#4 - !?

390 37 0
                                    

Hari ini adalah hari kunjungan terakhir di SMAN 1 Bogor. Aku mendapatkan banyak teman baru selama 2 hari, bahkan aku sempat mengobrol dengan Pak Elo (pembina Klub Astronomi SMAN 1 Bogor) dan beliau dengan ramah meng-congrats-kan pencapaian medali perakku pada OSN bidang Astronomi tahun lalu. Singkat kata, kunjungan ini menyenangkan!

Setelah makan siang bersama para anggota OSIS SMAN 1 Bogor, kami akan kembali ke Jakarta. Notifikasi LINE dengan nama Karsten D. muncul tepat setelah aku selesai mencuci tangan sehabis makan.

[13.07]
Karsten D. : Kal, ntar sampai di sekolah kira2 jam berapa?
[13.08]
Kaliska Widi : Udah gak sabar ketemu monyet rabies kesayanganmu, Pak? 
[13.08]
Karsten D. : Amit-amit. Aku cuma mau ngecek kamu ketukar nggak sama monyet di Bogor.
Karsten D. : Seriusan dong! Jam berapa sampainya?
[13.09]
Kaliska Widi : Sial, gak sopan!
Kaliska Widi : Mmm, jam setengah 4 deh kayaknya, kalau nggak macet.
[13.09]
Karsten D. : Oh, oke, ntar aku jemput.
Karsten D. : Btw, ada yg gangguin kamu nggak? Si pacar penasaran.
DAAAAAAMN, KARS.
[13.10]
Kaliska Widi : Banyak, kayaknya ID LINE-ku udah disimpan 10 cowok, deh.
[13.11]
Karsten D. : Kal, aku serius. Jangan dibawa bercanda dong.
Shit, shit, shit.
[13.11]
Kaliska Widi : Aku baik2 aja kok, Bos. Tenang aja. Aku tidur dulu ya, bus udah jalan. Talk to you later.
[13.11]
Karsten D. : Oke, rest well.

SOOOO I HAVE NO CLUE WHAT THE HELL JUST HAPPENED TO ME. Ini yang namanya baper, ya? No, no, no. Nggak boleh. Kaliska Widi Si Cewek Bependirian Teguh yang menganggap pacaran dan cinta-cintaan itu nggak penting sama sekali — sekarang baper karena sahabatnya sendiri? Hell no.

Mungkin aku memang butuh tidur untuk menjernihkan pikiranku dari makhluk gila satu itu.

***

Pukul 03.47. Aku dibangunkan oleh Siska Si Ketua OSIS. "Kal, bangun, udah sampai."

Dari jendela bus, aku bisa melihat Kars bersandar pada pagar sekolah sambil mengotak-atik hape-nya, mengenakan kaos oblong berwarna hitam dan sepasang jeans hitam senada. Dua kata — kelewat ganteng. Sial. Kal, you really need to stop.

"Kal!" seru Kars saat melihatku turun dari bus.
"HAAAIIIII ANAK GILA! Udah nunggu lama, ya?!" teriakku, berusaha bersikap sebiasa (baca : segila seperti biasa) mungkin.

Setelah Kars membantu membawakan barang bawaanku ke dalam bagasi mobilnya, kami masuk ke dalam mobil. Dia di kursi kemudi dan aku di sebelahnya.

"Kars, pergi makan, yuk. Aku ngidam sate padang, nih."

"Yah, tadinya aku juga pengen ngajak kamu pergi makan. Tapi Papa kamu nggak ngasih. Katanya harus langsung antar kamu pulang. Nggak tau juga sih kenapa."

"YAAAAAAHHH, tapi aku lapar, Kars, lapar!" dengusku.

"Elah, Kal, entar sampai rumah juga dikasih makan." timpalnya.

Setelah perjalanan selama kurang lebih 15 menit yang dipenuhi omelan dan rengekanku untuk makan sate padang, mobil Papa Kars tepat berhenti di depan pagar rumahku. Kars hanya masuk sampai ke ruang tamu. Menyapa Mama dan Papa, meletakkan bawaanku di sofa, kemudian segera pamit pulang.

"Om, Tante, Kars pamit duluan, ya."

"Eh, makasih, ya, Sayang!" jawab Mama.

Papa nggak menjawab. Papa terlihat sibuk membaca agenda pribadinya dengan raut muka yang tidak bisa kuartikan.

"Kal, aku duluan ya. Jangan ngidam yang aneh-aneh, makan aja apa yang ada. Jangan lupa bikin PR. Jangan banyak alasan, punya hape, kan? Bisa tanya teman," kotbah Kars.

"Iya, Kars. Iya. Tenang aja, semua pasti beres!"

Setelah menepuk ringan kepalaku, Kars melangkah keluar dan menghilang di balik pintu. Dan aku baru saja akan menaiki tangga untuk pergi ke kamarku, tapi suara Papa menghentikan langkahku.

"Kaliska."

Aku berhenti melangkah dan melihat ke arah Papa yang sedang duduk di sofa.

"Kalau kita harus pindah ke Bandung minggu depan, kamu siap, kan?"

Karsten, ListenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang