Chapter 1

14.1K 568 19
                                    

FAITH

Aku masih tidak menyangka dengan apa yang baru saja kulihat. Tn. Justin Drew Lexise adalah pemilik rumah sakit yang Ibuku tempati? Sudah berkali-kali aku masuk ke dalam lift itu dan aku baru menyadarinya. Maksudku, aku baru menyadari bahwa pemilik rumah sakit ini adalah orang yang bertemu denganku tadi pagi. Dan, mengapa Tn. Justin mengetahui tentang diriku? Aku tahu dia pemilik rumah sakit ini, tapi tidak mungkin ia mencari tahu seluruh identitas dari para pasien rumah sakitnya bukan? Dia bukan dokter, sudah jelas. Tiba-tiba saja sesuatu memukul otakku. Oh...tentu saja. Mengapa aku bisa melupakannya? Lennion sudah memberitahu padaku tentang Justin setelah aku mengantar Justin ke kamarnya. Ia memberitahuku bahwa Justin Lexise adalah pria tampan yang memiliki uang banyak. Ia mempunyai rumah sakit, galeri serta perusahaan terkenal di Amerika Serikat. Dan rumah sakit ini juga adalah miliknya.

Oke, aku bisa menyimpulkan bahwa Tn.Justin sangatlah agresif. Sebelumnya, selama aku bekerja sebagai resepsionis di hotel, aku tidak pernah diminta untuk pergi mengantar tamu hotel ke kamarnya. Hanya pelayan yang membawa ke kamar mereka dengan kereta pengangkut barang. Lalu ia menyerangku dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak masuk akal. Maksudku, aku dan dirinya baru saja bertemu, bagaimana bisa ia bertanya-tanya hal-hal yang aku sendiri tidak mengerti? Sepanjang percakapan tadi siang, tidak ada satu katapun yang terucap dari bibirnya atau bibirku yang dapat kumengerti. Tunggu... untuk apa aku memikirkan Tn. Justin yang memang tampan itu? Tidak, tidak, tidak. Ini adalah pemikiran yang salah. Aku tidak seharusnya memikirkan seseorang yang tidak berarti bagi hidupku.

Kepalaku mendongak melihat kaca pintu kamar Ibuku untuk melihat Ibuku yang sedang diperiksa oleh dokter. Ibuku terserang stroke. Ya, sejak Ayahku meninggal, Ibu selalu merasa kesepian. Dulu saat Ayahku masih ada, semuanya tampak baik-baik saja. Ayah bekerja, aku bekerja, dan Mozes juga bekerja. Ayah bekerja sebagai tukang pos surat yang mengirim surat ke sana-sini. Ayah bekerja menjadi tukang pos surat sudah sangat lama. Ia menyukai pekerjaan itu. Sampai pada akhirnya, sebuah mobil menabrak sepeda motor yang ia kendarai. Ayahku meninggal karena kerusakan otak setelah kecelakaan itu. Ibuku mengalami depresi dan menangis berminggu-minggu. Ibu keluar-masuk rumah sakit sejak saat itu. Keadaan tubuhnya tidak menentu. Kadang ia sehat, kadang ia sakit. Sakit parah. Lalu stroke. Ibuku masih dapat berbicara, meski ucapannya tidak begitu jelas. Tangan kanannya tak dapat ia gerakan. Beberapa kali, aku dan Mozes membawanya kembali ke apartemen tapi keadaan Ibu malah semakin memburuk. Jadi aku memutuskan untuk membawa Ibu ke rumah sakit sehingga Ibuku akan mendapatkan perawatan yang intesif.

Dokter keluar ketika aku selesai berpikir tentang Ibu. Dokter bernama Carlisle ini sangat ramah padaku. Ia masih muda. Umurnya menginjak 30 tahun dan ia belum menikah. Diam-diam aku mengaguminya karena ketelatenannya menjaga serta merawat Ibuku.

"Apa yang bisa kukatakan, Faith? Semakin hari keadaan Ibumu semakin membaik. Aku harap ia dapat cepat keluar dari rumah sakit agar kau bisa memiliki waktu bersama yang panjang bersamanya. Kau bisa melihatnya sekarang," dokter Carlisle menepuk-tepuk pundakku dan memberikan senyum manis. Matanya berwarna biru, rambutnya berwarna cokelat serta panjang, ia memiliki senyuman termanis yang pernah kulihat sebelumnya.

"Terima kasih, dr. Carlisle, kau sangat baik,"

"Sudah pekerjaanku untuk memastikan Ibumu baik-baik saja." Lihat? Dia dokter yang bertanggungjawab. Aku menyukainya, tidak ada yang bisa membantah itu. Ibuku juga tahu tentang aku menyukai dokter Carlisle. Ibu hanya memberikan senyum saat itu.

Tanpa membuang-buang waktu, dr. Carlisle meninggalkanku di tempat. Akhirnya aku membuka pintu kamar rawat Ibuku. Seorang suster masih berada di dalam sambil menulis sesuatu di sebuah kertas di atas papannya. Suster Carla. Ya, dia suster yang menangani Ibuku. Ia juga salah seorang yang selalu memberikan senyum manis dan ia ramah. Jika aku dan Mozes tidak berada di rumah sakit, ia yang akan menjaga Ibuku. Suster Carla masih lajang. Well, jika aku boleh beri saran padanya, aku akan menyarankannya untuk pergi keluar bersama dengan dr. Carlisle karena mereka berdua benar-benar cocok. Tubuh suster Carla sangatlah seksi, wajahnya cantik, dan yang membuatnya semakin cantik adalah mata birunya yang alami itu. Dan, dr.Carlisle memiliki postur tubuh yang tinggi dan yang lebih penting adalah ia menawan! Aku menepis segala pikiranku saat tanganku sudah menutup pintu kamar Ibuku.

Right Mistakes by Herren JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang