Chapter 2

15.3K 1.3K 104
                                    

Hermione baru saja selesai membantu Prof.Mcgonagall untuk memindahkan berkas berkas nilai ke gudang. Hari sudah semakin larut. Gadis itu pun mempercepat langkahnya menuju aula untuk makan malam. Perutnya sudah konser dari tadi karna tidak diperhatikan.

Namun sebelum Hermione berbelok dari koridor menuju aula, tubuhnya terasa menghantam sesuatu. Hermione jatuh terduduk. Pikirannya hanya satu. Pasti dia menabrak seseorang.

Dengan sigap Hermione langsung berdiri dan mengulurkan tangan untuk seseorang yang dia tabrak. Yang hermione yakini itu adalah seorang pria. Tapi tunggu dulu. Sepertinya Ia mengenal pria itu. Dari gelapnya koridor, Hermione masih bisa melihat warna rambut yang mencolok itu.

"Hufft, kukira siapa" dengus hermione. Gadis itu langsung menarik tangannya kembali.

Draco menatap Hermione dengan tatapan membunuh. Kalau di serial kartun, pasti saat ini kepala Draco sudah menyemburkan uap panas.

Pria itu pun bangun dari jatuhnya dan langsung menyibakkan jubahnya yang kotor. Bukan kotor karna debu, melainkan karna tubuh Hermione yang menabraknya.

"Pakai matamu kalau berjalan, Granger!" Desis Draco dengan suara berat. Giginya sudah menggeretak karna marah.

Hermione hanya mengangkat sebelah alisnya. Tak berniat meminta maaf.

"Oh,ternyata seorang Malfoy!" Ejek hermione dengan wajah menghina. Seakan-akan 'malfoy' adalah makhluk aneh.

"Aku sedang tidak berminat bertengkar denganmu. Mudblood" kata draco dengan penekanan dikata terakhir. Pria itu pergi meninggalkan Hermione setelah menghadiahinya tatapan mematikan.

Hermione hanya membuang nafasnya gusar dan langsung berjalan kearah aula. Tidak usah dipedulikan Hermione, dia hanya malfoy. Batin Hermione.

Didalam aula Hermione langsung duduk disebelah Harry. Didepannya sudah ada Ginny, Dean, Ron,dan hufftt nenek lampir Lavender. Hermione muak. Selera makannya langsung sirna melihat pemandangan didepannya. Lavender tengah asyik bergelayut manja ditangan Ron.

"Hermione, kemana saja kau? Kenapa terlambat?" Tanya Harry yang membuat Hermione terlonjak. Kini semuanya menatap Hermione.

Hey, apa ini? Kenapa mereka menatapku seperti itu? Aku sedang tidak berusaha membuat troll masuk kehogwarts. Ya aku tahu di tahun pertama aku mengaku, aku yang membawa troll bodoh itu, tapi kan sebenarnya bukan aku yang.. ahh sudahlah . Batin hermione.

"Jangan menatapku seperti itu. Aku tadi membantu Professor Mcgonagall memasukkan berkas ke gudang" jelas Hermione santai sembari meletakkan pie apel kedalam piringnya.

Mereka yang mendengar penjelasan Hermione hanya ber 'oh' ria. Yang langsung dijawab dengusan sebal Hermione tentunya.

"Ada kabar katanya ada yang ingin membunuh Dumbledore" kata Harry frustasi. Dia memijit pelipisnya yang terasa pusing.

"Ap-apa?!" Tanya hermione tak percaya.

"Ya, tadi Harry sudah cerita pada kami semua sebelum kau datang. Dia mendengar kabar itu dari Professor Mcgonagall yang berbicara kepada Snape untuk melakukan perlindungan" jelas Ron.

Hermione menjadi ikut pusing. Selera makannya sudah benar benar hilang. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan Dumbledore? Hogwarts semakin tidak aman. Pikir hermione.

"Apa ada nama yang kalian curigai? Maksudku aku tahu yang melakukan ini pasti Voldemort, tapi dia tidak mungkin melakukannya sendiri. Pasti dia menyuruh seseorang" kata Hermione yang hanya dibalas dengan pandangan aku-tidak-tahu.

"Malfoy. Aku yakin pasti dia" harry yang sedari tadi diam kini mulai bicara. Matanya menatap tajam kedepan. Tangannya mengepal kuat.

"Malfoy? Kenapa Malfoy? Atas dasar apa kau mengatakan dia pelakunya?" Hermione memang membenci Malfoy. Tapi dia tidak bisa menuduh orang tanpa bukti.

"Keluarganya adalah Death eaters yang sangat dekat dengan Voldemort. Bukan tidak mungkin dia yang disuruh melakukan itu. Lagipula, dia memiliki akses berlebih untuk masuk Hogwarts karna dia murid disini" kata Harry panjang lebar. Hermione hanya memanggut-manggutkan kepalanya. Logis. Pikir Hermione. Tapi tidak bisa menjadi acuan yang kuat.

...

Draco kini sedang berbaring diranjangnya. Ia tidak pergi ke aula untuk makan malam. Entah kenapa dia merasa aneh jika ditengah tengah mereka. Bagaimanapun kini dia sudah.. berbeda.

Draco memandangi tanda kegelapan di lengan kirinya. Saat menatap itu perasaannya campur aduk. Sedih, marah, takut, kecewa. Dia benar-benar tidak sanggup melakukan itu semua.

"Apa yang harus aku lakukan?" Desah draco dengan kedua tangan menjambak rambutnya. Lama kelamaan matanya tertutup. Lelah yang menggerogoti fisik dan batinnya telah membawanya ke alam mimpi.

Tidurlah, Draco. Karna hanya saat itu kau bebas.

- To Be Continued -

Secret Love [DRAMIONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang