Chapter 1

24.8K 1.5K 40
                                    

Langit hitam terbentang luas di hadapan pria yang sekarang berdiri dengan kedua tangan yang ia masukkan di saku celananya. Udara dingin tidak membuat kakinya melangkah masuk. Wajahnya keras. Penuh kebencian. Ya. Dia benci semuanya. Dia benci keadaan.

Draco lucius malfoy. Seorang anak yang tidak memiliki pilihan. Ia hidup. Tapi terasa mati. Tidak pernah dalam hidupnya, ia memutuskan sesuatu.

"PENGECUT!!" Teriaknya sembari menendang nendang rumput. Tangannya yang kini bebas, menjambak - jambak rambut lurus platinanya.

Napasnya naik turun tidak berirama. Di udara yang dingin seperti ini,tubuhnya malah mengeluarkan keringat. Hatinya panas. Seperti terbakar. Ia marah. Kesal. Kecewa.

Bayang bayang ingatan itu terus berputar-putar di kepalanya. Ingatan yang membuatnya seperti ini...

"Tidak! Dia hanya seorang anak lucius. Dia tidak tahu apa-apa! Bisa-bisanya kau menyerahkan draco padanya" bentak Narcissa.

"Selama ini aku sudah melatihnya. Ini kesempatan besar untuk keluarga kita. The dark lord tidak akan menyakitinya" kata Lucius dengan wajah datar mengintimidasinya.

"Tidak! Kalau kau ingin pergi dengannya, pergilah! Tapi jangan bawa-bawa anakku!" Narcissa langsung berhambur memeluk anaknya yang sedang menundukkan kepalanya disofa hitam yang elegan keluarga malfoy.

Draco tidak mengucapkan apa-apa. Dia sadar, apapun yang dia katakan tidak akan merubah segalanya. Semua sudah terjadi. Ia melihat tanda hitam di lengan kirinya yang terasa berdenyut-denyut. Terlihat disana seekor ular yang keluar dari mulut tengkorak. Ya, itu tanda kegelapan milik kau-tahu-siapa. Draco sekarang seorang death eaters.

"Draco.. sekarang kau adalah pengikutnya. Kau harus setia padanya. Aku menyesal mengatakan ini.. tapi kalau kau menghindar, dia akan membunuh kita semua" ungkap lucius yang dihadiahi tatapan tak percaya Narcissa.

"Kau gila! Kau gila Lucius!" Teriak Narcissa histeris. Bagaimana tidak. Anaknya yang ia besarkan dengan penuh kasih sayang, hanya akan menjadi pembantu dari makhluk terjahat. Wanita itu memeluk Draco erat. Tidak ingin kehilangan anak semata wayangnya.

"Tidak ada pilihan Draco! Bertahun-tahun aku melatihmu. Seharusnya sekarang kau sudah siap"

"Sekarang kembalilah ke hogwarts" kata Lucius sembari berjalan menjauh. Kini hanya ada Draco dan Narcissa. Wanita itu tetap merangkul anaknya. Tidak mengizinkannya pergi.

"Mom.." kata Draco lirih. Dia tidak tega melihat wanita yang sangat dikasihinya menangis.

"Aku harus pergi" Draco melepas perlahan pelukan Narcissa. Wanita itu bahkan tak sanggup menatap mata anaknya. Terlalu sakit.

Narcissa mengusap air matanya dengan keras. Dan langsung berlalu ke kamar nya tanpa menengok lagi kearah Draco.

Draco hanya menatap punggung ibunya dengan pedih. Setelah itu,dia pun langsung pergi dengan beraparate.

"Danau hitam" lirihnya.

...

Dan disinilah dia sekarang. Menenangkan diri. Mendengarkan suara hatinya yang meronta-ronta meminta kedamaian.

"ARGGHHHH!!" Teriaknya frustasi. Dia adalah Draco malfoy. Seseorang yang memiliki harga diri tinggi. Tidak mungkin Ia gila. Ya, tidak mungkin.

Draco pun melangkahkan kakinya kembali ke hogwarts. Ia harus menguatkan hatinya. Menumbuhkan keberanian di dirinya. Dan mulai menyusun strategi.

- To Be Continued -

Wehhhh chapter pertama udah selesai. Maaf ya kalo pendek. Soalnya lagi gak ada ide. Hehee
Ini fanfic pertama gue, mohon sarannya yaaa readerss..
Tunggu chapter selanjutnya ya

Secret Love [DRAMIONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang