Hermione tengah termenung di atas batu semen yang menghadap kearah taman. Di depannya ada sepasang manusia yang asik bermesraan. Hermione memperhatikan mereka sambil menghembuskan napasnya.
Ron.. aku merindukanmu. Ujarnya dalam hati. Tak terasa air mata sudah membasahi pipinya. Tanpa isakan Hermione menangis. Menangisi hatinya yang hancur.
Hermione menatap Ron dan Lavender dengan tatapan nanar. Hatinya perih melihat itu semua. Tapi ada alasan lain yang sedari tadi dia tepis. Draco. Pernyataan pria itu yang mengatakan kalau dia mencintai seseorang, membuat hati Hermione tidak tenang. Rasanya ada yang sesak disekitar ulu hatinya. Apa perasaan itu? Cemburukah? Maka itu Hermione ingin membuktikannya. Dan disinilah dia sekarang.
Gadis itu sengaja memandangi kemesraan Ron dan Lavender. Ia ingin membuktikan kalau hatinya masih dan selalu menjadi milik Ron. Ya, Hermione tersenyum miris saat merasakan hatinya yang terasa sakit. Ternyata dia masih menyukai pria berambut merah itu. Tapi.. tapi kenapa tidak sesesak dulu? Lalu.. untuk siapa sebenarnya air mata ini? Untuk yang disini atau yang disana?
...
Draco terbangun dengan keringat yang membanjiri pelipisnya. Mimpi itu datang lagi. Mimpi yang selalu mengingatkannya dengan kenangan-kenangan yang ingin Draco buang.
Benar kata pepatah, semakin kau berusaha melupakan maka kau akan semakin ingat.
Draco bangun dan memegangi kepalanya. Jantungnya berdetak cepat. Kilatan kemarahan terlihat di mata nya yang menatap seragam nya.
"Kau akan pergi?" Tanya gadis berambut panjang yang dikuncir kuda.
Draco tersenyum, dan membelai rambut gadis didepannya dengan lembut.
"Nanti aku pasti kembali lagi" jawabnya.
"Janji?" Tanya gadis itu sembari mengacungkan kelingkingnya. Draco mengerutkan keningnya, geli. Namun dia tetap mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking gadis itu.
"Janji"
...
"Permisi Professor, aku menemukan anak ini tengah berkeliaran disekitar sini, padahal dia tidak diundang" ujar Mr.Filch. Semua mata kini memandang kearahnya dan sesosok pria yang tengah berusaha melepaskan diri.
"Okey, okey. Aku memang berkeliaran disini tanpa diundang. Puas?" Katanya.
Sekarang mereka semua sedang berada di pesta Prof.Slughorn. Guru ramuan Hogwarts.
"Biar anak ini menjadi urusanku" kata Snape kepada Prof.Slughorn.
"Baiklah" jawabnya dengan tatapan bingung.
Snape pun beralih kepada Draco. Draco menghentakkan kerah bajunya yang ditahan oleh Filch dengan keras, lalu menatap Snape dengan dingin.
"Ikutlah denganku"
"Baik, Professor" kata Draco dengan sinis.
Bruk! Snape mendorong Draco hingga tubuhnya membentur tembok.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Snape dengan nada datarnya.
"Kurasa kau sudah tahu apa maksudku" jawab Draco.
"Aku akan membantumu"
Draco memutar matanya setelah mendengar ucapan Snape yang terdengar seperti kicauan ditelinga Draco.
"Aku tidak butuh bantuan mu" katanya penuh penekanan.
"Kau takut Draco. Kau tidak bisa melakukannya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love [DRAMIONE]
Fanfiction[COMPLETED] Tahun ke enam di sekolah sihir Hogwarts sangat mencekam. Teror dari para death eaters tidak kunjung berhenti. Kepedihan,ketakutan harus dilalui. Begitupun yang dialami draco malfoy. Hidupnya tak lagi sama. Ia merasa dia dilahirkan hany...