"Percepat kerja mu Draco. Dark Lord tidak suka menunggu" perintah Lucius.
"Baik ayah" Draco pun langsung undur diri dari rumahnya dan pergi ke Hogwarts kembali.
Sesampainya di Hogwarts, ia langsung ke danau hitam. Sepertinya saat ini, itu menjadi tempat favoritnya. Kepalanya tambah pusing mengingat tugasnya bertambah. Ia harus memperbaiki lemari penghilang di kamar kebutuhan. Itu dimaksudkan agar para Death eaters dapat memasuki Hogwarts.
"Hhhh.. hidup segan, mati pun tak mau" gerutu Draco sambil membuang napas keras-keras.
Setelah puas meluapkan segala emosinya, Ia pun melangkahkan kakinya memasuki kastil. Dengan tujuan ke kamar kebutuhan.
...
Ditempat lain, ada gadis bersurai coklat dengan mata yang senada sedang mondar-mandir di kamarnya. Saat ini sedang tidak ada orang, jadi dia bisa bertingkah semaunya. Pikirannya terombang-ambing. Sebagai sahabat dari the choosen one, mau tidak mau dia juga harus memikirkan cara untuk menggagalkan percobaan pembunuhan Dumbledore.
"Malfoy.. apa benar dia?" Pikir Hermione.
...
Udara malam yang dingin tidak menghentikan langkah Hermione untuk mencari tahu siapa sebenarnya orang yang disuruh Si Pesek itu. Tujuan utamanya adalah Draco. Dia harus memata-matai kegiatan pria itu. Sebenarnya dia agak ragu pergi sendiri. Bisa saja kan Draco akan meng-avada kedavra dirinya jika ketahuan. Tapi Hermione tidak mau menggangu Harry. Dia sudah cukup lelah. Ron? Ahh, Hermione lagi sebal dengannya.
Langkahnya terhenti saat dia melihat orang yang dicarinya. Draco terlihat diujung koridor. Langkahnya yang terkesan sedang setengah berlari, semakin membuat Hermione curiga.
Gadis itu pun mengikuti Draco sampai ke depan dinding besar. Hermione menyipitkan matanya. Tiba-tiba muncul pintu besar, dan Draco masuk kedalam nya.
"Buat apa dia ke kamar kebutuhan? Apa yang dia cari?" sebenarnya Hermione bisa saja masuk juga kedalam. Tapi dia mengurungkan niatnya. Dia harus lebih berhati-hati. Jangan sampai dia ketahuan oleh Draco kalau dia sedang memata-matai pria itu. Bukan karna Hermione takut. Dia tidak takut dengannya. Tapi dia berpikir, akan lebih sulit memata-matai Draco kalau pria itu sudah tahu dirinya dicurigai. Pasti dia akan lebih berhati-hati.
Maka Hermione pergi dari tempat itu. Dan akan merahasiakan dulu tentang apa yang dilihatnya. Setidaknya sampai dia memiliki cukup bukti.
...
Draco baru saja melihat keadaan lemari penghilang. Dia yakin hanya beberapa minggu dia bisa menyelesaikan kerjanya itu. Sekarang yang dia pikirkan adalah bagaimana membunuh Dumbledore.
Draco melihat sekeliling kotak hitam yang ia pegang. Ayahnya yang memberi. Dia berkata untuk diberikan kepada Dumbledore. Tapi bagaimana cara memberikannya? Pikir Draco. Tidak mungkin kan ia langsung memberikan benda itu dan berkata, "Hai, Professor. Ini ada kiriman dari ayahku untuk membuatmu mati" Draco memutar bola matanya lelah.
Saat dia sedang uring-uringan, dia melihat ada seorang gadis dengan rambut poni samping yang mengarah ke arah nya. Mata gadis itu melihat Draco dengan pandangan waspada. Tapi dia tetap melanjutkan jalannya, melewati Draco. Seringai licik muncul dari wajah dinginnya. Sekarang dia tahu apa yang harus dia lakukan.
...
Pukul 10 malam.
Suara air yang diciptakan dari makhluk-makhluk dari danau hitam semakin membuat malam ini semakin mencekam. Tapi seperti biasa, Draco tidak menghiraukannya. Seringai kembali muncul di wajahnya saat mengingat apa yang beberapa waktu tadi dia lakukan. Rencananya pasti berhasil.
"Terlihat senang sekali.. habis menang lotere, Malfoy?" Sebuah suara berhasil membuat Draco terlonjak kaget.
"Apa yang kau lakukan disini, Granger?" Desis Draco. Dia masih terlalu shock melihat keberadaan Hermione yang sekarang ada disampingnya.
"Memata-mataimu tentu saja" batin Hermione.
Gadis itu menghembuskan napas dengan berat, lalu berkata "tidak usah bertanya hal itu, pertanyaan seperti itu bisa juga aku tanyakan padamu" Jelas Hermione yang semakin membuat Draco geram.
"Pergi!" Usir Draco dengan suara dingin. Sedangkan yang diusir, hanya memutar bola matanya bosan. Sudah terlalu kebal dengan bentakan Draco.
"Tidak usah repot-repot mengusirku, karna aku tidak akan pergi. Kau tidak punya hak untuk itu"
"Tempat ini luas Mudblood. Kau tidak bisa agak menjauh dari sini?"
Hermione tidak mendengar jelas perkataan Draco. Dia melihat ada sesuatu yang mencurigakan di jas hitam yang dikenakan Draco. Sesuatu yang mengkilap dengan bandul kecil berwarna merah muda dibawahnya. Yang ia yakini itu adalah sebuah anting. Anting tersangkut di jas Malfoy? Batin Hermione.
Ada dua kemungkinan anting itu tersangkut disana. Yang pertama, pemilik anting itu sedang berdekatan -amat sangat dekat- dengan Draco sehingga antingnya tersangkut. Kedua, Draco memaksanya dan si pemilik memberontak, sehingga antingnya tersangkut. Pikir Hermione. Tapi kenapa benda itu tidak asing bagi Hermione? Dia seperti pernah melihatnya. Tapi dimana..
"Bumi memanggilmu, Granger!" Bentak Draco tepat ditelinga Hermione.
"Bloody Ferret!! Aku bisa tuli" pekik Hermione sembari mengelus-elus telinganya.
Draco hanya menghembuskan napasnya lelah. Mimpi apa dia semalam bisa berdua disini dengan pemilik darah kotor.
Hermione memikirkan bagaimana caranya mengambil anting itu.
Berpikir Hermione, berpikir.. Aha!
"Uh, ba-baiklah aku akan pergi" Hermione pun akan melangkah pergi, sebelum dia menyelengkatkan kaki kanannya ke kaki kirinya.
Bruk!
Hermione sengaja jatuh dan berpegangan kepada Draco. Dia bersyukur Draco tidak langsung mendorongnya, sehingga dia bisa mengambil anting itu dulu. Dan menggenggamnya kuat-kuat agar tidak terlihat oleh Draco.
Cukup lama mereka berada diposisi seperti orang yang sedang berpelukan. Hermione mengernyitkan dahinya. Bingung dengan Draco yang tidak cepat-cepat melemparnya. Gadis itu merasakan desiran darah ditubuhnya mengalir lebih cepat saat sadar tangan Draco yang memegangi pinggangnya.
Perasaan aneh itu segera ditepis oleh Hermione. Dia pun langsung melepaskan diri.
"Sorry" kata Hermione dengan amat sangat pelan, dan langsung berlari kearah kastil.
Disisi lain Draco melihat punggung Hermione yang semakin lama, semakin menjauh dan pada akhirnya menghilang. Dia memegangi jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat.
"Sialan"
- To Be Continued -
Yeeee, akhirnya setelah sekian lama, chapter tiga ini selesai juga. Maaf ya kalau berantakan, atau malah gak bagus, gak seru.. maklum, pemula,hehe.. maaf juga kependekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love [DRAMIONE]
Fanfiction[COMPLETED] Tahun ke enam di sekolah sihir Hogwarts sangat mencekam. Teror dari para death eaters tidak kunjung berhenti. Kepedihan,ketakutan harus dilalui. Begitupun yang dialami draco malfoy. Hidupnya tak lagi sama. Ia merasa dia dilahirkan hany...