0:00 to 3:27

326 26 6
                                    

Muncul sebuah layar hitam dengan musik latar yang kukenal. Alunan gitar berjudul Kimidori oleh Depapepe. Kemudian rangkaian huruf berwarna putih masuk secara teratur, bertuliskan 'Remember the time I booked you as my promdate, via LINE?'

Selang beberapa detik, sederet kalimat tersebut menghilang dari layar. Digantikan sederet kalimat baru, bertuliskan 'But I know for sure, that's not what gentlemen do.'

Kemudian tanpa kalimat barusan menghilang dari layar, sederet kalimat baru masuk. 'And I choose to be a gentleman.'

———

Layar hitam tersebut menghilang, digantikan dengan rekaman pemandangan jalan raya yang bergerak dengan sangat cepat. Ini direkam oleh Kars dari dalam mobilnya yang meluncur di atas tol yang sepi. Selama scene ini tertampilkan di layar, suara Kars mengiringi pemandangan jalan raya yang terus bergerak.

Hai, Kal. Kaget?
Semoga kaget, ya.
Ini, aku lagi di atas tol Jakarta-Bandung. Aku pengen muterin Bandung, dan kasih tau kamu kalau Bandung itu nggak kalah menyenangkan dari Jakarta. Kalah dikit aja, sih. Soalnya di Bandung nggak ada aku. Hahaha.

Aku tertegun mendengar kalimatnya barusan. Nggak ada aku.

Suaranya terus berlanjut.

Bercanda, Kal. Jangan terlalu serius gitu, dong. Pas kamu nonton video ini, berarti aku udah berhasil ngendarain mobil ke Bandung dua kali. Pertama, buat bikin video ini. Kedua, nyulik kamu ke Bandung. Dan rupanya perjalanan Jakarta-Bandung nggak gitu jauh, kok. Cuma masalah biasa nggak biasa aja.

Jeda sebentar.

Memang sih. Walaupun nggak jauh, bukan berarti kamu nggak perlu menyesuaikan diri, cari teman baru, kejar materi pembelajaran, and all those frustrating stuffs. Dan aku yakin, kamu juga udah sadar sepenuhnya kalau aku nggak bisa nemenin kamu kayak pas kita sama-sama di Jakarta. Lucu, ya? Jarak 150 km bisa menjungkirbalikkan hidup seseorang.

Scene jalan raya menghilang, digantikan oleh rekaman yang memperlihatkan dinding kuning gading bertuliskan 'SMAN 2 Bandung' yang persis kulihat tadi pagi. Suara Kars mengisi lagi.

Ini. Sekolah baru kamu. Tadinya aku mau masuk, Kal. Tapi tutup pula. Aku juga baru sadar hari ini Minggu. Hahaha.

Kars mengalihkan kameranya ke arah pintu gerbang yang terlihat terkunci.

Tapi pas kamu nonton video ini, kamu sendiri juga udah kelilingin sekolah baru kamu, kan? Aku yakin, sekolah ini bisa jadi tempat barumu untuk mencetak banyak prestasi baru. Ingat yang kubilang? Aku mau dengar sebutan Kaliska Widi Si Pencetak Nilai UN Tertinggi Jurusan IPA Sekota Bandung. Good luck on your studies, Kal.

Kemudian scene pemandangan sekolah (sebatas sampai dinding terluar dan gerbang) menghilang, digantikan lagi oleh scene yang membingkai keramaian daerah Dago pada hari Minggu dan scene yang mempertontonkan keadaan rumah baruku, dengan serentetan kalimat spesial darinya.

Ini. Ini adalah daerah sekitar yang bakal kamu lihat setiap hari sampai mabuk. Bagus, Kal. Orang di sini ramah-ramah, kok. Rumah kamu juga nggak kalah menyenangkan, simple, tapi aku yakin kamu bakal suka. This is your new home, Kal. And you should feel like this really is.

Tenggorokanku terasa tercekat, dan aku berusaha sebisa mungkin menahan air yang sudah siap meluncur dari kedua mataku.

———

Sebuah scene baru muncul.
Kars sedang duduk di sebuah bangku taman, aku nggak kenal tempat ini. Mungkin salah satu taman di Bandung.

Sebelum mulai berkata-kata, seperti biasa, dia memamerkan deretan gigi putihnya. Bibirnya membentuk sabit yang melengkung ke atas dengan sempurna.

Hai, Kal.
Aku udah ngomong secara menye-menye di video ini, and hopefully you don't find me being like this as something yang menjijikkan. Hahaha.

Jeda sebentar, Kars kembali membuat sebuah senyum simpul.

Aku nggak bakal lanjutin apa yang masih pengen kubilang di video ini. Jadi, sekarang buka pintumu. And let me be my own kind of gentleman.

———

Aku berjalan ke arah pintu dengan perasaan campur aduk. Mengumpulkan segenap tenaga untuk menggenggam handle pintu, kemudian memutarnya ke kanan.

Karsten, ListenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang