Chapter 15

5.5K 278 5
                                    

FAITH

Tidak ada yang dapat kulakukan selain mengucap syukur kepada Tuhan karena Ia telah memberikanku janin di dalam kandunganku. Ini menjadi suatu keajaiban yang tidak pernah kuduga sebelumnya. Awalnya aku memang terkejut dengan berita ini, seharusnya aku mengetahui ini sejak dulu. Mungkin aku tidak pernah mengalami tanda-tanda Ibu hamil sebelumnya, katanya itu wajar. Baiklah jika begitu, aku akan menjalani hidup ini lebih semangat lagi. Cermin yang ada di hadapanku memperlihatkan perutku yang sedikit berbentuk namun tidak begitu kelihatan. Di dalam sana ada mahluk hidup yang sebentar lagi akan menjadi seorang manusia. Diam-diam aku tersenyum, menggigit bibir bawahku penuh dengan rasa penasaran, bagaimana jika ia sudah lahir ke dunia? Apa dia seorang anak laki-laki atau perempuan? Aku tidak memerlukan Justin di sisiku, ia hanyalah bagian dari masa laluku. Aku sudah melupakannya, tidak ada di dia di sisiku tidak membuatku mati seketika. Mozes belum pulang dari restoran padahal aku sudah tidak sabar ingin memberitahu kabar gembira ini.

Sebentar lagi aku akan menjadi seorang Ibu dan Mozes akan menjadi seorang paman. Well, aku minta maaf kepada Mozes karena kami harus tinggal di sini, ia harus putus dengan kekasihnya. Tapi ini untuk kebaikkan kami bersama. Ia sepertinya sudah bisa melupakan mantan kekasihnya yang berada di Atlanta itu. Aku senang jika ia memiliki teman kencan yang baru.

Setelah mengamati perutku yang sedikit berbentuk itu, tanganku menarik turun kaos putih yang kupakai untuk menutupinya. Ada begitu banyak skenario yang terangkai di otakku. Well, mungkin mulai dari sekarang aku harus mencari kekasih baru untuk menjadikannya sebagai Ayah bayi yang ada di dalam perutku. Yeah, benar. Meski perasaan trauma masih menghantuiku namun aku sudah memohon pada Tuhan agar aku mendapatkan kekasih yang lebih baik dibanding kekasih-kekasihku yang sebelumnya. Pria Inggris? Mengapa tidak? Mereka pasti sama menyenangkannya dengan orang-orang di Atlanta. Aku jadi teringat dengan Lennion yang sudah melahirkan. Ia mengirimkanku foto dari Atlanta beserta dengan surat. Foto anak pertamanya bersama dengan Lennion dan suaminya. Mereka tampak sangat bahagia. Entah mengapa tiba-tiba sekarang aku sudah berada di atas tempat tidur bersama dengan foto yang kubicarakan. Anaknya baru berumur 1 bulan, laki-laki, namanya Samuel. Dia sangat tampan. Kuharap aku memiliki kehidupan yang sama bahagianya seperti Lennion. Ia memiliki suami yang benar-benar mencintainya, anak yang manis, dan yeah, kehidupan yang patut disyukuri. Tapi bukan berarti kehidupanku sangatlah miris, tidak. Aku justru bersyukur karena aku masih memiliki Mozes di sisiku. Ia pasti akan menjadi paman yang sangat tampan.

Ketukan pintu membuatku tersentak kaget. Segera saja aku menaruh foto yang kupegang ke atas tempat tidur dan menerka-nerka bahwa yang datang adalah Mozes, tentunya. Aku berlari kecil menuju pintu kamar dan membukanya.

"Makan malam!" Seru Mozes memegang sekantong makanan di tangannya. Ia memang selalu membawa makanan gratis dari restorannya, itu membuatku tidak perlu repot-repot memasak lagi untuknya. Aku tidak mengatakan apa-apa, aku hanya tersenyum di bawah tatapan matanya. Deretan gigiku mungkin akan membuatnya bingung mengapa adiknya begitu bahagia, well, kalian sudah tahu mengapa aku begitu bahagia sekarang. Salah satu alis Mozes terangkat. "Okay, sebenarnya, apa yang terjadi padamu?" Tanyanya sedikit takut. Aku menggigit bibir bawahku untuk menahan teriakan yang sebentar lagi akan keluar.

"Aku hamil, Mozes!" Aku menjerit sekeras mungkin, berlari di tempat dengan kedua tangan yang dikepalkan. "Ya Tuhan, Mozes aku hamil. Apa kau percaya? Kau akan menjadi paman yang hebat!" Ujarku berhenti berlari dan menunjuk padanya dengan jari telunjuk. Tubuh Mozes mundur satu langkah dariku lalu raut wajahnya seperti tak habis dan tak percaya.

"Tunggu dulu, Faith, apa yang sedang kaubicarakan?" Tanyanya tak mengerti. Oh, mengapa abangku tiba-tiba saja terlihat begitu bodoh? Atau mungkin ia melihatku seperti melihat orang gila? Tapi aku tidak gila. Aku hanya bahagia. Namun berlebihan.

Right Mistakes by Herren JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang