Chapter 16

5.4K 246 0
                                    

AUTHOR

Faith memeluk Mozes begitu erat. Tidak menangis atau terisak dalam pelukannya. Ia hanya menatapi kobaran api yang ada di hadapannya. Perapian di hadapannya benar-benar menghangat tubuhnya di tengah-tengah badai London. Faith belum sama sekali menceritakan tentang kedatangan Justin. Sentuhan Justin pada perutnya yang membuatnya sekarang jijik terhadap diri sendiri. Entah mengapa, ketika tangan itu menyentuh perut Faith, ia merasa darah yang berada di bawah kulitnya berdesir. Membuat bulu romanya merinding. Terlebih lagi, tangan itu telah membunuh banyak orang. Tangan dingin dan berbahaya itu pernah menyentuh dirinya, memberikan kenikmatan yang membuatnya ingin mual sekarang. Namun Faith sadar betul betapa ia mencintai Justin Lexise yang sampai sekarang perasaan itu masih tetap bertahan. Mungkin memang ia dapat melupakan Justin dari pikirannya, namun hatinya tidak akan pernah melupakan Justin.

Sekalipun seorang pria di sekolahnya, yang memiliki jabatan yang sama dengannya, menyukai Faith ...Faith menolaknya secara halus. Bagaimana mungkin Faith bisa berpacaran dengan pria ini ketika hatinya masih berada di Atlanta? Ia tidak bisa menolak perasaan ini. Perasaan itu mulai pudar dari sekarang. Peluang untuk mendapatkan Justin tidak akan pernah terjadi. Mustahil. Pria itu telah memiliki istri yang tidak lain dan tidak bukan adalah sahabatnya, dulu. Carla? Ini benar-benar berita yang mengejutkan. Mata Faith yang lembab itu memperlihatkan sinar kobar api, sama seperti hatinya yang terbakar oleh api. Hatinya hangus seketika saat kalimat merendahkan dari Justin meluncur dari mulut Justin sendiri. Bagaimana mungkin Justin bisa berkata seperti itu pada Faith? Bagaimana bisa aku bahagia ketika aku tahu anakku hidup terpuruk?Justin seharusnya menyaring kalimat itu terlebih dahulu.

Pria itu tampaknya masih belum bisa menjaga hati wanita. Justin bukanlah pria yang pintar mendapatkan hati seperti Faith. Disaat gadis yang lain senang diperlakukan seperti itu oleh Justin –diberikan uang—Faith hanya butuh Justin menjaga jarak dengannya. Satu tetes air mata mulai mengalir melewati pipi itu untuk yang kesekian kalinya. "Mozes?" Suara Faith mulai menyeruak di antara keheningan. "Ada apa Faith? Kau merasa cukup hangat?"

"Ya, pelukanmu memang nyaman," di satu sisi aku merindukan pelukan Justin, "ada yang harus kuberitahukan padamu,"

"Apa itu, Faith? Apa kau sudah tahu jenis kelamin anakmu? Kupikir ia sudah berumur 4 bulan, bukankah itu menakjubkan?"

"Hm, yeah. Memang sangat menakjubkan. Tapi itu bukan tentang bayiku. Ini tentang Justin," bisik Faith tak sama sekali mendongak. Matanya masih tertuju pada api yang ada di hadapannya. Selimut yang ia pakai memang tidak cukup untuk menghangatkan tubuhnya di antara hujan badai. Petir dan guntur terus menyerang London dengan sadisnya. Tubuh Mozes yang memeluk Faith di belakang tiba-tiab saja menegang. Nama itu benar-benar menjadi nama ternajis dalam hidup Mozes, lebih tepatnya Justin Lexise. Pria yang sudah menyakiti perasaan adiknya.

"Apa yang terjadi dengan pria bajingan itu? Apa dia sudah tak bernafas?"

"Tidak, aku baru saja bertemu dengannya," ucap Faith, suaranya mengecil. "Aku bertemu dengannya di supermarket saat aku sedang membeli keperluan dan susu formula untukku. Tetapi ketika aku sedang berjalan keluar dari supermarket, aku melihatnya sedang membayar di kasir sebelah. Ia menatapku dengan tatapan tak percaya. Aku sedang hamil dan sangat mustahil aku berlari untuk menjauh darinya, ditambah aku sedang memegang barang belanjaan. Tapi ia mengikutiku dari belakang. Ia menyentuh tanganku, aku menjerit. Justin terlihat lebih kurus dan lebih putih,

"Aku berbalik namun aku tak mendongak. Setelah kejadian ia meremas tanganku beberapa bulan yang lalu, bayang-bayang terbunuh olehnya selalu menghantuiku. Psikopat memang panggilan yang sangatlah cocok untuknya. Lalu ia menyentuh perutku, sial, tangan itu telah membunuh Florek! Kakek Justin. Ya, Justin membunuh kakeknya sendiri, apa kau percaya itu? Tindakan terbodoh, teridiot dalam hidupnya. Aku mulai menangis dan ia berkata padaku bahwa ia akan bertanggungjawab atas kehamilanku. Tidak, aku tidak menerimanya. Kutolak dia mentah-mentah. Kau tahu apa yang lebih sial dari semuanya? Dia telah memiliki istri! Kau ingat Carla? Ya, wanita itu mendapatkan Justin,"

Right Mistakes by Herren JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang