FAITH
Kuperhatikan kakek-kakek yang sedang berada di hadapanku yang sedang terduduk di atas kursi hangat nan nyaman itu di balik meja bacanya. Aku terduduk di sofa yang lain sambil memegang sebuah buku yang lain, yang tentunya tidak setebal buku yang ia baca sekarang. Kacamata yang ia pakai sudah sangat tebal, ia dari tadi terdiam sejak kedatanganku. Aku harap ia ingin berbicara denganku karena sekarang aku merasa sangat kesepian. Tn. Justin sedang berada di dalam ruang kerjanya dan tentunya, ia sedang bekerja. Ia tampak serius dan berkonsentrasi saat sedang bekerja, jadi aku tidak berani untuk mengganggunya. Hubungan badan tadi memang sangat menakjubkan bagiku, tentu, karena aku tidak pernah berhubungan badan dengan siapa pun sebelumnya. Aku terkesan dengan caranya yang cukup pengertian itu. Meski aku tahu, ia ingin melakukannya lagi. Begitupun aku, tapi aku tidak bisa, aku sangat kelelahan.
Ketika aku terbangun dari tempat tidur, aku sudah berpakaian lengkap dengan tubuh yang sangat harum. Rambutku kering dan tersisir rapi. Meski aku tidak tahu dimana tadi aku berhubungan badan karena saat aku terbangun, tempat tidur yang kutempati tidak sama sekali berantakan atau basah. Aku sebenarnya lapar sekarang, tapi aku malu untuk meminta makan pada Tn. Justin. Ataupun kakek-kakek yang ada di hadapanku. Ia tampak bisu saat kubuka pintu perpustakaan dan ya, aku bertemu dengan tempat yang luar biasa menakjubkan besarnya serta tinggi. Ada dua tangga di perpustakaan ini untuk mengambil buku-buku yang tinggi. Ketika aku baru saja membuka buku yang ingin kubaca, kakek-kakek yang terduduk itu menurunkan kacamata yang ia pakai sampai ke ujung hidungnya. Ia menutup bukunya dan lalu mengintip dari balik kacamatanya. Seketika aku gugup.
"Tidak ada kekasih Justin yang pernah masuk ke dalam perpustakaan ini," ujarnya dengan suara yang serak khas kakek-kakek. "Kau cukup berani untuk masuk ke dalam sini,'
"Tn. Justin mengizinkanku untuk masuk ke dalam perpustakaan ini," ucapku, menjawab. Ia tersenyum padaku –senyumannya sungguh hangat—kerutan di sekitar matanya terlihat. Wajahnya sudah berkerut, rambutnya seluruhnya sudah putih, ia memiliki kumis juga. Tangannya menarik kacamatanya dari ujung hidungnya lalu tergantung begitu saja di depan dadanya. Oh, ia memakai rantai untuk kacamatanya, benar sekali, seharusnya sudah kuduga. Ia kemudian melipatkan kedua tangannya di atas buku besar yang ia baca tadi lalu menarik nafas. Jadi, ini kakek Tn. Justin? Ia tampak sangat baik.
"Kau kekasih Justin pertama yang masuk ke dalam perpustakaan ini dan berbicara denganku. Kau kekasihnya bukan?"
"Bukan," ucapku. "Aku hanya partner seksnya," lanjutku.
"Oh, aku tidak pernah tahu itu. Kau sangat manis, siapa namamu?" Tanyanya sangat ramah. Oh, mungkin kakek ini yang mengajari Tn. Justin bagaimana bersikap ramah. Namun mengapa tatapan hangat kakek Justin tidak sama dengan tatapan Tn. Justin yang sangat dingin? Ini sangat aneh.
"Faith," gumamku. Ia menganggukkan kepalanya.
"Aku Florek. Kau bisa memanggilku Florek. Kau ingin memakan kue?" Tanyanya beranjak dari tempat duduknya. Ia memiliki tubuh yang cukup besar namun tidak tinggi. Bahunya bungkuk, seperti kakek-kakek pada umumnya, jalannya juga cukup lambat. Ia memakai sebuah tongkat ketika ia berjalan. "Aku membuat kue cokelat," lanjutnya.
Oh, ternyata ia pintar membuat kue cokelat. Aku suka kue cokelat. Dengan semangat aku menutup buku yang kupegang lalu menaruhnya di atas sofa dan mengikutinya dari belakang, ia membuka pintu dan keluar. Kudengar suara berisik di luar sana. Suara Tn. Justin yang penuh dengan amarah. Ia beberapa kali mengatakan kata kotor. Florek mendesah dan menggelengkan kepalanya di depanku, sepertinya ia sering mendengar cucunya yang sering berteriak seperti itu. Aku tidak suka dengan pria yang sering berteriak. Entahlah, jika orang itu berteriak ataupun membentak, hatiku langsung saja tertusuk dan air mataku tanpa diminta keluar dari mataku. Ya, cukup aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Mistakes by Herren Jerk
RomanceJustin membutuhkan seorang submissive. Dia bertemu dengan seorang gadis polos bernama Faith Edwina. Sebenarnya Justin adalah seorang psikopat yang kejam. Justin meminta Faith untuk tinggal di rumahnya karena ada sesuatu hubungan antara ibu Faith den...