumah Dion? Gimana Kir" sahut Sabrina yang mau tak mau membuatku menatapnya dan diikuti yang lainnya.
"eh, guesih terserah Dion. Kan dia yang punya rumah." Ucapku dan kulihat Dion mengerutkan kedua alisnya.
"oke, kalo lo Tony?" ucapnya sambil menoleh kearah Tony.
"okelah gue" ucapnya sambil mengambil hpnya entah apa yang dia lakukan.
"iyadeh, oke. Nanti gue sms alamatnya ya."
" yeee!!! Makasih Dion." Ucap Sabrina sambil merangkul lengan Dion. Tidak, lebih tepatnya bergelanyutan di lengannya.
Merasa malas menanggapinya, aku ijin ke kamar mandi. Entah merasa ada butiran yang jatuh melewati pipiku. Mataku serasa panas. Entah apa ini efek kelilipan atau...
Atau aku sakit hati...
Aku menatap diri di cermin. Mataku bengkak dan aku menangis. Ya tuhan, aku bahkan tak tahu kapan terakhir kali aku menangis. Sesegera aku membasuh mukaku dengan air agar mataku tak terlihat bengkak dan itu tak berhasil. Mataku malah bertambah bengkak dan terlihat ada benjolan di bawah mataku.
Mengapa aku selemah ini? Aku tak boleh lemah, ya. Aku tak boleh. Membasuh muka sekali lagi dan mengelapnya dengan tisu dan..
CKLEK.
Ada orang membuka pintu dan itu..
Sabrina.
Mengapa ia disini?
Dia masuk dengan tasnya dan mulai mengeluarkan make up dan tak lupa dengan lipstick merahnya.
Dia menatapku dengan sinis menganggapku musuh. Dia menghampiriku dengan gaya yang beda 1800 dengan sebelumnya. Lalu dia menatapku lebih dekat.
"lo habis nangis?" aku tak merespon.
"cih, ternyata lo lemah ya. Baru gini aja udah nangis."
"kenapa lo-"
"udah deh gausah ngeles gitu wajahnya. Lo gaada apa apanya disbanding gue. Lo piker lo siapa ha? Gini selera Dion?"
"mau lo apa?!"
"mau gue? Gampang, gue mau lo jauhin Dion sekarang. Karena Dion milik gue dan gaada seorangpun yang bisa sama dia."
"emang lo siapa?!"
"udah deh lo gausah kebanyakan cingcong. Mulai detik ini lo gausah deketin Dion lagi. Atau lo gamau terjadi apa apa kan sama orang disekitar lo?"
Ucapnya mengancamku. Emang siapa dia? Cih, baru tau kali ini ketemu orang bermuka dua. Sesaat kemudian dia kembali sambil menyenggol bahu Kirana yang membuatnya hamper terjungkal ke belakang.
Dan Kirana kaget dengan respon Sabrina yang ternyata bermuka dua itu. Kemudian Kirana merasa cairan panas itu menetes lagi untuk yang kedua kalinya. Ingin rasanya mengamuk tapi Kirana bingung apa yang harus dilakukannya.
Membasuh wajahnya yang kesekian kalinya lalu Kirana memutuskan untuk keluar café itu. Berencana kabur dengan cara yang pengecut. Bilang saja ia pengecut. Tapi saat ini ia ingin sendiri dulu. Memastikan salah satu dari mereka taka da yang melihat, dia berjalan keluar.
Sesampainya diluar, Kirana lupa kalau dia kesini dengan Dion. Kirana memutuskan berjalan sampai ke halte untuk menunggu bus lewat. Tanpa sengaja dia melihat Diego di motornya dengan memegang hp di tanyannya. Sepertinya dia sedang menunggu seseorang.
![](https://img.wattpad.com/cover/68875219-288-k833304.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis
HumorHey! Siapa yang ingin hidup sengsara? Kirana Dewi Alexandra, adalah seorang ketua osis yang tegas dan berwibawa. Tetapi tak disangka setelah kedatangan makhluk yang ia sebut 'pembawa sial' berhasil mengacaukan harinya. Dion Sastro Devano, adalah mur...